Kesatuan inspirasi dan aspirasi inilah yang menjadikan Islam hadir sebagai solusi. Apabila diterapkan secara kaffah niscaya akan tuntas menyelesaikan aneka masalah yang tak henti merundung negeri ini dan dunia Islam keseluruhan
Oleh. Ummu Zhafran
(Pegiat Literasi Islam)
NarasiPost.Com-Belum lama dilantik, pejabat baru dalam lingkup Kementerian Agama melontarkan kontroversi. Menurutnya agama seharusnya dijadikan sebagai sumber inspirasi dan bukannya aspirasi. Lebih lanjut dijelaskan, aspirasi yang dimaksud adalah tidak menggunakan agama sebagai alat politik, baik untuk menentang pemerintah maupun merebut kekuasaan. Agama seyogianya dibiarkan hanya menjadi inspirasi yang memicu nilai-nilai kebaikan. Cukup sampai di situ saja.
Kontan reaksi berdatangan. Dari Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra, salah satunya. Ia menilai Islam justru agama inspiratif sekaligus aspiratif. Artinya, bahwa seorang Muslim saat berbuat dalam semua aspek kehidupan merujuk pada Al-Qur'an dan Hadits. Terhadap tanggapan dari FDMPB tersebut, sudah tentu kita sepakat. Pasalnya dalil pun menyatakan demikian. Seperti diketahui bahwa Islam merupakan agama sempurna dan paripurna. Diturunkan Al Khalik bagi manusia yang fitrahnya lemah dan selalu membutuhkan yang lain. Begitu lemahnya manusia hingga tak sanggup menentukan hakikat dirinya sendiri. Maka mutlak butuh petunjuk dari Allah Swt. Demi keselamatannya di dunia dan juga di akhirat. Termasuk dalam menentukan Islam inspirasi atau aspirasi atau keduanya, inspirasi sekaligus aspirasi.
Bila dikaji lebih jauh, memang benar dalam Al-Qur'an bertaburan ayat yang mengajarkan kita pada nilai-nilai kebaikan. Salah satunya pada kalam Allah Swt. berikut,
“Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
(QS Ali Imran: 159)
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini sebagai petunjuk bahwa dalam diri Nabi Muhammad Saw terdapat teladan akhlak yang baik terutama sifat lemah lembut dalam pergaulan sehari-hari. Hanya saja terdapat pula ayat Al-Qur'an yang menyeru untuk mengamalkan apa yang Nabi Muhammad Saw. diutus dengannya. Seluruhnya tanpa pilih tanpa tunda.
Seperti firman Allah Swt. di bawah ini,
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS An Nisa: 65)
Kembali dalam tafsirnya Imam Ibnu Katsir mengungkap tentang wajib hukumnya orang yang di benaknya ada iman untuk mengikuti semua yang diputuskan oleh Rasul Saw. lahir batin dan sepenuh hati.
Jelas ini adalah aspirasi.
Bukti bahwa Islam tak berhenti sampai perkara nilai akidah yang luhur tapi juga mengatur syariat. Al-Qur'an juga bukan melulu bicara soal ibadah dan akhlak yang menginspirasi. Namun muamalah dan dakwah yang aplikatif tak luput disyariatkan.
Bahkan Al-Qur'an menuntut hukum syariat untuk diterapkan sebagai way of life, satu-satunya jalan untuk umat berjalan di atasnya. Di saat bersamaan, mencela hukum selain yang datang dari Allah sebagai hukum jahiliyah yang tak pantas bersanding dengan hukum Allah.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang beriman?”
(QS Al Maidah: 50)
Berikutnya, kesatuan inspirasi dan aspirasi inilah yang menjadikan Islam hadir sebagai solusi. Apabila diterapkan secara kaffah niscaya akan tuntas menyelesaikan aneka masalah yang tak henti merundung negeri ini dan dunia Islam keseluruhan. Sebab Islam memberi jawaban atas seluruh persoalan manusia. Mulai dari bangun tidur hingga bangun negara. Keberadaannya yang diturunkan dari Zat Yang Maha Benar dan Maha Adil membuat kebenaran dan keadilan Islam sebagai solusi mustahil diragukan.
Sekali lagi, Islam itu sempurna. Setiap upaya mereduksinya hanya akan sia-sia. Apalagi coba-coba mengerat Islam secara parsial, pasti akan membentur dinding kemurnian Islam itu sendirim Bagaimana tidak, mengakui inspirasi tapi mengabaikan aspirasi dan solusi dari Islam sungguh di luar logika. Ingatlah dunia sejatinya hanya persinggahan sementara. Sedang akhirat kekal selamanya. Setiap jiwa akan ditanya mengenai segala perbuatan selama hidup di dunia. Tempat kesudahan hanya dua, surga atau neraka. Tak terbayang bila kini menolak syariat, jawaban apa kelak terucap saat menghadap Allah Yang Maha Kuasa? Wallaahu a’lam.[]
photo : Google Source
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]