Moral Remaja Kian Kritis, Butuh Solusi Sistemis

Moral remaja krisis

Alhasil hanya Islamlah satu-satunya solusi sistemis yang dapat mengurai berbagai permasalahan yang menimpa remaja hari ini.

Oleh. Hanifah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Apa yang terpikirkan di benak pembaca jika diminta mendeskripsikan perilaku remaja hari ini? Calon pemimpin? Pemegang estafet peradaban? Problem solver? Atau justru kebalikan dari semua sifat tersebut?  Menjadi followerTrouble maker? Dan berbagai perilaku meresahkan lainnya yang hari ini kian ruwet saja masalahnya. Bagaimana tidak ruwet jika perilaku mereka dari hari ke hari semakin menyesakkan dada. Bahkan fitrah mereka sebagai manusia makin rusak hingga berani melakukan kejahatan yang merugikan lingkungan dan masa depannya. Buktinya baru-baru saja muncul sebuah kasus remaja aborsi yang terungkap di Kelurahan Tanjung Laut, Kota Bontang. Kasus ini muncul karena pergaulan bebas di kalangan remaja hingga muncul korban jiwa.

Nasdem Rustam, salah satu anggota Fraksi Golkar angkat bicara mengenai kasus ini. Ia mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan peran serta dalam pendidikan karakter anak muda melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) agar bisa mengintervensi langsung di bangku sekolah. Sedangkan pengawasan dan pembinaan orang tua tetap dilakukan di bawah bimbingan setiap lurah di masing-masing wilayah. 

Menurutnya kasus aborsi harus menjadi atensi semua pihak, bukan hanya orang tua, pemerintah dan sekolah. Rustam pun mengingatkan kepada semua pihak untuk mengawasi bersama kasus lainnya yang menimpa remaja seperti maraknya peredaran narkoba dan minuman keras. Ia menegaskan bahwa revolusi mental, pembentukan karakter dan pendekatan persuasif itu penting dan mesti didukung agar bisa menciptakan iklim yang positif untuk tumbuh kembang remaja di Bontang. (Klikkaltim.com, 6/10/2023)

Sungguh miris, melihat berbagai masalah yang menimpa remaja hari ini. Banyak dari mereka tidak mengetahui tujuan hidupnya hingga tenggelam dalam aktivitas maksiat yang merusak mental, pemikiran terlebih merusak agama mereka. Kasus-kasus pergaulan bebas yang ragam jenisnya seperti aborsi, narkoba, pelecehan dan penyimpangan seksual, hamil di luar nikah, perundungan dan seabrek masalah lainnya seakan selalu mewarnai di setiap portal berita. Bagai fenomena gunung es, kasus yang terungkap hanyalah secuil dari kasus-kasus yang tidak terungkap lainnya. Kita pun patut merasa khawatir dan bertanya-tanya. Ada apa dengan kondisi generasi hari ini? Bagaimanakah nasib masa depan negara jika remajanya hari ini justru dirusak dengan pergaulan bebas? 

Cukupkah dengan Revolusi Mental dan Pendekatan Persuasif? 

Memang solusi yang ditawarkan penguasa hari ini seperti revolusi mental dan pendekatan persuasif dinilai cukup baik. Namun jika dikritisi, solusi-solusi tersebut tidak cukup bergigi jika arus liberalisasi kian masif menghiasi gaya hidup remaja hari ini. Seperti yang telah diketahui bahwa revolusi mental adalah mengenal dan menjalankan karakter asli bangsa Indonesia yang santun, berbudi pekerti, dan bergotong royong. Pun juga dengan solusi pendekatan persuasif yaitu sebuah cara mengajak seseorang yang dilakukan dengan sangat halus agar seseorang merasa nyaman, menyadari kesalahannya dan mau untuk berbenah. 

Solusi-solusi tersebut tampak sia-sia jika tidak ada aturan tegas yang membatasi pergaulan remaja hari ini. Padahal, negeri ini adalah mayoritas muslim yang dalam agama mereka (Islam) sudah diatur mengenai batasan pergaulan antarsesama. Namun sayang, aturan agama justru dipinggirkan dalam kehidupan yang menyebabkan pergaulan bebas makin tak terbendung. Negara justru lebih berpihak kepada aturan liberal dan kapitalis yang berakibat derasnya arus budaya-budaya Barat yang permisif (serba boleh). Seperti halnya tayangan dan konten yang mengumbar aurat dan nafsu syahwat, bebas berkeliaran di sosial media dan televisi dengan dalih menambah devisa negara. Inilah corak negara kapitalis yang hanya mementingkan cuan dan mengabaikan dampak merusak yang ditimbulkan.  Alhasil para remaja yang tidak memiliki bekal agama yang cukup akan mudah meniru konten-konten rusak tersebut yang akhirnya mereka terlibat pergaulan bebas. 

Peran keluarga dan masyarakat yang individualis hari ini juga menjadi sebab suburnya kasus-kasus yang menimpa remaja. Orang tua tidak merasa penting untuk menanamkan bekal agama kepada anak-anaknya karena telah disibukkan dengan bekerja hingga menyerahkan sepenuhnya pengasuhan anak kepada sekolah atau pengasuh. Orang tua justru cuek dan tidak khawatir jika anaknya pergi keluar bersama pacar dan baru menyesal jika anaknya justru menghamili anak orang lain bahkan sampai melakukan aborsi.

Masyarakat juga banyak yang tidak berani menegur perilaku remaja yang berdua-duaan di tempat ramai atau sepi asal tidak merugikan. Padahal, sikap pembiaran atas kemaksiatan justru akan membuka pintu gerbang kemaksiatan lainnya yang menimbulkan masalah-masalah baru. Setidaknya beberapa penyebab itulah yang mengakibatkan moral remaja kian kritis di mana pun dan kapan pun. 

Maka dari itu, perlu kita sadari bahwa permasalahan yang menimpa remaja hari ini bersifat sistemis yang artinya tidak hanya menimpa satu-dua remaja saja, melainkan kasus-kasus tersebut merata di seluruh negeri hingga kalangan mahasiswa dan milenial pun juga turut tenggelam dalam pergaulan bebas. Oleh sebab itu, perlu dicari solusi yang bersifat sistemis agar kasus-kasus yang menimpa remaja bisa dihentikan dan masa depan remaja terselamatkan.

Islam Solusi Sistemis

Islam adalah sebuah agama yang memiliki aturan untuk mengatur interaksi antarmanusia agar tidak melampaui batas. Dalam menyikapi masalah pergaulan bebas, Islam telah memberikan aturan penjagaan agar tidak terlanjur menimbulkan korban. Aturan tersebut di antaranya perintah menjaga pandangan dan menutup aurat (Lihat: QS. An-Nur ayat 30-31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59).

Islam juga melarang khalwat dan ikhtilat sebagaimana hadis Nabi saw., “Jangan sekali-kali seorang laki-laki menyendiri (khalwat) dengan perempuan kecuali ada mahramnya. Dan janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya” (HR. Bukhari)

Perintah amar makruf nahi mungkar juga selalu ditegakkan masyarakat agar setiap orang merasa malu berbuat maksiat karena adanya kontrol dari lingkungan sekitar. Semua aturan tersebut tidak dapat diterapkan jika negara masih menganut sistem sekuler kapitalis dalam mengatur rakyatnya. Oleh sebab itu, sistem sekuler kapitalis mesti dicampakkan dan diganti dengan sistem Islam agar negara maksimal dalam membentengi generasi. Dalam hal ini negara wajib memblokir media atau konten yang menampilkan maksiat dan hanya mengizinkan konten yang mengandung edukasi pada remaja. Negara juga memastikan tegaknya pelaksanaan hukum syarak pada rakyatnya dan mendorong setiap keluarga agar mendidik pemahaman agama kepada anak-anaknya. 

Jika semua aturan tersebut telah terlaksana namun masih ada di antara rakyatnya yang melakukan maksiat, maka negara akan menindak tegas dengan melaksanakan hukuman cambuk bagi yang belum menikah dan hukuman rajam bagi yang sudah menikah. Pemimpin (khalifah) dalam Islam pastinya adalah seseorang yang bertakwa dan mencintai rakyatnya sehingga tidak akan membiarkan adanya pelanggaran hukum syarak karena penguasa bertanggung jawab atas dosa yang dilakukan rakyatnya. 

Alhasil hanya Islamlah satu-satunya solusi sistemis yang dapat mengurai berbagai permasalahan yang menimpa remaja hari ini. Sudah semestinya umat Islam menyadari dan bergerak bersama mewujudkan kehidupan Islam agar kehidupan berkah, mulia dan lahir remaja-remaja salih pemimpin peradaban. 

Allah Taala berfirman: “Dan ini adalah kitab (Al-Qur’an) yang kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat.” (TQS Al-An’am [6]: 92)

Wallahu’alam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hanifah Tarisa Budiyanti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Bahaya Menjauhkan Agama dari Politik
Next
Mendambakan Kepemimpinan Yang Satu
4.7 3 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

demokrasi yang memuja kebebasan berperilaku dan berekspresi makin menjauhkan remaja-remaja muslim dari fitrahnya sebagai hamba Allah Swt. Innalillah...

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

Tugas orang tua makin berat. Sekuat apa pun kita melindungi para remaja dari dalam rumah, ketika mereka keluar rasa was-was selalu muncul. Karena sejatinya ini adalah tugas bersama. Ada negara yang harusnya melindungi mereka dari segala ancaman fitnah dunia.

Novianti
Novianti
1 year ago

Banyak PR untuk mengembalikan para remaja kembali pada fitrahnya. Semua level dari keluarga hingga negara. Namun, upaya apapun dalam keluarga bisa porak poranda tatkala negara menghancurkannya dari semua lini. Penyelesaian ganti sistem menjadi konsekuensi logis dan hanya sistem Islam yang memiliki solusi paripurna.

Dyah Rini
Dyah Rini
1 year ago

Miris melihat perilaku remaja saat ini. Ideologi sekuler-kapitalis telah mengjangkiti mereka. Agama telah dipinggirkan dalam kancah kehidupan. Mereka cenderung bebas berbuat tanpa aturan. Memang butuh sistem yang paripurna untuk mensolusi problem rmereka. Yakni sistem Islam (khilafah)

Siti Komariah
Siti Komariah
1 year ago

Bener mba. Solusi apapun yang ditawarkan. Jika asasnya masih kapitalis liberal yo percuma, sebab akar masalahnya kan disitu. Jadi solusi saat ini hanya sebuab ilusi untuk menutupi kegagalan mereka. Miris sih. Memang hanya islam yang mampu mencetak generasi terbaik

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Penerapan sistem yang rusak akhirnya melahirkan generasi yang rusak pula. Jika solusinya hanya menyentuh persoalan cabang seperti revolusi mental dan pendekatan persuasif, maka kasus-kasus kenakalan remaja seperti seks bebas, akan terus terjadi.

Wiwik Hayaali
Wiwik Hayaali
1 year ago

Allah Allah Allah. Semoga Allah kuatkan iman anak-anak kita sehingga terhindar dari krisis moral.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Kritisnya permasalahan remaja di era kapitalisme sekularisme makin membuat miris hati. Solusinya tuntasnya mesti ganti sistem dengan Islam kaffah sebagai aturan yang sahih yang datangnya dari Allah Swt

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram