Di saat itulah akan sangat mudah bagi khalifah untuk menunjuk para amirul jihad, agar mengerahkan seluruh pasukannya membantu menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi di negara yang sedang berkonflik, tanpa terhalang sekat nasionalisme.
Oleh. Umul Istiqomah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Cahaya merah membara di langit Gaza, ledakan rudal Israel tiada hentinya, nyawa manusia seolah tak berharga. Ya, kabar korban jiwa terus bertambah setiap harinya atas aksi penyerangan dari pihak Israel yang dilakukan lebih intensif dan membabi buta. Pada tanggal 7 Oktober, Hamas melancarkan serangan ke Israel, menewaskan lebih dari 1.000 nyawa, serta menculik 200 orang. Hingga kini, korban jiwa di pihak Israel setidaknya telah mencapai 1.403 orang. Sebagai tanggapan dari serangan pasukan Hamas, Israel membalas dengan serangan udara ke Jalur Gaza, daerah kantong Palestina yang dikuasai oleh Hamas. Badan-badan Hak Asasi Manusia mengecam tindakan yang dilakukan Israel, di mana saat ini mereka telah memutus pasokan makanan, air, dan listrik di Palestina.
Pada Selasa malam, RS Baptis di Kota Gaza terkena rudal Israel, hingga menewaskan ratusan orang, memicu protes negara-negara Timur Tengah, dan sekitarnya. Padahal, rumah sakit tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung bagi mereka yang mencari perlindungan dari serangan udara Israel. Serangan itu pun telah menambah angka korban jiwa hingga mencapai 3.785 di Gaza, sementara 72 korban jiwa di Tepi Barat (West Bank). (CNBC Indonesia, 20/10/ 2023)
Baca juga : https://narasipost.com/challenge-np/09/2023/prahara-di-bumi-palestina/
Di sisi lain, desakan gencatan senjata di Gaza oleh berbagai pihak, termasuk PBB tak ditanggapi Israel. Desakan keras untuk menghentikan serangan, sepertinya akan didengar Israel hanya dari Amerika Serikat (AS). Tetapi sikap AS sampai saat ini masih mendukung Israel. Sejak awal AS telah memberi dukungannya kepada Israel melakukan pembalasan terhadap serangan kejut oleh kelompok pejuang Hamas. Tak hanya itu saja, dukungan dari AS semakin terlihat serius dengan dikirimnya bantuan militer mulai dari armada tempur, kapal induk, hingga dana militer. (republika.co.id, 16/10/ 2023)
Kenapa Harus Palestina?
“Perang” Palestina-Israel terus berlanjut. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Kecaman dan seruan penghentian terus berkumandang dari berbagai negara. Namun, tak sedikit pula dukungan negara-negara Barat atas tindakan para Zionis yang sudah di luar batas kemanusiaan. Ya, negara Barat yang notabene memiliki jejak historis sebagai supporter, bahkan membidani lahirnya ideologi Zionis Israel, yaitu Amerika, Inggris, dan Prancis. Sehingga, bertambah besar kesombongan Israel pada hari ini, disebabkan kekuatannya yang mendapat sokongan dari negara superpower. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah perlawanan dari barisan pejuang Hamas, untuk menunjukkan betapa berharganya bumi Syam. Sebab, bukan hanya persoalan tanah semata. Lebih jauh dari itu, bumi Syam yang terdiri dari Suriah, Yordania, Lebanon, dan tentunya Palestina di dalamnya adalah tempat yang Allah berkahi (QS. Al Isra : 1).
Selain itu Syam adalah negeri para Nabi. Pun, sebagai bagian dari negeri Syam, di Palestina terdapat Masjid Al-Aqsa, yang notabene kiblat pertama kaum muslim, tempat singgah perjalanan Isra Mikraj, sekaligus tempat suci ketiga bagi umat Islam, serta satu dari tiga masjid yang Rasulullah saw. rekomendasikan untuk dikunjungi. Dari banyaknya keutamaan yang terdapat di Palestina inilah dasar yang mana menjadi penting bagi kita umat muslim menyadari, bahwa penjajahan Zionis Israel pada Palestina itu bukan sekadar penjajahan politik, perampasan tanah atau bahkan rempah-rempah, seperti apa yang dialami Indonesia, namun sudah menyentuh ke ranah agama. Karena, pada awal Zionis Yahudi ini terbentuk, mereka memilih tanah Palestina sebagai tempat mereka tinggal atas dasar sentimen agama, yang mana menurut kitab yang mereka yakini tempat itu adalah tanah yang dijanjikan. Sebegitu yakinnya mereka dengan kitabnya, sampai tega melayangkan ratusan ribu nyawa, hanya demi keberlangsungan generasi bangsa mereka selama puluhan tahun hingga detik ini. Lantas bagaimana upaya kita sebagai umat muslim ?
Terhalang Sekat Nasionalisme
Sejatinya, sebagai umat muslim tak ragu lagi untuk mengatakan, bahwa kita membela Palestina atas dasar agama. Sebab, berkali-kali Baitulmaqdis disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai tempat yang diberkahi. Begitu berharganya tempat suci ini, sehingga jangan sampai jatuh ke tangan Zionis. Perlawanan pejuang Hamas kemarin adalah bentuk dari penjagaan umat muslim di sana terhadap Al-Aqsa. Lantas bagaimana dengan kita yang jauh di sini, begitu juga dengan negara-negara tetangga? Apakah kita sekadar menjadi penonton dari “perang” ini, lalu bersorak-sorai ketika menang, atau menangis ketika dikalahkan? Tentu bukan itu jawabannya. Namun, kita pun harus turut menjadi bagian sebagai penjaga Al-Aqsa. Karena, dengan diamnya kita, serta negeri-negeri muslim terhadap apa yang sedang terjadi di Palestina, merupakan bentuk pembiaran terhadap para Zionis menguasai Al Quds.
Alhasil, membuatnya semakin pongah dan kejam perlakuannya terhadap saudara-saudara kita di sana. Bahkan, jika kita tidak bisa memakai alasan sebagai muslim untuk membela mereka, minimal berpihaklah kepada mereka atas nama kemanusiaan. Karena, apa yang sudah dilakukan Zionis terhadap warga Palestina sudah melebihi batas kemanusiaan. Kalau AS saja sangat serius dalam dukungannya kepada Israel dengan memberikan bantuan militer berupa persenjataan, pesawat tempur, hingga kapal induk terbesar di dunia. Maka, negeri-negeri muslim yang mengecam tindakan Israel juga sudah sepantasnya lebih serius lagi dalam dukungannya terhadap Palestina. Namun, sayang itu semua hanya ilusi, disebabkan adanya sekat nasionalisme dan segala kepentingan-kepentingan politik berbagai negeri muslim, dengan pemimpin dunia saat ini. Sehingga, membuat negeri-negeri muslim memilih jalur aman, enggan memberi bantuan konkret berupa pasukan atau peralatan militernya, serta memaksimalkan bentuk dukungan berupa doa juga bantuan materi saja. Namun, hal ini tidak sebanding dengan apa yang Israel dapatkan dari negara pendukungnya.
Butuh Kekuatan Besar
Islam sebagai agama yang mulia kedudukannya, tentu akan senantiasa ada dalam penjagaan Allah Swt. Oleh sebab itu, kemenangannya sudah dipastikan akan terjadi dengan atau tanpa kita. Namun, Allah akan melihat di mana posisi kita. Apakah sebagai penonton atau pemain, semua tergantung pada pilihan kita sendiri. Meskipun dari segi pemeluk, Islam masih menjadi peringkat kedua terbesar di dunia setelah Kristen dengan jumlah sebanyak 1,91 miliar pengikut. Namun, Islam pun memiliki kekuatan yang besar ketika seluruh umat Islam di dunia ini bersatu, yakni dalam naungan kepemimpinan yang satu, yaitu negara Khilafah, yang di dalamnya memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama. Mungkin bagi sebagian orang, bahkan mayoritas umat muslim saat ini menganggap Khilafah adalah suatu hal yang tabu, utopis atau khayalan belaka. Padahal, bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin, dengan umat muslim saat ini yang Allah anugerahkan begitu banyak jumlahnya, justru harus membangkitkan optimisme. Bahwasanya, umat Islam pasti akan mampu mengalahkan orang-orang kafir jika bersatu. Jangan sampai dengan jumlah sebanyak itu umat Islam seperti “buih di lautan” jumlahnya banyak namun tidak berarti apa-apa.
Sesungguhnya Rasulullah saw., pernah bersabda, "Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring." Seseorang berkata, ‘Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?’ Beliau bersabda, ‘Bahkan kalian saat itu banyak sekali jumlahnya, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuhmu terhadap kalian, juga menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.’ Seseorang bertanya, ‘Apakah wahn itu Ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, "Cinta akan dunia namun takut kematian” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)
Maka dari itu, bersatunya umat Islam dalam satu ikatan yang paling sahih adalah ikatan ideologi Islam yang landasannya adalah akidah Islam. Sehingga, menjadi kekuatan besar umat Islam jika hal itu terwujud. Di saat itulah akan sangat mudah bagi khalifah untuk menunjuk para amirul jihad, agar mengerahkan seluruh pasukannya membantu menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi di negara yang sedang berkonflik, tanpa terhalang sekat nasionalisme.
Wallahu a’lam bish-shawwab.[]
hanya seorang khalifah yang mampu dan berani mengomando pasukan militer untuk membebaskan kaum muslim dari penjajahan di Palestin
Allah Allah Allah
Khilafah, tegaklah!
Aamiin ya rabbal 'alaamiin
Ya benar Palestina butuh kekuatan besar untuk membebaskannya, dan kekuatan besar itu adalah khilafah
Palestine butuh penerapan Islam secara kaffah dalam bingkai negara yang mejalankan aturan Allah SWT secara totalitas
Butuh Khilafah. Berita pagi ini bikin sedih membuat miris. Hampir semua RS di Gaza sudah kolaps. Sampai kapan penderitaan saudara kita di Palestina berakhir..... Khilafah semoga segera tegak.
Benar Mbak. Umat Islam merindu tegaknya kembali khilafah ala minhaj nubuwwah tsani sebagaimana bisyarah Rasulullah. Institusi yang akan menyatukan kembali negeri- negeri Muslim yang terpecah belah menjadi negara yang satu. Khalifahnya akan menyerukan jihad untuk menyelamatkan bumi Palestina. Dan akan meluluhlantakkan Yahudi Israel.
Baca berita tentang kekejaman Zionis memang bikin naik darah ya. Lebih kesel lagi melihat diamnya para penguasa muslim yang tetap sibuk dengan nasionalisme mereka. Inilah urgennya Khilafah saat ini bagi pembebasan Palestina.
Ternyata hanya rakyat Palestina yang berani melawan. Negeri-negeri muslim sudah tertawan. Para penguasa bonekanya takut dengan Amerika dan sekutunya. Padahal jika keyakinan Allah tertancap kuat, pasti berani melawan. Tidak ada kerugian sedikitpun saat berjihad. Baik hidup atau mati sama-sama mulia. Seharusnya peristiwa ini makin menyadarkan umat bahwa umat Islam harus bersatu merebut kembali Palestina, milik umat.
Bener. Sekat Nasionalisme yang memecah belah kaum muslim saat ini hingga mereka tidak bisa bersatu. Kita butuh khilafah untuk menyatukan umat muslim.