Cara pandang sosialisme yang diwariskan Uni Soviet terhadap Rusia membuat kesadaran membela negara dan pentingnya regenerasi amat minim, karena tidak ada keimanan di dalamnya.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seruan banyak anak di kalangan muslim mungkin sudah sangat biasa. Namun di sebagian besar negara di dunia, jumlah anak justru dibatasi dalam satu abad terakhir. Kini, depopulasi mulai menimpa beberapa negara yang kerap mendewakan kebebasan dan menganggap anak hanya sebagai beban kehidupan. Oleh karena itu, sejumlah negara bahkan akan memberikan fasilitas harta yang memadai bagi warganya yang melahirkan. Depopulasi juga menimpa Rusia. Tren seruan banyak anak rupanya mulai bergema di negara bekas reruntuhan Uni Soviet itu.
Hal itu disampaikan langsung oleh kepala negaranya, Vladimir Putin. Presiden Vladimir Putin memberikan tuntutan perempuan Rusia untuk melahirkan sekitar tujuh, delapan, atau lebih anak untuk menghentikan kemerosotan populasi. Kegundahan dan tuntutan Putin diungkapkan saat berbicara melalui tautan video di Dewan Rakyat Rusia Sedunia pada hari Selasa (28/11/2023). Untuk menyelesaikan penurunan demografis yang dahsyat di Rusia, Putin mendesak warga Rusia untuk memiliki lebih banyak anak (kontan.co.id, 30/11/2023).
Apa Penyebab Fenomena Depopulasi di Rusia?
Duhai, fenomena depopulasi menerpa Rusia tentu bukan tanpa sebab. Rusia mengalami penurunan angka kelahiran mengejutkan sejak sebelum runtuhnya Uni Soviet. Banyak pihak yang menyalahkan perang Rusia-Ukraina sebagai sebab penurunan jumlah penduduk secara drastis. Perang tersebut menyeret krisis ekonomi bertandang dalam kehidupan warga Rusia sekaligus merenggut banyak nyawa di sana. Berdasarkan data yang dihimpun Dailymail.co.uk ada sekitar 550.000 jiwa warga Rusia berkurang pada tahun pertama invasinya. Sebagian besar warga enggan memulai sebuah keluarga di tengah karut-marutnya kondisi ekonomi dan panasnya konflik (kontan.co.id, 30/11/2023).
Meski ada beberapa faktor lainnya berkaitan dengan fenomena depopulasi yang menerpa Rusia, perang Rusia-Ukraina yang paling dominan menjadi penyebab terdahsyat merosotnya angka kelahiran. Selain berjatuhan korban, banyak pula penduduk Rusia yang memilih eksodus atau mengungsi dari Rusia. Dari laman yang sama, kontan.co.id menyebutkan bahwa ada sekitar 900.000 warga Rusia yang mengungsi. Hal itu tentu makin menurunkan jumlah penduduk.
Banyak warga yang memilih hengkang dari Rusia saat pecah perang antara negaranya dengan Ukraina. Mereka lebih memilih mengamankan diri. Sementara 30.000 orang direkrut menjadi pasukan perang. Perang Rusia-Ukraina membuahkan depopulasi yang membuat Rusia kalang kabut. Loss generation akan dihadapi di beberapa tahun ke depan. Selain itu, perang Rusia-Ukraina sukses melenyapkan beberapa sumber daya manusia yang berusia produktif untuk menopang laju perekonomian bangsa.
Namun demikian, ada dinamika sejarah terkait penurunan ini. Jumlah perempuan subur mengalami penurunan. Sementara perempuan usia produktif memiliki anak meningkat di sebagian wilayah saja, seperti perkotaan dan pendidikan tinggi. Itu pun banyak di antara mereka yang lebih memilih untuk menunda atau tidak memiliki anak. Mereka memilih memiliki anak setelah kondisi ekonomi dalam keluarganya stabil.
Gema Seruan Banyak Anak, Efektifkah?
Kesadaran sang presiden atas kondisi Rusia yang mengalami depopulasi menggiring dirinya menuntut rakyat memiliki banyak anak. Seruan itu diluncurkan guna mengembalikan dan menormalkan populasi Rusia. Selama 24 tahun berkuasa, Putin telah melakukan upaya peningkatan angka kelahiran di Rusia dengan memamerkan serangkaian insentif pemerintah bagi mereka yang mempunyai anak, termasuk tunjangan bagi keluarga yang mempunyai anak lebih dari satu (kontan.co.id, 30/11/2023).
Adapun banyaknya jumlah anak sekitar tujuh atau delapan muncul di masa-masa krisis demografi yang kini menimpa Rusia. Gema suara banyak anak membahana di sana. Akankah hal itu efektif bekerja mengingat sejumlah insentif yang dijanjikan saja tak memberikan dampak besar pada penambahan jumlah anak. Apalagi Rusia kini berada dalam ketidakpastian kondisi politik dan ekonomi, tentu hal itu akan memengaruhi rakyat Rusia untuk berpikir seribu kali saat akan mengikuti program banyak anak.
Apa yang menimpa Rusia berupa konflik dan juga depopulasi amatlah kompleks. Sangat wajar jika rakyat lebih memilih hengkang dari Rusia atau bertahan dengan tidak menambah jumlah anak. Terlebih di Rusia, cahaya agama tampaknya sirna mengikuti cara pandang sosialisme yang diwariskan Uni Soviet. Kesadaran membela negara dan pentingnya regenerasi amat minim karena tidak ada keimanan di dalamnya. Sekalipun presiden yang memerintahkan, gema seruan banyak anak bisa jadi hanya dianggap angin lalu semata.
Hakikat Kelestarian Populasi
Kesadaran Presiden Vladimir Putin terkait kelestarian populasi sudah tepat. Sayang seribu sayang, ia sosok yang jauh dari agama sehingga hakikat kelestarian populasi tidak berlandaskan keimanan pada Sang Maha Pencipta. Ia hanya terdorong karena ambisi duniawi semata. Seruan banyak anak bergema tanpa diiringi bagaimana negara memperlakukan wanita dengan mulia dan terhormat, dipenuhi segala kebutuhannya, dan diberi ruang hidup yang layak serta aman di ranah publik terlebih di kehidupan khusus.
Sementara hakikat kelestarian populasi dalam pandangan Islam jauh berbeda dari ambisi duniawi. Islam memandang generasi adalah tonggak penerus perjuangan pendahulunya. Kelestarian populasi dalam Islam akan dijaga oleh negara dimulai dari institusi keluarga hingga bernegara. Populasi yang banyak akan menjadi berkah saat negara menerapkan Islam secara kaffah. Terlebih Baginda Nabi yang mulia mendorong kaum muslim memiliki banyak keturunan. Sabda beliau saw.,
تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاشِرٌ بِكُمُ اْلأَنْبِيَاءَ يَومَ الْقِيَامَةِ
"Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para nabi nanti pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Sa’id bin Manshur)
Lestarinya populasi muslim menjadi salah satu indikasi kekuatan Islam terutama jika dinaungi oleh negara. Islam mewajibkan negara memberikan pembinaan pada seluruh rakyat, terutama calon generasi. Banyaknya jumlah penduduk juga akan membawa berkah bagi kehidupan dan umat Islam sendiri dengan menjadi umat terbaik. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Ali Imran ayat 110,
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰه
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah."
Seluruh aspek kehidupan, termasuk kelestarian populasi akan disandarkan pada akidah Islam. Negara akan memastikan tatanan keluarga berjalan sebagaimana mestinya, apa peran ayah, peran ibu, kewajiban anak, semua akan dikontrol oleh negara. Segala pemenuhan tiap anggota keluarga akan dipastikan jaminannya. Jika dalam satu keluarga tidak ada satu pun yang menanggung nafkah, negaralah yang akan memenuhinya. Lapangan pekerjaan akan dibuka secara luas bagi laki-laki. Jika dalam kondisi perang, laki-laki yang ikut berjihad akan dipenuhi segala kebutuhan keluarganya. Sehingga, para wanita tenang dalam mendidik dan membina anaknya.
Sementara kebutuhan keamanan, pendidikan, dan kesehatan tetap menjadi tanggung jawab negara atas seluruh rakyat demi keberlangsungan populasi. Dalam kondisi damai ataupun perang, negara wajib menjamin tiga kebutuhan komunal ini. Jaminan ini tidak akan membuat wanita khawatir untuk menambah jumlah anak. Apalagi dorongan keimanan untuk menjadi kebanggaan Baginda Rasul saw. akan membuat mereka merasa senang memiliki anak banyak.
Penutup
Demikian Islam dalam memperhatikan hakikat kelestarian populasi. Semua pemenuhan kebutuhan komunal dijamin sepenuhnya oleh negara. Sementara kebutuhan pokok akan diperhatikan dan dipastikan terpenuhi atas setiap individu rakyat dengan pemenuhan secara langsung dan tidak langsung. Hal paling penting, negara akan menjaga akidah Islam di tengah kehidupan individu, masyarakat, dan negara untuk menjaga kelestarian populasi dengan dorongan keimanan.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Kesadaran Presiden Vladimir Putin terkait kelestarian populasi semata-mata hanya berlandaskan ambisi duniawi,, sehingga sulit untuk terealisasi sebab masyarakat pun punya seribu alasan untuk tida mau memiliki anak.
Betul penulis, semua apa yang kita lakukan haruslah berlandaskan akidah dan agama yang benar, dan akan menghasilkan perbuatan yang benar. Aturan Allah memang sudah paripurna untuk seluruh alam.
Shodaqti
Depopulasi suatu negara merupakan ancaman karena tidak ada penerus perjuangan atas mereka. Sangat setuju bahwa menganjurkan banyak anal bikaan solusi. Tapi harus dilandasi denga aqifah Islam
Inggih. Mbak anjuran banyak anak, baik tidak ada Khilafah ataupun ada Khilafah, landasannya haruslah akidah Islam yang shohih
Menyerukan banyak anak paling benar di sistem Islam. Karena anak bukanlah sekadar titipan tapi juga amanah yang akan diminta pertanggungjawaban. Negara di sistem ini juga tak akan lepas tangan dalam mengurusi kebutuhan rakyatnya termasuk memberikan kesejahteraan kepada mereka yang memiliki banyak anak.
Barakallah mba @ Afiyah.
Aamiin
Wafiik barokallah Mbak
Di zaman tambah sulit begini plus tambah adanya perang rakyat Rusia pasti merasa berat untuk menambah jumlah anak juga tanpa adanya keimanan di dada..
Betul Mbak
Gak heran ya jika generasi Islam terus bertambah karena Khilafah memberikan berbagai kemudahan baik bagi ayah maupun ibu dalam merawat dan mendidik anak-anak mereka.
Inggih, Mbak. Sulit dan berat memang tanpa Khilafah banyak anak, tetapi jika kita badilan juhdi mempersiapkan sejak sebelum menikah secara personal bisa insyaallah. Apalagi mempersiapkan anak banyak untuk menjadi pengemban dakwah, insyaallah Allah mudahkan. Kalau di Rusia, mana ada pemikiran kayak gitu.
Barakallah mba Afi. Yach melahirkan banyak anak jelas harus butuh pengurusan ekstra. Kalau sistem sosialis. Apa iya akan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhannya. Weleh. Langkah praktis yang tidak solutif.
Tenan Mbak. Sosialisme sebatas ada regerasi kekuasaan dan sesuai konsep dialektika materi. Hiks
Onde mande.... melahirkan 7, 8, 9. Aku tiga aja udah ngos-ngosan. Wkwkwk
7, 8, 9 dari 3 sampai 4 istri. Eh
Hihihi
Ngos-ngosan wajar, manusiawi, Nduk. Lima lebih seru dan mengasyikkan. Estetikanya lima tingkat dibanding tiga. Hehe