"Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (QS. Al-Fath: 1)
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bagian 1
Derap langkah berlarian di sepanjang penglihatan yang terbatas. Aroma pengap menyita seluruh indra penciuman jiwa-jiwa yang sedang berdempetan. Lantunan ayat suci Al-Qur'an menjadi kesyahduan yang sangat menenangkan. Senarai asa terkulum dalam hati yang tak pernah gentar. Surah Al-Fath mengalir dari lisan seorang pemuda yang sedang bersabar dan menahan diri untuk tidak keluar ruangan. Suara merdu dan bacaan tampil mendominasi suara lirih lainnya.
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ
"Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (QS. Al-Fath: 1)
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ
"Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus," (QS. Al-Fath: 2)
وَّيَنْصُرَكَ اللّٰهُ نَصْرًا عَزِيْزًا
"Dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)." (QS. Al-Fath: 3)
Bacaannya tak terhenti walau sedetik pun meski raungan suara bom menggelegar dan memekakkan indra pendengaran. Fisiknya yang remuk tiada dirasakan. Hatinya sakit tiada terkira saat manik bening penuh asa menangkap sosok anak kecil dan perempuan melewatinya. Surah Al-Fath akan makin lantang dibacakan mengiringi malam larut dengan terang benderang.
Satu purnama lebih suasana brutal mewarnai kehidupan Gaza City. Asap mematikan berdansa mengelilingi jiwa-jiwa pejuang dan warga sipil. Senarai asa terus mengangkasa dan mengetuk pintu langit tertinggi berharap Allah rida memberikan pertolongan. Tak ada sedikit pun sesal yang menyeruak pada jiwa-jiwa tangguh pewaris jiwa Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sesekali, kesedihan datang lantas segera berlalu. Rasa kehilangan sekadar mampir tak pernah menderu. Sang pemuda telah beberapa kali mengkhatamkan surah Al-Fath, lisannya terus melafalkannya dengan tartil dan merdu. Senarai asa berkolaborasi dengan ayat-ayat harapan merasuki kalbu.
Iringan para dokter dan perawat menjadi pemandangan sehari-hari. Hassan, sang pemuda "Fath", begitu julukannya beberapa hari dia di rumah sakit ini. Nama Hassan tenggelam oleh lisannya yang setia dalam melafazkan surah Al-Fath. Pemuda Fath akan selalu tersenyum saat bersua dengan siapa pun yang tengah sibuk sepanjang hari.
Seorang dokter perempuan yang tengah histeris berhasil mencuri perhatian Hassan. Netranya mengejar sang dokter yang tengah berlari. Lima belas meter di seberang sana, putri kecilnya syahid dalam peristiwa pengeboman brutal Zionis Yahudi. Air mata berhasil lolos dari manik emerald yang tentu saja murni. Hatinya tertusuk bertubi-tubi.
Angannya menjelajah peristiwa nahas yang menimpa saudara-saudaranya, ya saudara seakidah yang tinggal di Tanah Suci. Ia bersama lelaki dewasa menyibak malam yang terang untuk menyelinap ke daerah jajahan Zionis Yahudi. Tak ada senjata super canggih yang mereka miliki. Hassan sendiri hanya berbekal katapel karena belum cukup umur untuk membawa laras panjang seperti laki-laki lainnya.
Beruntung dia memiliki tubuh tinggi dan atletis, sehingga dia bisa diterima di kalangan itu. Hassan bukanlah anggota Hamas, begitu pula teman seperjuangannya. Kaki mereka lincah mengendap di medan berasap bekas rudal fosfor beberapa jam lalu. Omong kosong dengan self defense yang didengungkan oleh bisa-bisa Zionis. Serangan brutal dan tak beradab telah menerangkan segalanya.
Zionis Yahudi itu tak akan hengkang jika Palestina hanya sendirian berhadapan melawannya. Sementara penjajah itu didukung oleh adidaya. Hassan makin yakin bahwa umat Islam menjadi umat yang satu dalam satu kepemimpinan adalah sebuah keharusan. Hassan pun terngiang kata ayahnya, "Khilafah fardhun wa wa'dun. Khalifah adalah junnah bagi kita nantinya."
Panggilan jihad menggiring Hassan bergabung dalam barisan pejuang Gaza. Senarai asa untuk melindungi masjidilaqsa yang mulia dan warga sipil Gaza tertancap kuat dalam konsekuensi keimanan. Tak tebersit sedikit pun untuk keluar dari wilayah Palestina. Mereka tumbuh untuk menjadi penjaga Tanah Suci ini agar tak jatuh ke tangan kotor penjajah.
Kaki kokoh pejuang terus bergerak di jalur Gaza yang telah porak-poranda. Tubuh gesit mereka bertebaran di antara puing reruntuhan. Senjata mereka selalu siap memuntahkan isinya setiap pesawat musuh melintas dari jarak kejauhan. Mereka pun tak segan menghabisi para sniper yang tertangkap pandangan. Betapa banyak sniper di Jalur Gaza. Namun, senarai asa terus mengangkasa dalam bukti perjuangan.
Tak ada jiwa Hamas ataupun Fatah yang mengalir dalam tubuh Hassan, tetapi jiwa kesatria Shalahuddin Al-Ayyubi yang terpatri. Ya, ia bukan bagian Hamas maupun Fatah. Hassan hanya pejuang yang terus awas dengan kabar selebaran yang dibagikan lewat pesawat jet F-16 untuk bergerak ke arah selatan. Saat ini, mereka bergerak tanpa ada khalifah, tanpa komando dari amirul jihad. Mereka hanya ingin menangkis taktik licik penjajah.
Hassan mencium adanya gelagat busuk Zionis Yahudi. Penjajah laknatullah itu hendak mengumpulkan penduduk di satu tempat yang akan mereka habisi. Puing bangunan yang dipijak Hassan menyaksikan tekad bulat mereka. Saat terdengar suara bising jet tempur mendekat, Hassan sibuk mengeluarkan kerikil. Laki-laki lainnya tak kalah sibuk dengan posisi dan arah pandang yang disusun sedemikian rupa. Raungan jet tempur kian memekakkan telinga hendak menuju tempat yang tertera di selebaran.
"Dhuaaar," ledakan pertama di udara. Satu pesawat tempur meluncur dengan kobaran api yang menyala.
"Tiarap," Paman Omar berteriak.
"Boom," kobaran api mengenai puing-puing bangunan yang hanya berjarak 30 meter dari Hassan. Ia berdoa semoga di sana tak ada teman seperjuangannya.
"Hassan, ke sini," Paman Omar sambil tiarap meminta Hassan sedikit turun.
Paman Omar cepat sekali pergi. Setibanya Hassan di bawah, sudah tak ada lagi kelebat bayangan beliau. "Bismillah," Suara Hassan mantap sambil meniup kerikil tajam. Kerikil itu menyongsong datangnya pesawat dari arah tenggara. "Ciit, whuzzz, kletak …." Sepertinya kerikil itu mengenai baling-baling di salah satu sayap pesawat dan berhasil membuat oleng. Jika dinalar secara ilmu, tentu saja batu kerikil tak berarti apa pun bagi pergerakan pesawat itu. Namun, tak ada yang tak mungkin jika Allah sudah turut campur dalam memusnahkan musuhnya.
Satu pesawat mendarat di kejauhan. Satu tembakan dari teman seperjuangan Hassan berhasil membuat musuh yang ada di dalamnya terperangkap dalam kobaran api yang kian menyala. Hassan tahu, apa yang mereka lakukan tak cukup untuk menghentikan puluhan pesawat yang telah lolos dari wilayah mereka menuju tempat objek yang telah ditentukan. Namun, senarai asa meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia dan teman seperjuangannya lakukan tidak akan sia-sia.
Debu-debu beterbangan di antara pandangan mereka. Namun, hal itu tak menghalangi penglihatan dan pendengaran untuk tetap awas pada kelebat bayangan ataupun setitik suara yang melintas. Tak ada bekal makan ataupun minum, Hassan membasahi kerongkongannya dengan air liur di sela-sela lantunan zikir dan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Usia 16 tahun tak menghalanginya untuk ambil bagian agar kelak ia tak berat hisabnya.
Bersambung …. []
Pemuda muslim di Palestina memang punya nyali singa dalam melawan Zionis Yahudi meskipun tidak masuk ke dalam kelompok militer masyarakat yang ada di sana.
Ditunggu kelanjutannya Mbak Afi.
Sungguh, kengerian itu tampak di depan mata. Siapa yang membaca pasti bisa merasakan kilatan rasa yang membuat dada rengkah.
Rengkah tetapi girah perjuangan harus terus mereka dan tak boleh salah arah. Hamasah
Ya Allah, ampunilah kami yang tidak mampu memberikan bantuan kepada mereka, kecuali hanya doa
Aamiin yaa mujibad du'a
Semoga segera bermunculan Hassan Hasan yang lain yang akan menjadi bagian dari pasukan pemberani untuk melawan Zionis Yahudi.
Barakallah mbak Afi
Aamiin yaa mujibassaailiin
Wafiik barokallah
Barakallah Mbak Afi. Storynya keren banget. Cerita berlatar perang antara Palestina dan Israel. penggambaran situasinya seakan terkihat di depan mata. Ditunggu part 2, kelanjutannya.
Bismillah,.insyaallah on process, Mbak
Naskah yang menggambarkan sosok pejuang tangguh generasi Salahuddin Al Ayyubi. Yang tak gentar menghadapi musuh walaupun dengan senjata seadanya. Semoga segera datang pemuda-pemuda seperti Hasan. Pantang menyerah demi hengkangnya musuh Islam dari tanah suci kaum muslim
Barakallah mba @Afi
Aamiin
Wafiik barokalah, Mbak
Masyaallah berapa tegarnys seorang Hasan berjuang demi tanah kelahirannya. Tanah suci yang penuh keberkahan. Tabah milik kaum muslimin. Tunggulah saudaraku khilafah akan segera tegak atas izin Allah.
Keren mba Afi karyanya, semoga mencerahkan seluruh umat.
Aamiin
Insyaallah bismillah, Khilafah pasti segera tegak.