“Wahai golongan jin dan manusia, jika kalian sanggup menjelajah penjuru langit dan bumi, maka jelajahilah, tetapi kalian tidak akan mampu menjelajahinya melainkan dengan sulthan (kekuasaan).” (QS. Ar-Rahman: 33).
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Urusan sampah memang masih menjadi PR penduduk sedunia. Tak hanya di bumi yang penuh sesak dengan menumpuknya sampah, tetapi bahkan di luar angkasa pun urusan sampah ini sangat merepotkan dan membahayakan. Tak seperti yang kita lihat dari muka bumi, pemandangan langit yang terlihat bersih dan cerah, nyatanya di luar atmosfer bumi berjubel sampah yang siap meluncur super cepat untuk menabrak bumi dan membahayakan manusia.
Untuk itulah NASA terus mencari inovasi dan membuat gebrakan baru. Salah satunya dengan menggandeng perusahaan Jepang di bidang antariksa untuk meluncurkan pembersih sampah sekaligus satelit yang ramah lingkungan.
Penerbangan Luar Angkasa Berkelanjutan
Mungkin riset luar angkasa dirasa tak selalu mempunyai manfaat praktis bagi kehidupan manusia di bumi. Meski demikian, upaya penjelajahan luar angkasa masih terus dilakukan. Dilansir dari infoastronomy.org, bahwa para ilmuwan antariksa dan astronaut dari Amerika juga negara-negara pembangun stasiun luar angkasa atau ISS terus bergiliran melakukan misi berupa penelitian atau riset ke angkasa luar setiap enam bulan sekali, termasuk proyek peluncuran satelit kayu hasil kerjasama NASA dan JAXA yang diharapkan menjadi langkah positif menuju eksplorasi angkasa luar yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, akan membawa manfaat bagi kehidupan manusia di bumi pada masa kini dan yang akan datang.
Seperti yang diberitakan oleh Kompas.com bahwa pada musim panas tahun depan, rencananya Nasa dan JAXA atau Japan Aerospace Exploration Agency akan meluncurkan satelit yang berbahan utama kayu pertama ke luar angkasa.
Mengenal LignoSat
Satelit dengan ukuran cukup imut yaitu hanya sebesar cangkir kopi tersebut diberi nama LignoSat. Pesawat ini akan berbahan utama kayu. Mengapa kayu dipilih sebagai bahan dasarnya? Karena para peneliti berpendapat bahwa satelit kayu secara teori tidak terlalu berbahaya dalam hal menimbulkan penumpukan sampah luar angkasa. Dengan demikian, ia sangat berguna karena dapat terbiodegradasi untuk satelit masa depan.
LignoSat masih dalam tahap akhir tinjauan keselamatan, serta dalam pemantauan untuk melihat kinerjanya di lingkungan luar angkasa, seperti perubahan suhu yang ekstrem. LignoSat saat ini sedang dalam masa tunggu waktu peluncurannya pada musim panas mendatang. Sedangkan proses perakitan dan pembuatan proyek LignoSat ini sudah dimulai sejak April 2020 pada masa pandemi berlangsung. LignoSat sendiri adalah proyek hasil kolaborasi dari Kyoto University dan Sumitomo Forestry. Tujuannya adalah untuk mengukur dampak lingkungan yang terjadi apabila ada material tertentu yang diluncurkan ke Low Earth Orbit (LEO) atau Orbit Bumi Rendah.
Koji Murata, peneliti di Universitas Kyoto di Jepang, mengatakan, "Kami masih mengamati apakah kami dapat memperkirakan dampak lingkungan dari kondisi orbit bumi rendah (LEO) yang keras terhadap bahan organik secara akurat. Dalam waktu 90 menit satelit ini akan mengelilingi bumi dan mengalami perubahan suhu yang sangat besar. Kami masih belum tahu sejauh mana satelit dapat menahan siklus perbedaan suhu yang intens dan berulang, jadi hal ini masih harus terus diselidiki"
Pemilihan Kayu Magnolia
Dipilihnya kayu sebagai bahan dasar satelit LignoSat ini dikarenakan, setelah diteliti, ternyata kayu tidak akan terbakar ataupun membusuk di ruang hampa udara sehingga satelit ini diharapkan bisa awet menjelajah di ruang angkasa. Jika pun ia terbakar, ia akan menjadi abu halus saat masuk ke atmosfer bumi. Inilah yang diharapkan dari satelit kayu, agar bisa menurunkan volume sampah angkasa yang jatuh ke bumi. Diharapkan nantinya kayu layak menjadi alternatif manufaktur satelit. Bahkan digadang-gadang akan lebih bermanfaat dibandingkan campuran logam yang biasa dipakai dalam kontruksi pesawat saat ini.
ISS telah menguji material kayu yang akan digunakan sebagai bahan utama LignoSat. Mereka meluncurkan sebuah panel kecil berisikan tiga jenis kayu yang berbeda, yaitu kayu magnolia, kayu birch, dan kayu cherry. Panel tersebut kemudian disimpan dalam Modul Kibo Eksperimental Jepang dan selama sepuluh bulan dibiarkan mengudara di luar angkasa, tepatnya pada 2022 yang lalu. Setelah itu pada Januari 2023, Koichi Wakata seorang astronot dari JAXA membawanya kembali ke bumi dengan menggunakan pesawat kargo luar angkasa CRS-26 milik SpaceX.
Para peneliti mengatakan bahwa setelah diuji dan terpapar angkasa luar, ketiga spesimen kayu tidak menunjukkan deformasi apa pun. Meski selama sepuluh bulan berada dalam lingkungan angkasa luar dengan perubahan suhu yang sangat ekstrem, intensitas paparan sinar kosmis, serta partikel matahari yang berbahaya, tidak ditemukan keretakan, lengkungan, pengelupasan, atau bahkan kerusakan permukaan. Kayu sendiri memiliki beberapa manfaat selain mudah dibuang saat masa pakai telah habis, juga lebih ramah lingkungan, lebih murah, lebih bersih, dan pastinya lebih mudah diproduksi.
Dilansir dari Live Science, si mungil LignoSat ini akan dibuat dari kayu magnolia. Mengapa kayu magnolia yang terpilih? Menurut para peneliti, risiko kayu magnolia akan pecah dan rusak saat proses pembuatan sangatlah kecil. Ia juga memiliki kemampuan yang tinggi, dimensi yang stabil dan kuat secara keseluruhan.
Sampah Luar angkasa
Perlu diketahui, saat manusia menjelajahi ruang angkasa lebih jauh, kita akan menghadapi masalah yang makin meningkat, yaitu menumpuknya sampah luar angkasa atau dikenal sebagai space junk. Sampah luar angkasa adalah sampah objek buatan manusia yang mengorbit bumi. Objek-objek ini meliputi satelit mati, roket yang sudah tidak terpakai, dan juga fragmen dari misi sebelumnya. Diperkirakan ada sekitar 100 triliun sampah luar angkasa, 128 juta sampah berukuran di bawah 1 cm, dan 34.000 benda yang lebih besar dari bola tenis. Sampah-sampah ini meluncur dengan kecepatan hingga 30.000 km/jam di ruang angkasa.
Jika LignoSat yang berbahan utama kayu ini berhasil dan bisa sukses menjalankan misinya di luar angkasa tanpa menambah masalah space junk, maka akan sangat bermanfaat bagi misi penjelajahan antariksa di masa depan. Sebab melansir dari CNN, penelitian terbaru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) telah menemukan bahwa 10% aerosol atmosfer di stratosfer terpapar partikel logam dari wahana antariksa, di antaranya adalah serpihan satelit.
Para pakar pun telah melakukan berbagai cara untuk menanggulangi masalah sampah angkasa ini, salah satunya adalah pendekatan yang mungkin untuk membahas dan memitigasi dampak eksplorasi ruang angkasa terhadap lingkungan. Hal itu sangat mungkin dengan mempertimbangkan lingkungan ruang angkasa sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan.
Seberapa bahayakah sampah luar angkasa bagi bumi? Ada beberapa bahaya yang diakibatkan oleh space junk untuk planet kita tercinta. Di antaranya:
- Satelit yang terbuat dari logam seperti titanium ringan dan aluminium meningkatkan kecerahan langit malam secara keseluruhan lebih dari 10 persen di sebagian besar planet ini. Hal ini tentu akan menciptakan polusi cahaya sekitar yang membuat fenomena luar angkasa jauh lebih sulit dideteksi.
- Kecepatan super tinggi pergerakan benda-benda di orbit bumi. Bahkan puing-puing kecil serpihan ruang angkasa ini dapat menyebabkan kerusakan, baik objek milik manusia yang dikirim ke luar angkasa seperti satelit maupun stasiun luar angkasa itu sendiri.
- Jendela pesawat ulang-alik harus sering diganti hanya karena kerusakan karena bertabrakan dengan serpihan yang lebih kecil dari satu milimeter. Bahkan ternyata ada sejumlah satelit yang telah dihancurkan oleh puing-puing atau space junk ini.
- Menurut data selama lebih dari 50 tahun, rata-rata satu puing kecil jatuh kembali ke bumi setiap harinya. Meskipun belum ada laporan korban jiwa atau cedera serius dari orang-orang yang terkena puing-puing ruang angkasa, tetapi jatuhnya kepingan sampah ini akan sangat mengkhawatirkan karena berat satu kepingan sendiri bisa mencapai puluhan hingga ratusan ton. Seperti yang tercatat, Skylab dengan berat hampir 100 ton milik NASA jatuh di sebuah kota kecil di Australia pada 1979. Juga stasiun luar angkasa, Salyut-7 milik Uni Soviet seberat 43 ton yang mendarat di Argentina pada tahun 1991.
Di Indonesia sendiri ada beberapa laporan jatuhnya kepingan sampah luar angkasa, seperti:
- Sampah antariksa pecahan dari roket Delta 2 PAM-D, dan pecahan roket Falcon 9 milik SpaceX yang jatuh di Sumenep pada 26 September 2016 lalu.
- Bagian roket Chang Zheng (Long Mark) milik Cina yang berukuran 3x4 meter. Yang jatuh diperairan Kumai Kalimantan Tengah pada 5 Januari 2021.
- Serpihan roket milik Cina, CZ-5B, yang jatuh di lahan perkebunan desa Pegadang, Kalimantan Barat pada 31 Juli 2022.
Penjelajahan Ruang Angkasa di Dalam Islam
Islam adalah agama yang memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah kebutuhan manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia, sedangkan teknologi merupakan jalan menuju kemudahan dalam mengenal penciptanya. Oleh karena itu, Islam memandang bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban manusia sebagai makhluk yang berakal kepada Allah Swt. Termasuk penjelajahan ruang angkasa, 14 abad yang lalu Islam pun telah mendorong manusia untuk menjelajahinya demi mempelajari ayat-ayat kebesaran Allah. Allah berfirman dalam surah Ar-Rahman,
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ
Artinya: “Wahai golongan jin dan manusia, jika kalian sanggup menjelajah penjuru langit dan bumi, maka jelajahilah, tetapi kalian tidak akan mampu menjelajahinya melainkan dengan sulthan (kekuasaan).” (QS. Ar-Rahman: 33).
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, menjelaskan, ayat tersebut mengandung ketegasan Allah dalam menunjukkan kekuasaan-Nya di langit juga bumi. Melalui ayat tersebut, Allah mengajak manusia dan jin untuk menembus langit demi mempelajari dan meneliti tanda-tanda kebesaran-Nya. Akan tetapi, hal itu pun tak dapat dilakukan, kecuali dengan kekuasaan-Nya, yaitu izin Allah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itulah, penting bagi seorang muslim untuk terus mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi demi menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ardh.
Mengapa Eksplorasi Luar Angkasa Penting bagi Manusia?
Selain menjalankan perintah Allah untuk mengobservasi alam agar menambah kukuhnya iman, manusia memang harus menjelajah ke luar angkasa sebagai bentuk upaya dalam mencari solusi bagi kondisi bumi yang kian rusak puluhan tahun terakhir. Upaya penjelajahan antariksa adalah bagian yang harus dilakukan demi mempertahankan hidup dari berbagai ancaman bencana lingkungan dan iklim yang makin destruktif, bahkan mencari solusi bagi populasi manusia yang kian menyentuh angka limitnya pada masa depan. Arti penting eksplorasi luar angkasa bagi manusia adalah:
Pertama, melindungi planet bumi dari ancaman tabrakan asteroid. Seperti yang kita ketahui, jumlah material benda langit di dalam tata surya kita sangat banyak. Benda-benda langit ini, termasuk asteroid, bahkan sampah luar angkasa setiap saat siap menghantam bumi. Hal ini pastinya akan sangat berbahaya bagi kelangsungan kehidupan di planet ini. Oleh karenanya, dengan adanya misi eksplorasi antariksa, hal ini setidaknya bisa diketahui dan diprediksi sehingga dapat dicegah dan dicari jalan keluarnya.
Kedua, memungkinkan alternatif pengobatan gangguan kesehatan tulang manusia yang akan terus dikembangkan pada masa depan dengan riset luar angkasa. Menurut para astronaut, dalam menjalankan misi, mereka kerap mengalami gangguan kesehatan tulang karena lemahnya gravitasi bumi. Karena hal itulah riset ilmiah telah berhasil menemukan teknologi lengan robotik serta metode antikanker yang berguna untuk mengatasi sel tubuh yang rusak.
Ketiga, banyak orang yang tidak menyadari bahwa banyak penemuan hebat dan bermanfaat bagi kehidupan manusia telah berhasil ditemukan, diawali dari riset luar angkasa. Di antaranya adalah penemuan kamera ponsel yang merupakan hasil pengembangan dari Laboratorium Jet Propulsi NASA. Diawali kebutuhan untuk menyematkan kamera kecil di wahana antariksa, kini kamera ini makin masif dimanfaatkan oleh penduduk bumi. Wallahu a'lam bishawab. []
ambisi kapitalis tidak hanya menyebabkan menumpuknya sampah di daratan dan dilaut, namun juga mengakibatkan menumpuknya sampah hingga ke luar angkasa (space junk)
Saya sangat suka baca tentang antariksa dan luar angkasa, jadi seperti membaca tentang luasnya kekuasaan Allah. Baru tahu juga ya, ternyata di luar angkasa banyak sampah yang bisa membahayakan manusia di bumi.
Masyaallah. Gara-gara baca naskah ini jadi tahu kalau di luar angkasa banyak sampah juga. Barakallah mba @ Aya naskahnya keren dan menambah pengetahuan tentang luar angkasa
Masyaallah ternyata Allah mempersiapkan manusia menjelajah penjuru langit dan bumi. Saya senang menjelajah di bumi, meski masih hanya di nusantara. Baca ini rasanya sudah menjelajah di atas lapisan langit pertama. Hehe
Masyaallah barokallah
Pesawatku terbang ke bulan..