Menyiapkan anak menjadi musafir taat sebagai bentuk tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, agar terus menjaga suasana keimanan meski sedang safar.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Solitude)
NarasiPost.Com-Menjadi musafir adalah sebuah keniscayaan bagi kaum muslim yang memiliki saudara atau kerabat jauh. Musafir juga bisa menempel pada seorang murid yang berguru atau menempuh pendidikan yang jauh dari kampung halaman. Musafir identik dengan bekal dan moda transportasi yang akan dikendarainya. Selain karena ada kewajiban yang harus ditunaikan dengan menempuh perjalanan jauh, safar juga kadang dilakukan oleh sebagian besar muslim untuk rihlah.
Musafir Taat Membawa Nikmat
Traveling atau safar adalah aktivitas yang banyak digemari masyarakat saat ini. Wisata, outbond, rihlah, family gathering, dan kegiatan sejenis lainnya akan menjadikan seorang muslim sebagai musafir, apalagi jarak tempuh yang sangat jauh. Traveling dalam pandangan Islam bukan sebatas "healing" sebagaimana yang diburu khalayak saat ini. Traveling haruslah bermuatan dakwah dan memprioritaskan amalan sunah.
Jarak tempuh yang cukup jauh haruslah diperhatikan oleh musafir. Apa pun tujuannya dalam bersafar atau traveling harus pula dipikirkan matang-matang. Apalagi jika traveling bersama anak kecil, anak haruslah disiapkan menjadi musafir yang taat. Kenapa taat? Hal itu akan menjadi maklumah baginya saat mereka bersafar saat balig. Selain itu, menyiapkan anak menjadi musafir taat sebagai bentuk tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak agar terus menjaga suasana keimanan meski sedang safar. Sebab, kelak akan dimintai pertanggungjawaban pula tentang aktivitas perjalanannya.
Baca juga : https://narasipost.com/family/08/2023/menyiapkan-anak-mandiri/
Jarak tempuh yang harus dilewati demi menjalin silaturahmi, mencari ilmu, atau untuk rihlah (wisata) tentu ada rambu-rambunya. Orang tua harus menyiapkan segala sesuatunya. Edukasi yang benar harus ditegakkan agar anak bisa menjadi musafir yang taat. Ada beberapa langkah untuk menjadikan anak musafir yang taat, antara lain:
Pertama, merencanakan perjalanan dengan anak. Meski anak belum paham karena masih balita, sounding terkait rencana perjalanan amatlah dibutuhkan. "Kita nanti mudik sebelum hari raya naik kereta, Mas." Ucapan seperti itu sudah cukup bagi anak balita. Namun, bagi anak yang sudah mumayiz, lebih baik disampaikan hal yang lebih detail. Kapan berangkatnya, naik apa, berapa tiketnya, akan ada pemberlakuan apa. Seperti saat pandemi Covid-19, saat kebijakan PPKM harus swab terlebih dahulu. Hal-hal semacam itu harus diberitahukan oleh orang tua kepada anak.
Kedua, menyiapkan bekal bersama. Perbekalan seorang musafir tentu tidaklah sedikit. Oleh karena itu, jauh-jauh hari anak dimotivasi menyisihkan uang saku ataupun uangnya sendiri untuk persiapan perjalanan. Memotivasi anak membeli tiketnya sendiri bukan pelit, tetapi lebih mengajarkan pada tanggung jawab bahwa menjadi musafir ada pengorbanan harta. Uang tersebut juga bisa dimotivasi untuk membeli perbekalan ataupun oleh-oleh pada keluarga, teman, atau kerabat yang hendak dikunjungi.
Selain perbekalan harta, anak diajarkan dan dimotivasi untuk menyiapkan sendiri barang-barang yang akan dibawanya. Apakah itu alat salat, pakaian ganti, alat tulis, alat mandi, obat-obatan, atau apa yang memang diperlukan. Jika anak masih balita orang tua harus menyiapkannya dengan melibatkan anak. Orang tua juga bisa mengedukasi dan memotivasi anak untuk ringan tangan, membantu adiknya menyiapkan perbekalan.
Ketiga, mengajarkan anak berdoa setiap akan safar. Hal ini perlu ditekankan dan ditanamkan pula sejak dini oleh orang tua. Doa keluar rumah, doa naik kendaraan, doa meminta perlindungan, dan doa lainnya harus dibacakan dengan suara keras agar anak hafal dan terbiasa melakukannya setiap akan safar ataupun keluar rumah karena keperluan tertentu.
Keempat, memotivasi dan meminta anak bertanggung jawab atas barang bawaannya sendiri. Orang tua harus melatih dan memotivasi anak untuk membawa dan menjaga barang bawaannya yang bebannya sepadan dengan berat badannya. Bahkan, orang tua bisa memotivasi anak untuk membantu membawakan barang adiknya jika diperlukan. Anak dimotivasi menjaga barangnya selama berkendara dan diingatkan agar jangan sampai barangnya tertinggal.
Kelima, menjaga etika berkendara, terlebih saat naik kendaraan umum. Orang tua wajib mengedukasi dan memotivasi anak menjaga etika saat berkendara. Bagaimana anak saat melintas di depan orang, bagaimana saat akan menaikkan barang dan harus melewati orang lain, tidak bersuara atau membuat keributan saat berkendara, dan lainnya haruslah diberi pengertian.
Menjaga kebersihan kendaraan termasuk etika berkendara. Orang tua harus mengingatkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Orang tua bisa menyiapkan plastik sampah untuk dijadikan tempat sampah sementara. Kemudian sampah tersebut dibuang di tempat sampah yang disediakan kendaraan atau di tempat sampah terdekat saat turun dari kendaraan.
Mengantre saat ke toilet kendaraan juga masuk bagian adab berkendara. Anak diajari agar tidak mendahului antrean. Jika terpaksa, anak diajarkan untuk meminta izin terlebih dahulu. Orang tua tetap mengingatkan anak untuk masuk toilet dengan berdoa terlebih dahulu, masuk kaki kiri, keluar kaki kanan, lalu berdoa lagi. Orang tua juga wajib memberitahu dan mengingatkan anak agar membersihkan kembali toilet setelah menunaikan buang hajat.
Menjawab sapaan orang lain dengan ramah, tidak ketus, dan tetap berhati-hati masuk bagian adab. Orang tua harus mengajarkan anak menggunakan kata yang baik saat berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk dengan orang lain saat mengendarai kendaraan umum. Adab berkendara harus ditegakkan agar anak menjadi musafir yang taat.
Keenam, menjaga waktu salat. Orang tua wajib mengajarkan anak perkara salat saat safar. Musafir mendapatkan keringanan untuk menggabungkan salatnya jika memenuhi syarat safar sesuai ketentuan syariat Islam. Maka dari itu, orang tua wajib mengajarkan perkara salat jamak dan qasar. Sebagaimana Nabi sallallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ شَطْرَ الصَّلاَةِ
“Allah Azza wa Jalla melepaskan dari musafir separuh salat.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, An Nasai, dan Ibnu Majah)
Wajib pula bagi orang tua mengajarkan tata cara salat dalam kendaraan. Perkara salat jangan sampai ditinggalkan meski dalam perjalanan. Hal itu menjadi tonggak anak untuk tetap menghamba pada Sang Khalik.
Ketujuh, memahamkan anak menutup aurat dan menjaga pergaulan di mana pun dan kapan pun. Orang tua harus menuntun dan menanamkan anak menutup aurat sejak dini, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Traveling bukan alasan anak untuk membuka aurat. Membiasakan anak menutup aurat saat perjalanan akan melatih ketaatannya untuk terikat dengan ketentuan Allah saat di luar rumah. Adapun pergaulan, orang tua wajib memahamkan hukum campur baur saat berkendara tidaklah sama dengan kehidupan umum lainnya. Namun, alangkah lebih baik jika orang tua mengajarkan dan memilihkan anak tempat duduk yang tidak bercampur baur.
Kedelapan, menjaga keselamatan diri dan orang lain. Orang tua harus mengajarkan anak menjaga keselamatan diri, tidak mengeluarkan anggota badan, tidak banyak beraktivitas fisik jika jalanan tidak rata, awan sedang tidak bersahabat, atau ombak tinggi. Orang tua harus membersamai anak saat kendaraan umum dan memperhatikan tutorial keadaan darurat. Sebelum berkendara, orang tua perlu juga mengajarkan mitigasi keadaan darurat saat berkendara, bisa sambil bermain dengan anak. Sehingga, anak tahu bahwa setiap perjalanan ada risiko kecelakaan atau keadaan darurat.
Kesembilan, memberikan keteladanan. Orang tua adalah model terkesan bagi anak, apalagi anak usia dini. Maka dari itu, segala hal yang dilakukan saat perjalanan haruslah bersandar pada Allah semata. Orang tua wajib memberikan keteladanan pada anak.
Kesepuluh, menyibukkan diri dengan zikrullah. Orang tua perlu mengajarkan anak untuk sibuk dalam lautan zikir selama perjalanan. Salah satu zikir, bukan hanya melafazkan kalimat tayibah, tetapi juga menadaburi ciptaan Allah sepanjang perjalanan.
Kesebelas, beramar makruf nahi mungkar. Orang tua terus memotivasi dan mengajarkan anak untuk terus mengingatkan teman safar, orang lain dalam safar, atau siapa pun untuk melakukan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Apabila ada orang yang membuang sampah sembarangan, orang tua segera mengambil sampah tersebut dan mengingatkan orang yang membuang sampah sembarangan tadi. Jika ada teman safar yang tidak salat saat masuk waktu salat dan berhenti di sebuah masjid, hendaklah orang tua mengajak orang tersebut salat atau meminta anak juga ikut mengingatkan. Suasana dakwah harus dijadikan poros dalam aktivitas safarnya.
Demikianlah beberapa langkah untuk menyiapkan dan membiasakan anak menjadi musafir taat. Orang tua insyaallah akan ringan hisabnya jika optimal menyiapkan anak-anaknya menjadi musafir yang taat. Selain itu, perjalanan akan terasa nikmat dan diberkahi Allah jika diliputi ketaatan. Wallahu a'lam. []
Bener mba Afi. Kita harus mengajarkan anak kebaikan di manapun mereka berada dan berteman dengan takwa.
Masya Allah. Naskahnya bagus banget. Sebagai pengingat kita sebagai orang tua dalam mendidik anak saat sedang safar. Tak sekedar membaca doa dan having fun semata. Jazakillah cikgu Afi.
Masyaallah.. barakallah mbak Afi
Semoga Allah mampukan kita menjaga amanah-Nya sebagaimana yg Dia inginkan..
Meski menjadi musyafir tetap utamakan ketaatan.
Naskah yang keren, semoga banyak pembaca yang mampir dan tersadar
Masyaallah keren naskahnya cikgu Afiyah
Masyaallah. Ternyata banyak persiapan dan ilmunya saat melakukan safar bareng keluarga. Intinya selalu taat syariat di mana pun dan kapan pun.
Inggih, lemes Mbak. Ketaatan ini modal keselamatan kita dalam perjalanan di dunia dan akhirat
Pelajaran berharga untuk para orang tua yang ingin mengajak anak-anaknya bersafar ria. Semoga hamba termasuk yg seperti itu ya Allah, aamiin.
Aamiin
MasyaAllah, belajar menjadi orang tua itu seumur hidup. Semoga kita menjadi orang tua yang selalu ridha terhadap ketetapan Allah.
Amiin
Inggih, Mbak. Harus terus belajar saya.
Fiqih perjalanan jarang diperhatikan orang.
Inggih, Ustadz
Masyaallah, betul ya, anak-anak memang harus diajarkan memiliki ketaatan di semua tempat, baik di tempat tinggal maupun saat berada di lingkungan umum atau perjalanan. Syukran tip-tipnya mbak Afi.
Afwan, ini pengalaman saya bersama Big 5 Mbak. Semoga bermanfaat. Catatan panjang sejak 2015.
Masya Allah tulisan yg bermanfaat utk dibaca seluruh orang tua agar memandang pentingnya peran agama dalam mendidik anak.
Lemes Mbak. Islam harus kita emban dalam kondisi apa pun.