"Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat adalah negeri yang kekal.” (QS. Gafir : 39)
Oleh. Khaziyah Naflah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Istana adalah istilah yang menggambarkan suatu tempat yang besar, megah, nyaman, nan indah. Pemiliknya adalah seorang Ratu dan Raja yang memiliki banyak pelayan. Seluruh aktivitasnya akan dilayani oleh para pelayannya. Maka, saat mendengar nama "istana" pasti semua orang ingin memilikinya dan menjadi ratu atau raja di dalamnya. Namun, nyatanya untuk memilikinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh usaha yang keras dan sebuah pengorbanan.
Kebanyakan orang memahami bahwa istana hanya bisa dibangun dengan menggunakan materi (uang) berlimpah. Apalagi, saat ini dunia dikuasai oleh sistem yang berasaskan pada materi. Semuanya diukur hanya berdasarkan kekuasaan dan harta. Siapa yang memiliki materi (uang) berlimpah dan kekuasaan yang tinggi, maka mereka mampu melakukan apa pun yang mereka kehendaki. Maka, tidak heran banyak manusia yang berlomba-lomba mengumpulkan harta untuk membangun istana impiannya. Bahkan, hingga rela menabrak tuntunan syariat agama demi memenuhi ambisinya.
Kebanyakan dari mereka lupa bahwa gemerlap istana dunia hanya sementara. Semua akan sirna seiring dengan berakhirnya dunia dan seisinya. Padahal, Allah telah mengingatkan manusia dalam firman-Nya,
يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖوَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
Artinya: "Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat adalah negeri yang kekal." (QS. Gafir : 39)
Kemudian dalam firman Allah yang lainnya,
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Artinya : "… Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Al-Hadid : 20)
Begitulah kenikmatan dunia. Semua ada batasannya. Yang kekal hanya di akhirat. Saat kematian menghampiri, maka semua akan kita tinggalkan, yang tersisa hanya amalan saleh ketika kita hidup dunia. Sebagaimana apa yang kita lihat saat kematian menjemput seseorang. Dari generasi ke generasi, manusia diantarkan ke liang lahad tanpa membawa harta dan kekuasaannya. Kekuasaan, harta, takhta, istana, bahkan keluarganya pun ditinggalkan. Dia hanya berbekal seutas kain kafan putih yang menutup tubuhnya.
Allah berfirman dalam surah An-Nahl ayat 96
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ
Artinya : "Apa yang ada di sisi mereka akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal."
Maka, apalah arti istana dunia? Apalah arti kedudukan yang tinggi? Apalah arti sebuah popularitas, apabila manusia tidak memiliki keimanan, manusia lupa akan kehidupan yang kekal setelahnya. Mari, kita siapkan diri menyongsong hari tersebut. Hari di mana tidak ada lagi pertolongan kecuali amal perbuatan. Sebab, bekal kita bukanlah harta, akan tetapi amal perbuatan semasa hidup, yakni amal saleh. Siapa yang taat kepada Allah, maka mereka akan bahagia, dan siapa yang ingkar kepada Allah, maka akan sengsara.
Allah berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya, "Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl : 97).
Oleh karena itu, marilah kita bangun istana di surga. Istana dengan bangunan kokoh, megah, dan abadi. Tidak ada kesedihan dan keresahan lagi saat kita berada di dalamnya. Istana yang dibangun dengan ibadah kepada Allah, bukan hasil dari perbuatan yang dilandasi hawa nafsu dan ambisi.
Dari Abu Hurairah r.a., aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ”Bangunan di dalam surga itu batanya terbuat dari emas dan perak, semennya terbuat dari misk yang harum, kerikilnya terbuat dari mutiara dan yakut, pasirnya dari za’faran. Barang siapa yang masuk ke dalam surga ia akan merasakan kenikmatan yang tiada putusnya, kekal dan tidak akan mati, pakaiannya tidak pernah usang, dan masa muda yang tidak pernah tua” (Al Jami’u Ash Shagir hal 133)
Salah satu amalan yang mengantarkan manusia menuju istana surga adalah, orang yang beriman, masuk Islam, berhijrah, serta melaksanakan jihad fi sabilillah.
Rasulullah bersabda, "Aku menjamin siapa saja yang beriman kepadaku, masuk Islam, dan berhijrah dengan rumah di pinggir surga, rumah di tengah surga. Aku menjamin untuk siapa saja yang beriman kepadaku, masuk Islam dan berjihad karena Allah dengan rumah di pinggir surga, rumah di tengah surga, dan rumah di surga yang paling tinggi. Barang siapa yang mengerjakan itu, maka tidak menyerahkan apa pun demi kebaikan, dan tidak ada jalan keluar dari kejahatan, ia meninggal, di mana saja Dia kehendaki untuk meninggal.” (HR. Al-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Syekh Al Al-Bani rahimahullah).
Teladan Muslimah, Istana di Surga Ganjaran Perbuatannya
Siapa yang tidak mengenal Khadijah binti Khuwaylid. Istri Rasulullah pertama yang bergelar Ummul Mukminin. Seorang wanita luar biasa yang pertama masuk Islam. Beliau merelakan seluruh hartanya untuk dakwah Rasulullah. Membela Rasulullah saat semua orang berusaha menghalangi dakwah Rasul. Seorang wanita yang berada di sisi Rasulullah hingga ajal menjemput tetap memegang teguh keislamannya di tengah gempuran pemikiran dan fisik dari musuh-musuh Rasulullah. Dia adalah seorang ibu dari anak-anak Rasulullah yang sangat luar biasa.
Teladan muslimah yang berwawasan luas, pintar, sederhana, selalu menjaga kehormatan, penuh kasih sayang, bijaksana, serta berani membela kebenaran. Nama beliau terukir dalam tinta sejarah peradaban Islam sampai saat ini. Maka, tidak heran dengan keteguhan keislamannya dan besarnya pengorbanannya, Siti Khadijah mendapatkan salam dari Allah melalui malaikat Jibril bahwa dia mendapatkan istana di surga kelak.
Dari Abu Hurairah berkata,
"Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah saw. sambil berkata, 'Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepadamu dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahu pula kepadanya bahwa rumah di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada gangguan dan kepayahan di dalamnya.'” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudian, teladan muslimah selanjutnya adalah Asiyah binti Muhazim, istri Firaun. Kisahnya diabadikan oleh Allah dalam firmannya,
"Dan Allah menjadikan istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: ‘Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim." (QS. At-Tahrim : 11)
Keteguhan iman Asiyah kepada Allah sangat luar biasa. Ia mampu melawan dan mempertahankan keyakinannya saat sang suami yang zalim menyiksa dirinya. Dia tidak meminta belas kasih sedikit pun walaupun nyawa sudah hampir tercabut dalam raganya karena siksaan keji Firaun. Namun, dia tetap teguh terhadap keyakinannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia menyerahkan diri dan meminta pertolongan hanya semata-mata kepada Allah Swt.
Sungguh Asiyah dan ibunda Khadijah adalah contoh abadi setiap muslimah, bagaimana mereka bisa meninggalkan gemerlap dunia dan memilih kehidupan yang kekal, serta ganjaran terbesar yang diberikan Allah, yaitu surga yang kenikmatannya yang berlipat-lipat dibandingkan dengan kenikmatan dunia. Saatnya kita menjadikan mereka teladan dalam hidup kita. Fokus membangun istana dengan menunaikan segala perintah dan larangan-Nya. Wallahu A'alam Bissawab []
MasyaaALLAH, sungguh ibunda Khadijah dan ibunda Asiyah adalah istri teladan sepanjang masa..
Masyaallah ... mereka adalah wanita-wanita teladan yang bisa dicontoh ketika seseorang ingin membangun istananya di surga.
Teladan muslimah yang berwawasan luas, pintar, sederhana, selalu menjaga kehormatan, penuh kasih sayang, bijaksana, serta berani membela kebenaran. Nama beliau terukir dalam tinta sejarah peradaban Islam sampai saat ini. (Izin copas, suka kata2 ini. Inspirasi)
Letakkan dunia ditangan saja namun akhirat di hati semata. Menjadikan dunia wasilah kebaikan mencapai surga-Mu. Aamiin.
Gemerlapnya dunia selalu menipu gemerlapnya akhirat itu yang kita cari. Ketaatan terhadap syariat semoga wasilah untuk kita mendapatkan kenikmatan abadi di surga-Nys aamiin
Mengugah wawasan semoga banyak orang tercerahkan dengan naskah 8ni
Tipuan dunia memang sangat mempesona hingga banyak yang tergoda, menjadikan dunia sebagai fokus lupa tujuan sebenarnya.. astaghfirullah