Jangan Malu Berstatus IRT

Menjadi Ibu Rumah Tangga..

Seorang ibu yang terdidik, penuh dengan kasih sayang dan ketulusan hati, serta ketekunan dalam mengurus anak-anaknya bisa melahirkan generasi cerdas, sebab ia mampu mengarahkan anak-anaknya menjadi orang hebat.

Oleh. Khaziyah Naflah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Lo! Sekarang kok di rumah saja, bukannya lulusan sarjana? Wah, eman-eman (sayang-sayang) tuh gelarnya tidak dimanfaatkan? Padahal, dapatnya ‘kan susah, mengeluarkan banyak waktu dan biaya pula."Pernyataan seperti itu sering muncul di tengah masyarakat di saat melihat ada seorang perempuan lulusan sarjana, namun berada di rumah dan tidak bekerja setelah menikah. 

Ya, ibu rumah tangga sejatinya adalah pekerjaan yang paling mulia bagi seorang perempuan yang telah berstatus sebagai seorang istri. Namun, profesi ini sering dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat, apalagi standar kebahagiaan saat ini adalah materi. Seorang perempuan yang berpendidikan tinggi, mampu bekerja di perusahaan terkenal, ataupun seorang perempuan yang mampu menghasilkan materi sendiri dianggap sebagai perempuan yang hebat. Sedangkan mereka yang terdiam hanya mengurus urusan rumah tangga dianggap sesuatu yang remeh. 

Pandangan feminisme telah berhasil membius hampir seluruh perempuan muslimah saat ini. Profesi ibu rumah tangga dianggap mengekang kebebasan kaum perempuan. Kaum perempuan tidak boleh di bawah laki-laki. Dengan artian laki-laki dan perempuan harus setara dalam segala aspek "jika laki-laki boleh, perempuan pun harus boleh". 

Ide kapitalisme dan feminisme telah mengubah padangan manusia, termasuk wanita muslimah. Sesuatu dianggap bernilai bukan lagi pada ketakwaan Ilahi, namun jika  mampu menghasilkan materi. Pandangan ini telah menggeser fitrah perempuan itu sendiri. Tak ayal banyak perempuan muslimah justru berpandangan bahwa berada di rumah menjadi seorang ibu adalah hal yang tak berarti. Sudah saatnya para perempuan berkiprah di ranah publik untuk menunjukkan eksistensi diri. Semua itu dilakukan agar mendapatkan sebuah kebahagiaan. Namun, benarkah demikian? 

Perempuan di dalam Rumah

Dalam syariat Islam, perempuan bekerja di ranah publik bukanlah hal yang diharamkan, asalkan sesuai dengan koridor yang disyariatkan oleh Allah swt.. Namun, patut dipahami wahai muslimah, bahwa tempat terbaikmu adalah berada di rumahmu. Sebagaimana Allah berfirman, 

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Dan tetaplah tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan tidaklah kalian berhias (dan bertingkah laku) sebagaimana  berhiasnya orang-orang jahiliah terdahulu” (QS. Al-Ahzab: 33) 

Ibnu Katsir menjelaskan makna dari ayat di atas adalah larangan keluar rumah bagi perempuan, kecuali karena suatu keperluan. Keperluan yang dimaksud dalam hal ini seperti,  salat berjemaah di masjid disertai dengan beberapa syarat. Ibnu Katsir melanjutkan, perempuan juga tidak boleh berjalan di depan laki-laki dengan lenggak-lenggok, karena ia akan seperti wanita jahiliah. Dari penjelasan Ibnu Katsir disimpulkan bahwa wanita boleh keluar rumah, namun untuk alasan-alasan syar'i dan tentunya harus memenuhi syarat-syarat sesuai syariat Islam, seperti mendapatkan izin dari suami, menutup aurat dengan sempurna, tidak melakukan ikhtilat (campur baur) atau ber-khalwat (berduaan).

Islam menganjurkan agar perempuan tinggal di dalam rumah dikarenakan perempuan tersebut adalah aurat. Disebutkan dalam hadis dari ‘Abdullah bahwasanya Nabi saw. bersabda, 

"Sesungguhnya perempuan adalah aurat. Dan sesungguhnya jika dia keluar dari rumahnya, maka setan menyambutnya. Ihwal perempuan yang paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada dalam rumahnya.” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1685 dan Tirmidzi no. 1173. Syekh Al-Albani).

Kedudukan Ibu Begitu Mulia

Kedudukan ibu dalam sebuah keluarga begitu mulia, bahkan melebihi kemuliaan seorang ayah. Sebab, ibu memainkan peran penting lahirnya generasi terbaik. Kasih sayangnya dan kelembutan hatinya mampu menjaga, membersamai tumbuh kembang anak, serta mendidik mereka hingga mampu menghantarkan anaknya kepada gerbang kesuksesan. Padahal, semua tugas tersebut tidaklah mudah. Ia harus mengorbankan jiwa  dan raga untuk mengasuh dan membesarkan buah hatinya. Di samping itu, ia juga harus mengurus keluarganya. Tugas utamanya adalah Ummun wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga).

Maka tidak heran, Rasulullah menyebut kemuliaan ibu 3 kali dalam sabda-Nya, 

“Dari Abu Hurairah ra., dia berkata ada seorang laki – laki datang kepada Rasulallah saw. dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik ?’, Rasulullah menjawab: ‘Ibumu’. Lalu siapa lagi? ‘Ibumu’. Siapa lagi? ‘Ibumu’. Lalu siapa lagi? ‘Ayahmu’.”

Sungguh penggambaran betapa mulianya sosok ibu dalam Islam. Kemuliaan ibu pun termaktub dalam firman Allah Swt., 

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik ) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia 2 tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (TQS. Lukman: 14)

Selain itu, Allah juga menjadikan kemuliaan seorang ibu dalam doanya. Di mana lisan seorang ibu mampu menjadi doa yang mustajab bagi anak-anaknya. Rasulullah bersabda, 

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi (kemakbulannya), yaitu doa orang tua, doa yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi” (HR. Abu Daud)

Ibu, Pendidik Generasi Terbaik 

Generasi merupakan pilar kebangkitan dan perubahan peradaban suatu bangsa. Sebab, mereka memiliki ketajaman berpikir dan visi perjuangan yang tinggi. Penentu lahirnya  generasi yang terbaik tergantung dari seorang ibu. Sebab, ibu adalah madrasatul ‘ula (sekolah pertama) untuk anak-anaknya sebelum terjun ke ranah publik.  Dengan artinya anak-anak pertama menerima pendidikan dari buaian ibunya. Segala perbuatan dan perkataan ibu akan direkam dan ditiru oleh anak-anaknya. Itulah awal anak mendapatkan pendidikan pertamanya. 

Baca juga :
https://narasipost.com/family/10/2020/ibu-hebat-melahirkan-generasi-hebat/

Oleh karena itu, seorang ibu dengan kasih sayang dan ketulusan hati, serta ketekunan dalam mengurus anak-anaknya bisa melahirkan generasi cerdas. Ibu yang terdidik akan mampu melahirkan generasi terbaik, sebab ia mampu mengarahkan serta mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang-orang hebat. Banyak manusia hebat yang dilahirkan dari rahim seorang ibu yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Seperti, ulama-ulama besar yang namanya terkenang hingga kini, begitu juga dengan para khalifah yang mengukir sejarah peradaban gemilang. 

Salah satu contoh khalifah hebat yang mampu membawa rakyatnya pada kesejahteraan, bahkan pada kepemimpinannya tidak ada satu pun rakyat yang masuk kriteria penerima zakat (mustahik),  yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ibu Khalifah Umar hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa bukan seorang bangsawan. Dia selalu menjaga dirinya dari hal-hal syubhat. Ibu Khalifah Umar hanya penjual susu di pasar. Ia adalah orang yang jujur dalam penjual barang dagangannya. Namun, dengan izin Allah hasil didikannya mampu melahirkan generasi yang sangat luar biasa. Seorang pemimpin yang amanah dalam kepemimpinan, serta siap menjadi garda terdepan memperjuangkan Islam.

Tidak Cukup Hanya dengan Ilmu 

Untuk melahirkan generasi yang terbaik seorang ibu tidak cukup hanya memiliki ilmu yang tinggi, namun ia harus memiliki ketakwaan kepada Allah. Sebab, nantinya ketakwaan akan menentukan jadi diri seseorang. Generasi yang dididik dengan ilmu, namun tidak disertai dengan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah menjadikan mereka lupa akan hakikat kehidupan yang fana ini. Terkadang mereka justru menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan kebijakan-kebijakan penguasa yang justru menyengsarakan rakyat. Tak jarang pula mereka menjadi alat Barat untuk melawan keberadaan dari kebangkitan hakiki.

Dengan berbekal ketakwaan, seorang ibu akan mengajarkan kepada anaknya arti sebuah kehidupan yakni hanya mencari rida Ilahi. Mengajarkan bahwa dunia ini hanya panggung sandiwara yang akan berakhir. Kehidupan yang kekal hanya di akhirat setelah datangnya kematian. 

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya dan dia memberinya pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’. (TQS. Luqman:13)

Penanaman akidah Islam, syariat, serta akhlak pada diri generasi harus dimulai sejak dini  karena pada masa itu fitrah anak masih bersih. Hal ini nantinya menjadi bekal mereka untuk mulai memahami hakikat dari keberadaan Sang Penciptanya. Dia akan belajar menyandarkan segala perbuatan hanya kepada syariat Allah, sehingga terbentuk akhlak terpuji dalam diri mereka nantinya. Dengan demikian, generasi akan menjadikan hidupnya penuh bermakna, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk mencari kebahagiaan yang fana. Mereka akan siap menjadi garda terdepan memperjuangkan syariat Islam kaffah, membongkar kebobrokan dan kezaliman sistem saat ini. 

Khatimah

Wahai muslimah, banggalah dengan statusmu sebagai ibu rumah tangga. Walaupun engkau tidak memiliki titel dan bisnis, atau bekerja di perusahaan ternama, namun tugasmu sebagai ibu rumah tangga sangatlah mulia dan paling utama dari profesi yang lainnya. Apalagi, di sistem hari ini yang membuat moral generasi kian kritis. Peranmu penentu suatu peradaban bangsa. Di tanganmu akan terlahir generasi-generasi terbaik. Profesimu pun adalah jalan menuju surga. 

Oleh karena itu, mari wahai muslimah, terus belajar menjadi seorang ibu yang tangguh, membersamai diri dengan ilmu agama ataupun dunia, serta  tsaqofah Islam yang mumpuni untuk mendidik diri dan generasi. Agar nantinya dapat terlahir generasi-generasi yang berkualitas yang mampu membawa kebangkitan hakiki, yakni menyongsong tegaknya Islam kaffah. Wallahu A'alam Bissawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Khaziyah Naflah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Buntil, Buntalan Sayur nan Lezat
Next
Kiprah Pemuda dalam Pemilu, Akankah Berbuah Perubahan?
4.3 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

17 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dyah Rini
Dyah Rini
11 months ago

Di daerahku faktanya banyak wanita yang telah menikah lalu menjadi calon ibu (mrlahirkan anak), ttugas membesarkan dan mendidiknya diserahkan kepada neneknya. Sementara ibu yang baru melahirkan itu lebih memilih bekerja ke luar rumah. Akhirnya tugas rumah tangga diambil alih suami, karena sulit / tidak mendapat lapangan pekerjaan. Bahkan karena tekanan ekonomi mereka harus bekerja ke luar negeri (menjadi TKW). Inilah buah penerapan sistem Kapitalisme yang mencabut fitrah wanita dari tugas utamanya sebagai umun wa rabbatul bait. Miris sekali ya Mbak?

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
11 months ago

Benar-benar sebuah nikmat menjadi IRT dengan segala gelombang ujian dan cobaannya. So, memang harus terus belajar agar tidak terjerumus dalam jaring kelam kapitalisme plus bisa istiqomah menjadi IRT yang sholihah dan dibangkitkan Rasulullah kelak.

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
11 months ago

Islam memuliakan wanita, menjunjung tinggi kedudukannya, dengan Islam peradaban menjadi gemilang, seorang ibu dalam kapitalisme berperan ganda dan rawan depresi. Barokallah untuk penulis dan NP

Ragil
Ragil
11 months ago

Baik yang bekerja maupun jadi ibu rumah tangga semoga semua bisa menjalankan tugas utama sebagai ibu dan istri dengan baik. Saat ini banyak kaum ibu terpaksa bekerja meninggalkan anak demi mendapatkan rupiah karena kondisi ekonomi begitu sulit. Sistem kapitalisme ini yang membuat tugas utama perempuan terabaikan. Sungguh berbeda dengan sistem Islam.

Wiwik Hayaali
Wiwik Hayaali
11 months ago

Ibu rumah tangga itu keren. Kerjanya 24 jam, gajinya berlipat-lipat langsung dari Allah.

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Wiwik Hayaali
11 months ago

Bener, Mba. Hanya begitu saat ini kalau ditanya pada malu

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
11 months ago

Islam menjaga kehormatan muslimah dan menjunjung tinggi kaum ibu rumah tangga pendidik generasi. Sebagai Ummu warabatul bait pencetak generasi shalih.
Semoga naskah ini menjadi penyemangat kaum ibu

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Dewi Kusuma
11 months ago

Aamiin. Syukron bun.

Aya Ummu Najwa
Aya Ummu Najwa
11 months ago

Yess! Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sangat hebat. Tak semua perempuan mampu dan mau melakukannya. Untuk menjadi ibu rumah tangga diperlukan ilmu yang mumpuni agar bisa mencetak generasi unggul calon-calon pemimpin umat masa depan. Jadi, para ibu, ayo layakkan kita sebagai ibu pencetak generasi bintang.

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Aya Ummu Najwa
11 months ago

Iya mba Aya. Memang kudu punya ilmu dan takwa. Perubahan bangsa sebagian besar ada di tangan ibu rumha tangga

Yuli Juharini
Yuli Juharini
11 months ago

Berbahagialah kaum ibu yg hanya mengurusi anak2nya dan suami di rumah, tanpa harus ikut keluar untuk mencari nafkah. Karena fokus pada 2 hal itu yg membuat maksimal dalam meriayah keluarganya. Bukan berarti ibu yg bekerja tdk baik. Bahkan luar biasa menurutku, jika keduanya bersinergi dengan baik. Bisa meriayah keluarga sekaligus dapat uang karena bekerja.

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Yuli Juharini
11 months ago

Semoga banyak sadar bahwa status IRT sangat mulia.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
11 months ago

Aku ibu rumah tangga, dan aku menikmatinya. Karena sejatinya setiap pilihan akan ada konsekuensinya. Meskipun derasnya arus feminisme kadang juga begitu menggoda, namun menjadi IRT adalah sebuah pilihan.

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Isty Da'iyah
11 months ago

Sama mba Isti. Aku sering banget dapat pertanyaan di atas.

Sartinah
Sartinah
11 months ago

Pemahaman seperti ini memang harus dimiliki oleh seluruh kaum perempuan. Bahwa, status ibu rumah tangga itu istimewa dan mulia. Tapi ya gitu, derasnya arus feminisme membuat kebanggaan terhadap status IRT kalah oleh status wanita karier yang bekerja demi memenuhi gaya hidup.

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Sartinah
11 months ago

Bener bener, bener banget mba Tina. Harus sadar bahwa ide feminisme buat kita jauh dari fitrah ibu

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram