“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari kemungkaran. (QS At-Taubah ayat 71)
Oleh. Ummu Ainyssa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Suatu pagi ada seorang ibu sedang berjalan-jalan bersama putra kecilnya. Awalnya ia menggandeng tangan mungil putranya. Namun, tak lama kemudian si anak melepas genggaman tangan ibunya dan berlari mendahului sang ibu. Sang ibu berteriak memperingatkan si anak untuk jalan pelan dan tidak berlarian. Mulanya si anak menurut, tetapi tak lama kemudian ia memilih untuk berlari tanpa mengindahkan ucapan sang ibu.
Tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang dari arah belakang. Sang ibu pun dengan sigap langsung menarik tangan si anak sehingga dia menangis sambil menahan sakit di tangannya. Sang ibu berkata dengan lembut bahwa apa yang ia lakukan adalah semata-mata karena ingin menyelamatkannya, sebab jika ia tidak menarik tangannya, si anak bisa tertabrak mobil. Ini adalah bukti sayang ibunya, meski akhirnya sedikit menyakitinya. Si anak pun tersenyum dan memeluk ibunya.
Begitulah, terkadang rasa sakit itu lebih terasa daripada rasa kasih sayang yang ada di baliknya. Namun, seseorang yang menyayangi dan mengasihi orang lain tidak akan pernah membiarkan orang yang dikasihinya dalam keadaan celaka atau berbuat sesuatu yang mendatangkan malapetaka baginya. Allah Swt. di dalam surah At-Tahrim ayat 6 memerintahkan manusia untuk saling mencintai saudaranya. Kecintaan itu bukan sekadar cinta materi dunia semata, melainkan cinta sejati sampai akhirat.
Allah Swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang Allah perintahkan.”
Dengan begitu, wujud kasih sayang seseorang terhadap orang lain bukan sekadar menolongnya agar tidak jatuh sakit, menyelamatkannya agar tidak tertabrak mobil, membantunya saat kesusahan ekonomi, atau saat ditimpa musibah, tetapi lebih dari itu, bisa menolong saudaranya dalam urusan akhirat. Sebagai saudara yang saling menyayangi tidak akan rela apabila saudaranya mendapat siksa Allah di neraka kelak akibat menyimpang atau melanggar dari perintah-Nya.
Oleh karenanya, orang yang sayang akan senantiasa untuk memberikan peringatan atau nasihat kepada siapa pun agar berbuat taat dan melarangnya berbuat maksiat. Ia akan terus berdakwah menyampaikan amar makruf nahi mungkar, sebab ia tidak rela melihat kemaksiatan merajalela hingga mendatangkan azab Allah. Di dalam dadanya tersimpan ketidakrelaan bila keluarganya, istri, suami, saudaranya, teman, tetangga, atau siapa pun terjerumus dalam kemaksiatan yang membuatnya nestapa di akhirat kelak.
Demikian juga dengan dakwah. Terkadang banyak orang tidak mau mendengar dan menerima dakwah seseorang karena merasa tersakiti, tersinggung dengan apa yang didakwahkan, menganggap dakwahnya terlalu keras, dan lain-lain. Padahal semua yang didakwahkan adalah syariat dari Allah Swt. Aktivitas dakwah yang dilakukan juga merupakan kewajiban dari Allah sebagai bentuk kasih sayang terhadap sesama.
Begitu banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk berdakwah menyampaikan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Begitu pun Rasulullah saw., beliau diutus sebagai pembawa peringatan kepada seluruh umatnya, mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah menuju cahaya Islam.
Di dalam surah An-Naml ayat 125 Allah Swt. memerintahkan Rasulullah saw. untuk menyeru manusia ke jalan Rabb-nya (Allah) dengan jalan hikmah (hujah) dan nasihat yang baik serta membantah mereka dengan cara yang baik juga.
Meski realitasnya jalan dakwah tidak selalu mulus dan lancar. Penolakan, penentangan, persekusi, pengusiran, sering dianggap paling alim tampak menghiasi perjalanan dakwah. Namun, bagi seorang pengembang dakwah, semua itu bukanlah rintangan untuk berhenti berdakwah. Hal ini karena mereka sadar bahwa dakwah yang mereka lakukan adalah kewajiban lillah, bukan karena manusia semata. Kewajiban dakwah ini bukan hanya dibebankan kepada para ustaz, ustazah, atau alim ulama saja, tetapi kepada seluruh kaum mukmin.
Allah Swt. berfirman di dalam surah At-Taubah ayat 71,
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari kemungkaran, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut menegaskan perintah Allah Swt. kepada kaum mukmin untuk melaksanakan dakwah. Perintah dakwah ini hukumnya adalah wajib. Hal ini dapat dilihat dari indikasi (qarinah) yang menunjukkan ketegasan perintah tersebut. Di antaranya sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, beliau saw. menegaskan demi Zat yang jiwanya berada di tangan-Nya, sungguh kita kaum mukmin hanya memiliki dua pilihan, yaitu benar-benar memerintah berbuat makruf dan melarang berbuat mungkar, ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kita semua. Kemudian setelah itu ketika kita berdoa, maka doa itu tidak akan dikabulkan.
Begitu pula Allah Swt. menegaskan bahwa siapa pun yang tidak mendakwahi orang zalim akan ditimpakan siksa, sedangkan siksa tersebut tidaklah menimpa orang yang zalim saja. Ini berarti aktivitas untuk mencegah kezaliman dengan jalan dakwah adalah wajib sehingga membiarkan kezaliman berarti menyerahkan diri untuk disiksa bersama orang zalim tersebut. Orang zalim berdosa karena kezalimannya, dan orang mukmin berdosa karena membiarkan kezaliman.
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang zalim saja di antaramu. Dan ketahuilah bahwa Allah Swt. amat keras siksaan-Nya.” ( QS. Al-Anfal: 25)
Oleh karena itu, bagi yang mendapatkan dakwah dari orang lain, lembutkanlah hati kalian untuk mau menerima dakwah. Sesungguhnya dakwah yang dilakukan saudaramu, teman, atau tetanggamu adalah bentuk kasih sayangnya kepada kalian. Mereka tidak rela jika siksa atau azab Allah menimpa kita semua. Semua yang dilakukan para pengemban dakwah kepada kalian adalah bentuk kasih sayang mereka agar kalian selamat dunia dan akhirat melalui perantara dakwah mereka. Sebagaimana seorang dokter yang mengobati pasiennya, meski terasa pahit obatnya dan terasa sakit jarum suntiknya, tetapi semua itu demi kesembuhan pasiennya. Wallahua'lam bishawab.[]
Memang benar, dakwah adalah seruan kepada obyek dakwah sebagai wujud rasa cinta.. Aktivitas dakwah mencakuo dua hal: Amar makruf ( memerintahkan krpada kebaikan) dan nahi Munkar ( melarang dari kemungkaran). Lebih utama lagi dakwah kepada penguasa (muhasabah lil hukam). Karena kedudukannya disamakan dengan.penghulu para syuhada. Sebagaimana sabda Rasullullah saw."penggulu para syuhada adalah Hamzah dan seorang laki- laki yang menasehati penguasa, kemudian ia dibunuh."
Dakwah adalah wujud cinta dan kasih sayang kepada manusia.
Sepakat. Karena dakwah, diri ini bisa melihat mulianya Islam dan menapaki perjuangan untuk melanjutkan kembali Islam. Betul Mbak, dakwah memang wujud kasih sayang.
Setuju. Dakwah memang wujud kasih sayang terhadap saudara kita. Justru membiarkan orang lain dalam keburukan adalah bentuk ketidakpedulian. Walau kadang-kadang orang lebih suka jika diabaikan alias gak didakwahi.
Dakwah memang wujud kasih sayang seorang muslim pada saudaranya. Kan kita tidak mau jadi salihah sendiri. Siapa yg berdakwah karena Allah, akan mendapat pahala yg besar di sisi Allah Swt.
Betul mba. Dakwah memang wujud kasih sayang yang paling istimewa. Pahala kebaikan akan terus mengalir dunia akhirat. Meskipun banyak tantangan dan hambatan, dakwah harus jalan terus. Barakallah mba@Ummu Ainyssa. Naskahnya mengena banget di hati
Benar, dakwah adalah wujud kasih sayang meski kadang dibenci atau bahkan dipersekusi
Bener banget, sebagaimana ketika kita berinteraksi dengan masyarakat dan umat. Kadang menyakitkan, karena dakwah tidak sekadar hanya menyampaikan yang disenangi, tapi dakwah adalah mengajak kepada yang di ridai. Meskipun kadang juga lebih menyakitkan bagi para pengembannya.