Hampanya Solusi Dua Negara 

Hampanya Solusi 2 negara

Solusi dua negara adalah kezaliman yang nyata terhadap umat Islam di Palestina.

Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com& Penulis Lorong Waktu)

NarasiPost.Com-Apa yang akan Anda lakukan jika ada orang asing masuk ke pekarangan Anda tanpa permisi? Orang asing tersebut kemudian menerobos ke dalam rumah Anda dan berusaha menguasainya dengan berbagai cara, termasuk memakai kekerasan. Dengan kejinya, ia berupaya mengusir Anda dari rumah Anda sendiri. Apa Anda akan diam saja? 

Inilah yang terjadi di Palestina. Konflik bermula dari perampasan tanah oleh entitas Yahudi Israel. Selama berpuluh-puluh tahun, Israel melakukan berbagai makar untuk menguasai tanah Palestina seutuhnya. Rakyat Palestina tentu saja tak berdiam diri melihat tanah mereka direbut. Mereka berjuang mengusir Israel dengan segenap kekuatan.

Solusi Zalim 

Namun, sekelompok orang bermufakat untuk menyelesaikan konflik dengan membagi tanah Palestina dengan Israel. Mereka menawarkan two-state solution sebagai upaya untuk menghentikan peperangan di Palestina. Melalui solusi dua negara itu, Palestina dipaksa untuk berbagi tanahnya dengan Israel. 

Solusi ini yang kemudian banyak diamini oleh negara-negara di dunia. Begitu pula dengan Spanyol yang kini mengikuti jejak Swedia sebagai negara Uni Eropa pertama yang mengakui Palestina. Pengakuan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, yang mendukung Palestina sebagai sebuah negara yang setara dan layak dalam waktu dekat. Menurutnya, keberadaan Palestina sebagai negara merupakan jaminan terbaik bagi perdamaian di Timur Tengah. Ia memaparkan bahwa Spanyol siap turun tangan membantu menyelesaikan konflik Israel dan Palestina dan menggelar konferensi perdamaian terkait masalah tersebut. (cnnindonesia.com, 23/112023)

Dukungan untuk kemerdekaan Palestina tidak lepas dari kerangka two-state solution . Di mana Palestina dan Israel sama-sama diakui sebagai negara. Solusi ini dihasilkan dari Perjanjian Oslo pada tahun 1993 yang disepakati oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang diwakili oleh Yasser Arafat dengan Israel yang diwakili oleh Yitzhak Rabin. Kedua pihak saling mengakui legalitas masing-masing. Dunia pun demikian. PLO diakui sebagai wakil dari pemerintahan Palestina. Sedangkan Israel yang awalnya tak punya wilayah dan identitas, secara resmi diakui sebagai negara. 

Sekilas tampak benar bahwa dengan begitu konflik dapat berakhir sehingga kedua negara hidup dengan damai. Ini salah besar! Bagaimana mungkin perampas malah diberi legalitas atas tanah yang dirampasnya? Apalagi wilayah Palestina yang terus mengecil seiring waktu akibat ambisi Israel yang ingin menguasai Palestina secara utuh.

Solusi dua negara adalah kezaliman yang nyata terhadap umat Islam di Palestina. Tak hanya memberikan tempat bagi penjajah Israel untuk hidup dan berkembang biak, tetapi juga membenarkan tindakannya. Mengakui Israel sama artinya membenarkan perampasan tanah dan pembunuhan atas rakyat Palestina selama ini.

Terlebih lagi, solusi dua negara ini bertentangan dengan syariat Islam. Maka, sudah pasti tak akan pernah bisa menuntaskan masalah yang menimpa Palestina.

Penjajahan Israel 

Penjajahan Israel atas Palestina adalah akar masalah sebenarnya. Inilah yang menyebabkan penderitaan rakyat Palestina selama puluhan tahun.

Eksisnya Israel hingga sekarang memang dipelihara dan didukung oleh AS dan Inggris sebagai “orang tua” yang melahirkannya. Mereka juga dibantu oleh negara-negara sekutu lainnya serta organisasi dunia sehingga Israel merasa di atas angin. Tentu ada alasannya kenapa seperti itu. Tak lain adalah untuk terus membuat kekacauan di tengah kaum muslim. Keberadaan Israel sengaja ditancapkan sebagai duri beracun dalam tubuh umat Islam. Racunnya telah menyebabkan salah satu bagian tubuh umat Islam sakit parah sekian lamanya. 

Selama Israel masih ada, maka selama itu pula masalah Palestina tidak akan selesai. Sebab, ialah akar masalahnya. Jika ingin masalah itu tuntas, maka harus dicabut dari akarnya.

Pengkhianatan para Pemimpin Muslim 

Berlarut-larutnya konflik di Palestina sesungguhnya tak terlepas dari sikap para pemimpin muslim. Mereka seakan membiarkan. Saat Gaza digempur habis-habisan, mereka hanya bisa mengecam dan mengutuk. Mereka mencukupkan diri dengan mengirim bantuan keuangan dan logistik. Padahal, mereka punya kekuatan militer yang besar untuk bisa melawan penjajah Israel.

Namun, mereka tak melakukannya. Mereka seolah menutup mata atas puluhan ribu nyawa rakyat Palestina yang terbunuh oleh kekejaman Israel. Bahkan, mereka masih saja menjalin hubungan dengan Israel. 

Mereka juga memilih untuk mengkuti rencana Barat dalam mengakhiri konflik di Palestina. Yang mana tentu saja tak akan pernah demi kepentingan umat Islam di Palestina, melainkan sekadar basa-basi semata. Bagaimanapun, Barat tak akan mungkin menolong Palestina. Barat akan senantiasa menjaga eksistensi Israel demi kepentingannya sendiri.

Inilah pengkhianatan para pemimpin muslim yang membuat Palestina terus dirundung nestapa. Alih-alih mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya dalam menyelesaikan masalah, mereka justru meminta bantuan musuh dan bekerja sama dengan mereka. Mereka telah melupakan firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 50:

 أَفَحُكۡمَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡمٗا لِّقَوۡمٖ يُوقِنُونَ

Artinya: “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

Tanah Kharajiyah 

Melihat persoalan Palestina perlu untuk melihat akar sejarahnya. Harus dipahami oleh umat Islam bahwa tanah Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh kaum muslim dengan darah dan jiwa mereka. Palestina dibebaskan oleh pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab dari kekuasaan Bizantium pada tahun 637. Sejak saat itu, Palestina menjadi bagian Daulah Khilafah. Artinya, Palestina menjadi milik kaum muslim sepenuhnya. 

Melalui perjanjian Umariyah, tanah Palestina dikukuhkan sebagai tanah wakaf. Selamanya ia harus tetap berada di pangkuan umat Islam. Sejak perjanjian tersebut ditandangani dan kunci gerbang Al-Quds diserahkan oleh Patriach Sophronious kepada Khalifah Umar sebagai tanda ketundukan, maka umat Islam terus menjaga amanah itu. 

Berbagai peperangan dilewati demi mempertahankan tanah Palestina. Termasuk saat Perang Salib yang bisa dimenangkan umat Islam di bawah kepemimpinan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Palestina kembali ke sisi umat Islam.

Hal itulah yang melandasi sikap Sultan Abdul Hamid II yang menolak memberikan tanah Palestina kepada Zionis Israel. Sebab, tanah Palestina bukanlah haknya, melainkan hak umat Islam. Jangankan satu petak, sejengkal tanah pun tak akan diserahkan. Tidak ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah Palestina kepada pihak mana pun.

Solusi Hakiki 

Yahudi Israel bisa berdiri karena mencaplok tanah Palestina. Di mana Israel tidak berhak atasnya sama sekali. Maka, mengembalikan tanah Palestina kepada kaum muslim sebagai pemilik yang sah adalah sebuah keharusan. 

Masalah Palestina adalah masalah umat Islam. Karena itulah, solusinya harus sesuai dengan syariat Islam. Ketika ada musuh menyerang dan merampas tanah kaum muslim, maka harus diperangi balik. Yakni, dengan jihad mengusir penjajah Israel dari tanah Palestina sebagaimana perintah Allah dalam surah At-Taubah ayat 14: 

قَٰتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ ٱللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ

Artinya: “Perangilah mereka. Niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan tangan-tanganmu dan menghinakan mereka dan menolong kamu atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” 

Jihad tersebut baru bisa berjalan secara efektif dengan adanya satu komando dari seorang khalifah. Kepemimpinan yang tunggal dalam naungan Daulah Khilafah Islamiah akan mampu mengerahkan tentaranya untuk melawan penjajah Israel dan merebut kembali tanah Palestina. Khilafah akan menyatukan negeri-negeri muslim untuk bergerak melakukan jihad fi sabilillah. 

Hanya jihad dan Khilafah yang mampu membebaskan negeri-negeri muslim yang terjajah dan mengembalikannya pada posisi yang mulia. Inilah solusi hakiki bagi masalah Palestina. Bukan dengan resolusi-resolusi semu yang hanya mempermainkan nasib umat Islam. Tidak pula duduk melakukan perjanjian dan kerja sama dengan pihak yang jelas-jelas memerangi kaum muslim.

Khatimah 

Dengan persatuan di bawah naungan Khilafah, umat Islam di berbagai belahan dunia akan terlindungi dari segala kejahatan kaum kafir. Keberadaan Khilafah sangat mendesak dan penting bagi umat Islam. Maka, memperjuangkan Khilafah untuk tegak kembali harusnya menjadi prioritas setiap muslim.

Wallahu a’lam bishshawwab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Seratus Tahun Indonesia Emas Hanya di Atas Kertas ?
Next
Dakwah Wujud Kasih Sayang Meski Kadang Menyakitkan
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dyah Rini
Dyah Rini
11 months ago

Solusi dua negara hanyalah omong kosong. Sampai kapan pun Rakyat Palestina tidak akan aman hidup bertetangga dengan penjajah Zionis Yahudi itu .Solusi yang tepat memang harus mengusir penjajah dari bumi Palestina dengan jihad fisabilillah. Yang bisa mengomando jihad hanya Khilafah..Maka keberadaan institusi ini wajib adanya.

Deena
Deena
11 months ago

No to the two state solution!

Wd Mila
Wd Mila
11 months ago

Sejatinya, Solusi dua negara adalah kezaliman yang nyata terhadap muslim Palestina.

Sartinah
Sartinah
11 months ago

Solusi dua negara sejatinya bukanlah solusi. Itu namanya sih penjajahan secara legal. Penjajah haruslah diperlakukan seperti penjajah dan harus diusir dari Palestina.

Atien
Atien
11 months ago

Solusi dua negara berarti mengakui penjajahan entitas Yahudi atas tanah Palestina. Hal itu tentu menyakiti hati seluruh umat muslim yang telah berjuang dengan seluruh jiwa raganya. Sampai kapan pun Palestina adalah milik kaum Muslim. Barakallah mba@Deena

Dia dwi arista
Dia dwi arista
11 months ago

Two state solution memang solusi tak tahu diri. Sudah bertamu, minta properti, eh pihak ke-3 seenaknya bilang bagi dua. Tentu saja itu kebijakan zalim. Dan jelas Palestina have a rights to defense his self, dan zionis wajib dibubarkan.

Bedoon Essem
Bedoon Essem
11 months ago

Solusi dua negara adalah akal-akalannya penjajah dalam mencaplok tanah kaum muslim. Penjajah ya harus diusir bukan dikasih jatah. Dan mereka hanya bisa diusir oleh Khilafah dan jihad bukan solusi lain.

Novianti
Novianti
11 months ago

Makanya dukungan free Palestina haruls jelas. Apakah kemerdekaan dengan tanah luas sekarang atau bagaimana. Solusi dengan format nasionalisme justru kontraproduktif dengan cita-cita kemerdekaan hakiki yairu mengusir Yahudi dari seluruh wilayah Palestina yang hanya bisa lewat jihad.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram