Mendoakan anak agar senantiasa berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah adalah solusi yang sangat tepat untuk dilakukan
Oleh. Dila Retta
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Diriwayatkan dalam sebuah riwayat hadis, dari Ayyub bin Musa bahwasanya Rasulullah pernah bersabda, adab yang baik adalah pemberian terbaik dari orang tua kepada anaknya. Meskipun bersanad dhaif, namun setidaknya dapat kita benarkan maknanya sebagai nasihat untuk diterapkan dalam proses mendidik anak, agar senantiasa mengedepankan adab dan akhlak.
Seyogianya, setiap orang tua harus menyadari bahwa mereka memiliki 6 tanggung jawab pendidikan untuk anak-anaknya yang harus benar-benar diperhatikan, yakni:
- Pendidikan Iman
- Pendidikan Moral
- Pendidikan Fisik
- Pendidikan Akal dan Intelektual
- Pendidikan Psikis (Kejiwaan) serta,
- Pendidikan Seksual.
Keenam jenis pendidikan tersebut haruslah didapatkan oleh setiap anak dari orang tuanya sejak usia awal kelahiran hingga tumbuh menjadi seorang yang siap terbebani kewajiban (mukallaf). Tapi sayang, tidak semua orang tua memahaminya.
Kebanyakan dari kita memaknai tanggung jawab mendidik anak hanya sebatas memberikan pendidikan formal di tempat favorit yang mendapatkan predikat terbaik. Jangankan enam jenis pendidikan, terkadang satu jenis pendidikan saja tidak dapat kita penuhi dengan sempurna. Padahal, ketika segala jenis pendidikan yang dibutuhkan oleh anak keturunan kita benar-benar diperhatikan dan dijalankan, mereka akan tumbuh menjadi generasi terbaik yang dibutuhkan oleh peradaban di masa depan.
Mungkin inilah alasannya, mengapa di zaman sekarang banyak anak yang tumbuh dengan karakteristik “brutal” bahkan tidak sedikit pula yang menjadi tersangka perbuatan kriminal.
Menelaah Sebab Kenalakan Anak Berdasarkan Persepsi Psikologi Kriminologi
Secara bahasa, tindakan kriminal dapat diartikan sebagai tindak kejahatan yang menyimpang dan bertentangan dari norma serta hukum yang berlaku di lingkungan masyarakat. Sebab seseorang melakukan tindakan kriminalitas pun cukup beragam, mulai dari rendahnya pendidikan yang didapatkan, pengaruh lingkungan sosial, maupun terganggunya kondisi mental seseorang. Namun, jika pelaku kriminalitasnya adalah anak-anak di bawah umur, rasa-rasanya cukup memprihatikan.
Dan mirisnya, saat ini tidak sedikit kita jumpai kasus-kasus kenakalan anak mulai dari bullying, penganiayaan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Masa-masa di mana mereka seharusnya memperluas ilmu pengetahuan dan mengumpulkan prestasi untuk masa depan, justru menjadi masa-masa kelam yang mengharuskan mereka terjerat hukuman sebab perbuatan kejam yang dilakukan.
Kemudian jika ditinjau dari sisi psikologi kriminologi, sebuah ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor psikologi seseorang melakukan tindakan kriminal, anak-anak zaman sekarang yang dikenal dengan Generasi Alfa memang memiliki stimulus otak yang lebih cepat dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Hal ini tentu membawa dampak baik dan buruk tersendiri bagi mereka, tergantung bagaimana didikan yang didapatkan.
Terlebih dengan adanya faktor eksternal yang memengaruhi, seperti semakin pesatnya perkembangan teknologi yang memberikan impact tidak adanya batasan terhadap segala informasi, maka mereka akan menelan mentah-mentah segala informasi yang ada tanpa terlebih dahulu ditelaah. Itulah mengapa ketika terjadi kasus kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur, mereka mengatakan jika bisa melakukan hal tersebut karena terinspirasi dari konten-konten yang dilihat dari sosial media tanpa memikirkan benar atau salah, karena tidak ada yang mengawasi dan mengarahkan sebelumnya.
Mungkin inilah yang menjadi alasan berlakunya hukum di negara kita bahwa setiap anak di bawah umur yang melakukan tindak kejahatan tidak bisa dijatuhi hukuman pidana sebelum memasuki usia 12 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut mereka dianggap masih belum memiliki kestabilan baik dalam kecerdasan, mental, maupun emosional. Oleh sebab itu, hukuman yang dapat dijatuhkan hanyalah berupa pembinaan dalam lembaga yang diawasi oleh negara, dengan harapan dapat mengubah perilakunya melalui didikan yang diberikan dan kedisiplinan yang diterapkan.
Kesalahan dalam Mengasuh Anak yang Tidak Disadari Orang Tua
Ketika mau bermuhasabah dalam memahami beberapa faktor penyebab mengapa banyak anak menjadi pelaku kasus kriminal, maka seharusnya setiap orang tua mulai membenahi seperti apa konsep parenting yang harus diterapkan dalam mendidik anak-anaknya, agar jangan sampai melakukan tindakan-tindakan menyimpang dan merugikan.
Mungkin masih belum banyak di antara kita sebagai orang tua yang tidak menyadari bahwa bisa saja pola asuhan yang diberikan kepada anak kurang tepat atau bahkan salah, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa kesalahan dalam mengasuh anak yang tidak kita sadari dan harus segera kita benahi adalah:
1. Mendidik Anak Sesuai Fitrah
Dalam ilmu parenting islami seringkali kita jumpai sebuah riwayat hadis yang menekankan bahwa setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah, orang tualah yang mengarahkan mereka menuju jalan pilihannya. Selaras dengan hadis tersebut, Allah pun telah menjelaskan dalam firman-Nya surah An-Nisa ayat 79 bahwasanya, segala kebajikan yang kita dapatkan adalah berasal dari Allah sedangkan segala keburukan itu berasal dari diri kita sendiri. Maknanya, apa pun yang diberikan oleh Allah untuk hamba-Nya pastilah yang terbaik, termasuk pula anak-anak yang diamanahkan kepada kita para orang tua.
Kita sebagai orang tua harus paham, ketika Allah sendiri telah menetapkan anak-anak kita dalam keadaan fitrah, maka dalam mendidik mereka pun harus kita sesuaikan dengan fitrahnya. Mendidik sesuai fitrah berarti mendidik dengan kurikulum yang telah Allah ajarkan dengan meniru pola pendidikan Rasulullah sebagai teladan. Mendidik sesuai fitrah berarti mendidik dengan menguatkan ajaran akidah sebelum mengajarkan ilmu lainnya. Mendidik sesuai fitrah berarti memberikan didikan dengan tujuan meningkatkan takwa bukan berlomba untuk mendapat pengakuan dunia. Maka sebelum menuntut anak menjadi berprestasi, benahi dahulu fitrah yang harus dimiliki.
2. Memberikan Lingkungan Terbaik
Hal berikutnya yang tidak kalah penting kita perhatikan adalah lingkungan tumbuh kembang anak. Memberikan lingkungan terbaik untuk anak merupakan sebuah keharusan bagi setiap orang tua, karena bagaimana karakteristik anak tergantung dari seperti apa lingkungan sekitarnya. Rasulullah sendiri pernah mengingatkan dalam sabdanya yang disebutkan dalam sebuah riwayat At-Tirmidzi dan Abu Dawud, bahwa kita harus memperhatikan dengan siapa hendak bergaul, karena kualitas agama seseorang itu tergantung bagaimana kebiasaan teman dekat termasuk pula lingkungannya.
Dalam proses tumbuh kembangnya, anak akan senantiasa memproses dan mencerna setiap hal yang ditangkap melalui pancaindera untuk kemudian ditirukan. Dan seluruh proses inilah yang kelak akan membentuk karakter, kebiasaan, hingga bagaimana akhlak anak-anak kita. Jika orang tua tidak berhati-hati dalam memilih lingkungan terbaik dan membiarkan mereka tumbuh dalam lingkungan yang rusak, pastilah kelak mereka akan tumbuh tidak jauh dari karakter orang-orang di sekitarnya.
Sebagai orang tua pun kita harus memiliki sikap bijaksana dalam mengartikannya. Ketika tidak memiliki cukup pemasukan untuk keseharian, jangan pernah memaksakan diri tinggal dalam kawasan kompleks bergengsi di tengah kota dengan dalih memberikan lingkungan terbaik untuk anak-anak kita. Karena sejatinya lingkungan terbaik bukanlah lingkungan yang mewah. Lingkungan terbaik adalah lingkungan yang ketika kita hidup bermasyarakat di dalamnya, tidak hanya mendapat kenyamanan dan keamanan namun juga mampu meningkatkan kualitas ketaatan kita kepada Allah Swt.
3. Menekankan Pengajaran Adab
Belajarlah adab sebelum ilmu, begitulah kiranya nasihat yang sering kita dengar. Tingkatan adab memang lebih tinggi dibandingkan ilmu pengetahuan, karena adab seseorang itu mencerminkan didikan yang didapatkan, bukan hanya melalui teori namun tindakan nyata sehari-hari. Di zaman sekarang, mungkin kita tidak akan kekurangan generasi-generasi penerus yang pandai secara intelektual, namun realita lain yang tidak boleh diabaikan adalah, saat ini kebanyakan dari generasi-generasi muda kita pun mengalami krisis adab dan moralitas.
Hal seperti ini bisa saja terjadi jika orang tua hanya berfokus pada prestasi akademis anak, namun abai terhadap pengajaran adab, tidak berusaha menanamkan rasa simpati maupun empati pada anak. Anak hanya dituntut untuk menjadi seorang juara, tapi tidak diajari bagaimana cara menjadi manusia yang mampu menghargai sesama. Acapkali orang tua hanya memasrahkan pendidikan anak di lingkungan sekolah, tanpa terlebih dahulu membentuk karakter mereka dari rumah.
Padahal jika kita mempelajari kurikulum pendidikan orang-orang saleh yang sudah tidak diragukan lagi keberhasilannya dalam membentuk karakteristik anak, mereka amatlah menekankan pendidikan adab dengan menjadi teladan baik ketika berada di dalam maupun luar rumah.
4. Terlibat Langsung dalam Proses Pendidikan Anak
Agar dapat mendapatkan hasil didikan terbaik, setiap orang tua haruslah terlibat langsung dalam prosesnya. Baik ayah maupun bunda harus saling bekerja sama dalam mendidik anak, peran antara keduanya tidak boleh diabaikan agar tumbuh kembang anak maksimal. Telah banyak riset yang membuktikan bahwa ketidakhadiran orang tua dalam proses tumbuh kembang anak dapat menyebabkan kondisi mental mereka tidak stabil ketika beranjak dewasa.
Tidak hanya itu, keterlibatan langsung dalam proses pendidikan anak ternyata juga memberikan pengaruh terhadap prestasi mereka. Seorang anak yang mendapat perhatian penuh dari orang tuanya cenderung lebih tanggap dalam memahami pelajaran yang disampaikan. Namun yang harus kita perhatikan di sini, terlibat langsung dan memberikan perhatian kepada anak bukan berarti terlalu mengatur mereka ataupun terlalu memanjakannya, karena hal tersebut pun merupakan kesalahan besar dalam proses pendidikan anak yang dilakukan oleh orang tua.
5. Senantiasa Mendoakan Kebaikan untuk Anak
Hal lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap karakteristik anak adalah doa dari orang tua. Itulah mengapa para teladan terbaik parenting Islam seperti Nabi Ibrahim alaihissalam maupun Luqman Al Hakim, mereka senantiasa mendoakan kebaikan kepada anak keturunannya. Mereka sepenuhnya sadar bahwa anak adalah amanah dari Allah yang harus benar-benar dijaga, sedangkan sebagai seorang manusia biasa pastilah tidak bisa terus mengawasi mereka selama 24 jam tanpa luput dari pandangan mata dan dekapan kita. Oleh sebab itu, mendoakan mereka agar senantiasa berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah adalah solusi yang sangat tepat, karena dari sana mereka pun akan belajar memahami makna bertakwa yang sesungguhnya.
Mendoakan kebaikan anak sebenarnya tidak hanya berupa doa yang kita panjatkan dalam setiap salat, namun lebih dari itu, mendoakan kebaikan untuk anak juga memiliki definisi senantiasa berkata hal baik untuk mereka. Belajarlah menjadi orang tua bijaksana yang tidak sembarang mengucap umpatan ketika sedang marah kepada anak-anak kita. Jika menang benar-benar menginginkan yang terbaik untuk mereka, maka jagalah ucapan kita. Karena ucapan juga termasuk doa.
Ayah, Bunda, mendidik anak memang bukan perkara mudah. Namun jika tidak dilakukan dengan benar, maka bukan hanya anak kita yang menjadi korbannya melainkan pula masa depan peradaban bangsa. Bersakit-sakit di awal untuk mendidik anak keturunan kita agar menjadi pribadi terbaik, tidaklah sesakit rasa penyesalan di akhir seandainya harus menghadapi sebuah kenyataan bahwa buah hati kita adalah pelaku tindak kejahatan.
Ayah, Bunda, bersabarlah sebentar untuk hasil yang kekal. Jadilah teladan yang baik untuk bekal anak-anak kita di masa depan. Bijaklah dalam mendidik, karena seluruh didikan yang kita berikan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Wallahu’alam bishawab.[]
pendidikan, doa, dan senantiasa memberikan nafkah yang halal ke anak adalah bentuk tanggung jawab kita di hadapan Allah dalam mengurus amanah dari-Nya. semoga Allah Swt melindungi anak keterunan kita dari fitnah dunia dan akhirat. aamiin
Seorang anak itu tergantung pada orang tuanya. Apakah akan menjadi muslim, nasrani,majusi, atau lainnya. Terutama seorang ibu adalah "madrasahtul ula", sekolah/pendidik yang pertama. Dan anak adalah foto copy orang tuanya. Maka menyiapkan generasi yang baik, juga harus diawali menyiapkan calon orang tua yang baik pula. Butuh peran negara dengan sistem yang sempurna. Dan sistem Islam ( khilafah) sudah membuktikannya berhasil mencetak generasi handal, bukan generasi brutal selama belasan abad.
Pendidikan dengan pola asuh yang salah mungkin menjadi problem banyak orang tua di negeri ini. Kadang ketidakpahaman orang tua atau minimnya ilmu sehingga tidak mampu memberikan pola asuh yang benar. Apalagi ditambah faktor lingkungan yang sering kali berbenturan dengan didikan orang tua di rumah. Tapi memang orang tua harus maksimal. Barakallah mbak ...
Jujur, ketikan sudah menerapkan pola asuh yang sudah sesuai koridor,, terkadang hambatan dan hasil yang diharapkan masih jauh dari harapan. Karena pola pendidikan di masyarakat, dan sistem pendidikan yang terkadang mengikis bekal pendidikann dari Rumah.
Sehingga jalan satu-satunya memang menyerahkan hasilnya kepada Allah dengan doa terbaik. Agar selalu dalam penjagaannya.
Lingkungan sangat mempengaruhi, karena aturannya menghasilkan pola asuh yg buruk.
Masyaallah tabarakallah, naskah ini benar2 keren mengupas tuntas bagaimana sebaiknya peran org tua dlm membersamai tumbuh kembang sang buah hati. Ternyata tdk bisa instant. Semua pendidikan itu diberikan dimulai sejak dlm kandungan hingga mereka besar (sempurna akalnya) dan keteladanan org tua menjadi figur role model bg sang buah hati. Pada akhirnya kita berdoa, semoga Allah terus mampukan dlm mendidik putra putri kita menjd generasi saleh salihah. Aamiin
Anak adalah sosok generasi penerus. Dia akan tumbuh sesuai dengan apa yang direkam dalam lingkungannya. Tanpa landasan yang kuat anak akan tumbuh menjadi brutal. Wajib adanya peran negara dan orang tua untuk menjadikan sebagai generasi saleh, tangguh dan cemerlang. Semua akan terwujud jika Islam sebagai way of life nya.
Keren naskahnya mba