Kerugian sejati dalam Islam adalah ketika seseorang mengabaikan tugas-tugas agama dan mengorbankan keselamatan akhiratnya.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ada ungkapan yang menarik, jika kamu masih juga gagal, maka itu tandanya jatah kegagalanmu belum habis. Sobat, habiskan saja jatah kegagalanmu di dunia, dan raih kesuksesan di akhirat. Sebabnya, tidak ada kesuksesan yang abadi kecuali ketika bisa beramal secara benar dan ikhlas. Itulah kunci sukses yang sejati, ketika akhirat menjadi tujuan kesuksesannya.
Sobat, sebenarnya kita hidup terlahir sebagai pemenang. Manusia diciptakan dari setetes air yang hina, namun persaingannya sangat ketat dari jutaan spermatozoa yang berhasil membuahi hanya satu, dan itulah kamu yang terlahir ke dunia. Jadi, kamu sebenarnya pejuang yang tangguh yang siap untuk mengemban amanah kehidupan di dunia.
Hakikat Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan Allah Swt. sebagai makhluk yang diberikan akal untuk bisa memilah dan memilih jalan kehidupan yang benar. Oleh sebab itu, pertanyaan mendasar tentang hakikat kehidupan, tujuan penciptaan manusia dan alam semesta harus dijawab secara tuntas agar bisa menjalani kehidupan ini sesuai arah dan tujuan penciptanya.
Dari pemikiran mendasar tersebut, selanjutnya manusia akan mampu bersikap dan memutuskan suatu perkara berdasarkan nilai keyakinan dan pandangan hidupnya. Hal inilah yang dinamakan mabda, berupa aturan yang lahir dari asas berpikirnya atau akidah yang bisa dijadikan rujukan sebagai solusi atas segala persoalan yang dihadapinya.
Selanjutnya, manusia akan terus berproses berpikir baik secara aqliyah maupun naqliyah, baik secara dalil ilmiah maupun dalil ilahiah. Sobat, tentu tidak ada seorang pun yang ingin bangkrut dalam hidupnya. Nah, di dalam buku Kepribadian Islam Jilid II karya Syekh Taqiyuddin an Nabhani, ada pembahasan menarik tentang orang-orang yang bangkrut. Dijelaskan tentang makna muflis yang secara bahasa berarti orang yang tidak memiliki harta, tidak pula memiliki sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konteks ini sudah tidak mempunyai lagi uang (fulus).
Namun, menariknya makna muflis berdasarkan hadis Nabi saw. tidak lain adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa, dan zakat. Namun, pahala tersebut musnah karena caci makian, menggunjing (ghibah), tuduhan berzina, dan pertumpahan darah. Mereka yang selama ini berbangga dengan amal salehnya bisa juga bangkrut karena lenyap pahala kebaikannya karena beberapa sebab yang telah disebutkan di atas.
Dengan demikian, bangkrut (muflis) juga merupakan kata kiasan yang menggambarkan meruginya seseorang di dalam kehidupan akhirat karena habisnya bekal amal saleh selama kehidupan di dunia. Secara materiel, bangkrut adalah suatu keadaan finansial di mana seseorang atau entitas kehilangan kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan mereka. Keadaan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk sudut pandang keilmuan, materi, dan pahala amal kebaikan.
Dari segi keilmuan, bangkrut bisa menjadi pelajaran berharga. Orang yang mengalami kebangkrutan bisa memanfaatkan pengalaman ini untuk menghindari kesalahan yang sama di masa depan dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang bagaimana cara menghindari kesalahan yang serupa sehingga kegagalan baginya adalah ilmu yang berharga.
Sementara dari segi materi, kebangkrutan sering kali dianggap sebagai kehilangan kekayaan yang signifikan. Namun, penting untuk diingat bahwa kekayaan materi bukanlah segalanya. Kehilangan harta benda dapat mengajarkan seseorang untuk lebih bersikap rendah hati, menghargai hal-hal yang sebenarnya berharga dalam hidup, seperti keluarga, persahabatan, dan kesehatan. Kehilangan materi juga dapat memotivasi seseorang untuk bekerja lebih keras, cerdas dan ikhlas dalam membangun kesadaran spiritualnya.
Dan yang tak kalah menariknya bangkrut dari sudut pandang pahala amal kebaikan, kebangkrutan bisa menjadi ujian iman dan keteguhan. Ketika seseorang menghadapi kesulitan keuangan, cara mereka meresponsnya dapat berdampak pada pahala amal kebaikan mereka. Kebangkrutan bisa menjadi peluang untuk menguji kesabaran, keikhlasan, dan tekad seseorang dalam menjalani nilai-nilai moral dan etika. Banyak orang yang merespons kebangkrutan dengan melakukan amal kebaikan, seperti berkontribusi pada amal, membantu yang membutuhkan, dan belajar menjadi lebih dermawan. Ada nasihat yang keren, jika kamu tidak bisa bersaing dalam urusan duniawi, maka jadilah yang terbaik dalam urusan ukhrawi.
Dalam pandangan Islam, akhirat adalah fokus utama. Kehidupan di dunia ini dianggap sebagai ujian bagi manusia, dan tujuan akhir adalah mencapai surga dan menghindari neraka. Oleh karena itu, kegagalan dalam mematuhi perintah Allah dan melakukan perbuatan dosa dapat dianggap sebagai kerugian besar karena berdampak pada nasib seseorang di akhirat.
Sobat, dari sini Islam mengajarkan pentingnya ibadah dan ketaatan kepada Allah. Setiap peluang yang terlewatkan untuk beribadah, seperti salat, puasa, dan zakat, juga kewajiban dakwah dianggap sebagai kerugian. Islam mendorong umatnya untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Kehilangan kesempatan untuk memperoleh ilmu dan menafkahkan hartanya di jalan Allah juga dianggap sebagai kerugian. Dalam Islam, konsep "rugi" berkaitan erat dengan pemahaman bahwa kehidupan ini sifatnya sementara dan ujian. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menjalani kehidupan ini harus sesuai dengan syariat Islam, menghindari perbuatan dosa, dan berusaha untuk meraih pahala di akhirat. Kerugian sejati dalam Islam adalah ketika seseorang mengabaikan tugas-tugas agama dan mengorbankan keselamatan akhiratnya.
Menghindari Kebangkrutan
Firman Allah Swt. di dalam Al-Qur'an surah Al-Asr (103:2-3): "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." Ayat ini menyatakan bahwa kerugian adalah bagi mereka yang tidak beriman dan tidak berbuat amal saleh, sementara kerugian dapat dihindari melalui kebaikan dan ketekunan.
Sementara, hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah seseorang dari kalian berkata, 'Hai Allah, aku telah merugi,' tetapi hendaknya ia berkata, 'Hai Allah, aku telah melakukan dosa dan aku telah menyesatkan diriku sendiri, maka ampunilah aku,' karena merugi itu hanya dosa." (Sahih al-Bukhari)
Pun hadis dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad saw. bersabda: "Mukmin yang kuat lebih baik dan disenangi Allah daripada mukmin yang lemah, meskipun keduanya baik. Jagalah (uruslah) apa yang bermanfaat bagimu, mohon pertolongan Allah, dan jangan merasa lemah. Kalau suatu saat kau ditimpa musibah, jangan katakan, 'Andai saja aku telah berbuat begini dan begitu,' tetapi katakan, 'Itu adalah takdir Allah dan Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya,' karena kata-kata 'kalau' bisa membuka pintu perbuatan setan." (Sahih Muslim)
Ayat dan hadis tersebut menekankan bahwa kebangkrutan dalam Islam tidak hanya bersifat materi, tetapi juga mencakup kerugian spiritual dan moral. Kegagalan dalam menaati perintah agama, kesalahan dalam pola pikir dan pola sikap dapat memicu kebangkrutan di akhirat. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk selalu meminta pertolongan Allah, beriman, dan menjalani kehidupan yang baik dan penuh manfaat. Kebangkrutan yang sebenarnya ketika gagal mendapatkan kenikmatan hidup yang kekal di akhirat.
Wallahu 'alam bishawab.[]
masyaaAllah, sangat mencerahkan.. kegagalan dan kebangkrutan abadi ketika kita gagal meraih ridha Allah karena melalaikan perintahNYA selama di dunia.. semoga kita semua bukan golongan orang-orang yang bangkrut di akhirat kelak.. aamiin
MasyaAllah tulisan pak Maman sarat dengan pengingat diri. Agar senantiasa berhati-hati dalam beramal. Selalu menjadikan amal kita diridai Allah, dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan tuntutan syariat. Semoga di akherat kelak kita tidak temasuk orang- orang yang menyandang gelar muflisin ( orang yang merugi)
Ya Allah, semoga kami dijauhkan dari kebangkrutan di akhirat. Aamiin
Astaghfirullah, semoga kita tidak termasuk dalam golongan bangkrut di akhirat.
Astaghfirullah
Astaghfirullah
Astaghfirullah
Astaghfirullah jangan sampai kita gagal dalam memahami syariat. Dijauhkan dari segala kemaksiatan.
Naskah keren yang menggugah wawasan
Tamparan keras bagi saya di leadnya atau paragraf awalnya. 'Jika kamu merasa gagal, berarti jatah kegagalanmu belum habis" astaqfirullah. Mengingatkan kembali akan qodho dan qodhar kita. Ihtiar semampunya. Hasilnya Serahkan ke Allah
Bener mbakkkk
Biang kerok dari kebangkrutan adalah banyaknya maksiat dan tidak ikhlasnya menjalani ketaatan.
Kita memang harus berhati-hati dalam bertindak, jangan sampai apa yang kita lakukan adalah kesia-siaaan. Maka benar kiranya, bahwa kita harus memohon pertolongan kepada Allah untuk dihindarkan dari kesia-siaan tersebut. Apalagi jika kesia-siaan itu berkaitan dengan amal.
Semoga kita semua terhindar dari kerugian akherat.
Menjadi bangkrut amal ibadahnya adalah kerugian terbesar bagi manusia. Semoga kita terhindar dari karakter orang-orang yang bangkrut saat di akhirat nanti.
Masyaallah tabarakallah, naskah keren pengingat jitu bagi diri yg terkadang masih lalai perkara agama. Mana yg lebih di dahulukan mana yg bukan
Semoga kita tidak jadi orang yang bangkrut (muflis) di akhirat ya, aamiin. Kita sebenarnya diciptakan oleh Allah Swt. hanya untuk beribadah pada Allah semata. Jadikan aktifitas sehari hari sebagai ibadah dgn selalu melibatkan Allah.