Setiap hari manusia terpapar tritium dalam dosis yang sangat rendah dari radiasi sinar kosmis, air minum, atau air leding, tetapi tidak berdampak buruk bagi kesehatan.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pada bulan November ini, Jepang telah melakukan pembuangan air limbah reaktor nuklir Fukushima Daiichi ke Samudra Pasifik. Ini merupakan pembuangan yang ketiga. Pembuangan air limbah yang pertama telah dilakukan pada 24 Agustus 2023.
Beberapa negara tetangga Jepang pun memprotes hal itu. Salah satunya adalah Cina yang mengajukan keberatannya dengan memanggil Dubes Jepang dan memberi peringatan kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Selain itu, Cina juga menghentikan impor olahan hasil laut dari Jepang karena khawatir terkontaminasi.
Meskipun Jepang telah membersihkan air limbah tersebut dari zat-zat radioaktif melalui Advanced Liquid Processing System (ALPS), tetapi ada satu isotop yang tidak dapat dihilangkan, yaitu tritium. Mengapa tritium tidak dapat dihilangkan? Lantas, seberapa besar bahaya tritium bagi kesehatan manusia?
Mengenal Tritium
Atom merupakan unsur kimia terkecil dari suatu zat. Atom tersusun dari nukleus yang terdiri dari proton, neutron, dan elektron. Atom-atom dari elemen yang sama bisa saja memiliki jumlah neutron yang berbeda. Misalnya, tritium yang termasuk atom hidrogen memiliki dua neutron lebih banyak dari atom hidrogen lainnya.
Hal ini menyebabkan nukleus (inti atom) bersifat tidak stabil. Akibatnya, salah satu neutron akan mengeluarkan elektron-elektron dan mengubahnya menjadi proton sehingga tritium akan berubah menjadi helium. Elektron-elektron ini akan memancarkan radiasi sinar beta. Sinar beta merupakan jenis radiasi yang lemah. Ia hanya dapat memancar sepanjang 5 mm melalui udara. Saking lemahnya sinar beta, ia dapat dihalangi hanya dengan selembar kertas.
Seperti hidrogen, sebagian besar tritium membuat ikatan dengan oksigen membentuk air. Sifat air yang normal maupun air yang mengandung tritium sama, yaitu tidak berwarna dan tidak berbau. Itulah sebabnya, memisahkan tritium dari air merupakan satu hal yang sangat sulit dilakukan. (tepco.co.jp)
Dampak Tritium bagi Kesehatan
Sebenarnya, tritium banyak terdapat di alam. Zat ini dapat terbentuk dari radiasi sinar kosmis dalam bentuk air. Air hujan, air sungai, bahkan air yang kita minum juga mengandung tritium sebanyak 0,1–1 becquerel per liter.
Selain itu, tritium juga dapat dihasilkan oleh reaksi nuklir, misalnya dari kapal selam nuklir, uji coba nuklir, atau dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Tritium yang dihasilkan dari reaksi nuklir ini biasanya dibuang ke laut atau sungai.
Pembuangan air limbah dari PLTN ke laut atau sungai ini sudah banyak dilakukan oleh negara-negara yang menjadikan nuklir sebagai sumber energi. Data dari Ministry of Economy, Trade, and Industry (METI) Jepang, negara-negara yang melakukan hal ini pada tahun 2021 di antaranya adalah Kanada, Finlandia, dan Australia. (katadata.co.id, 01/09/2023)
Djarot Sulistyo Wisnubroto, seorang profesor riset di Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa dampak tritium terhadap manusia bergantung pada beberapa hal. Yaitu, lamanya paparan, jumlah paparan, serta jenis paparan. Jenis paparan meliputi paparan internal dan eksternal. Paparan internal terjadi jika tritium masuk ke tubuh melalui mulut atau hidung. Sedangkan paparan eksternal terjadi saat tritium mengenai kulit manusia.
Radiasi tritium dalam jumlah yang besar dapat merusak sel-sel tubuh, jika partikel-partikelnya diserap oleh jaringan. Dampak radiasi tritium setara dengan 1/700 cesium-137. Ini merupakan standar yang aman untuk produk makanan.
Waktu paruh tritium adalah 12,3 tahun. Yang dimaksud dengan waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan oleh inti radioaktif untuk meluruh hingga tinggal separuhnya. Meskipun demikian, tritium yang masuk ke dalam tubuh tidak akan terakumulasi di dalamnya. Ia akan dikeluarkan oleh tubuh dengan cara yang sama seperti mengeluarkan air, yaitu berupa keringat atau urine. Jika zat ini masuk dalam bentuk air, ia akan dikeluarkan sekitar 10 hari setelahnya. Namun, jika terikat dengan suatu protein, akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengeluarkannya, yaitu sekitar 40 hari.
Sebagaimana isotop radioaktif lainnya, tritium juga dapat memberikan dampak yang buruk pada kesehatan. Namun, dampak tritium pada manusia baru tampak jika zat ini dikonsumsi dalam jumlah miliaran. Hal itu karena tingkat radiasi sinar beta dari tritium sangat lemah. Seseorang yang terpapar tritium sebesar 100 milliSievert (mSv, satuan radiasi yang diserap) akan memiliki risiko terkena kanker sebesar lima persen.
Jim Smith, profesor ilmu lingkungan di University of Portsmouth Inggris, mengatakan bahwa ikan dari perairan Jepang masih aman untuk dikonsumsi. Tritium yang terakumulasi dalam otot ikan dan dimakan oleh manusia memang meningkatkan faktor radiotoksisitas. Namun, kadarnya masih sangat rendah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap hari manusia terpapar tritium dalam dosis yang sangat rendah. Paparan tritium ini berasal dari radiasi sinar kosmis, air minum, atau air leding. Paparan dengan dosis rendah ini tidak akan berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Meskipun demikian, bukan berarti setiap negara yang memiliki reaktor nuklir bebas membuang limbahnya ke laut atau sungai. Mereka tetap harus membersihkan zat-zat radioaktif lain yang lebih berbahaya dari tritium sebelum melakukan proses pembuangan. Hal itu untuk menjaga keberlangsungan makhluk hidup yang ada di laut dan secara tidak langsung menjaga kesehatan manusia.
Bukti Kekuasaan Allah Swt.
Adanya tritium di alam menambah bukti akan kekuasaan Allah Swt. Setiap benda yang diciptakan oleh Allah Swt. memiliki kadar atau khasiat tertentu seperti yang dinyatakan dalam surah Al-Qamar [54]: 49.
إنَّا كُلَّ شَيْىٍٔ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan suatu ukuran.”
Demikian pula dengan tritium. Tritium memiliki khasiat tertentu. Khasiat ini dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam membantunya memenuhi kebutuhannya. Namun, harus diingat bahwa pemanfaatan itu tidak boleh seenaknya. Manusia harus memperhatikan bahaya yang mungkin timbul dari benda-benda tersebut.
Oleh karena itu, Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk terus mempelajari ilmu melalui berbagai ciptaan-Nya. Makin banyak mereka belajar, makin kuat keimanan mereka kepada Allah Swt. Hal itu karena mereka akan makin menyadari betapa sedikit ilmu yang mereka miliki dan betapa terbatasnya pengetahuan mereka. Mereka makin memahami betapa luasnya ilmu Allah Swt. hingga mereka tidak mampu menguasai semuanya. Demikianlah, di balik bahaya tritium, terdapat ilmu yang dapat diambil manusia darinya.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Akibat industrialisasi yang serampangan, zat tritium dan zay-zat kimia berbahaya lainnya mencemari alam ini.. sebenarnya ini menjadi salah satu Bukti gagalnya sistem yang diadopsi dunia saat ini.
MasyaAllah tulisan Mbak Mariyah sarat dengan istilah- ittilah kimia.Dulu waktu sekolah pelajaran kimia momok bagiku. Susah rasanya menghafal namanya , rumus kimianya, & reaksi kimiawinya.. Dari tulisan ini baru tahu ada limbah nuklir, ada tritium pada air minum, air hujan dan air laut.
Masyaallah, ilmu baru lagi tentang tritium. Kita manusia kadang gak pernah tahu ya minuman yang kita minum ternyata terpapar tritium juga meski dalam porsi kecil tidak berbahaya.
Syukran sharing ilmunya bu Qib.
Pengaturan segala sesuatu dengan segala khasiat yang Allah ciptakan memang harus dimanfaatkan secara proporsional dan ketetapan dari Sang Maha Pencipta nggih, Mbak.
Masyaallah baru tahu ada tritium