Eternity

Eternity

Zaidan berhasil mengoyak hati Mustafa. Keluguan Zaidan semakin menguatkan niatnya untuk berubah. Dia saat itu langsung mengutarakan niat untuk operasi pengangkatan implan pada Ustaz Utsman

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kai, entah siapa namanya, bersedia menampung Mustafa tanpa pamrih dan tanpa risih. Dari Kai, Mustafa berjumpa Ustaz Utsman di kampung nelayan itu dan rutin ikut kajian. Di kampung tersebut, dia tidak menerima ejekan yang berarti, paling hanya tatapan aneh atas dua implan di dadanya. Hati dan jiwanya kembali pulih seiring jauhnya ia dari kehidupan dan lingkungan masa lalu yang kelam. Dia mengikuti saran Ustaz Alkaf untuk merantau sejenak, menghindari rangsangan yang bisa mengobarkan naluri baqo.

Perbekalan halal Mustafa habis di kampung nelayan ini. Sebuah kampung yang berjarak 800 meter lebih dari tanah kelahirannya di ibu kota. Usia belia terkadang membuatnya labil, tetapi Kai dan Ustaz Utsman selalu membesarkan hati dan jiwanya. Kajian rutin itu berhasil menyibak keburukan dan dosa seorang laki-laki yang menyerupai perempuan. Perasaannya sudah diliputi rasa bersalah saat Ustaz Utsman dulu menanyakan motivasi apa yang mendorongnya terjerumus dalam LGBT?

Dengan hati-hati Ustaz Utsman membacakan hadis yang berbunyi, “Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari No. 5885)

Mustafa semakin ciut tatkala Ustaz Utsman membacakan hadis yang berbunyi, “Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Ahmad no. 3151, 5: 243)

Entah, motivasi apa yang berhasil membuat dirinya menjatuhkan pilihan untuk implan dan tato sana-sini. Namun, keterpurukan perlahan-lahan lenyap saat ia mengikuti nasihat Ustaz Utsman. Apalagi warga di kampung ini banyak membantunya dalam membiayai operasi pemusnahan implan.

Pemulihan memakan waktu yang sangat lama. Badan Mustafa jadi ringkih dan nyeri semua. Segala aktivitas redup tak bersisa. Di sana, bulir air mata terus menggenangi pipi dan hatinya. Kesadaran akan kelemahan diri sungguh dirasa. Ini baru di dunia, bagaimana siksa di akhirat? Begitu jerit batin yang penuh penyesalan.

Sejak saat itu, Eternity menjadi proyeksi kehidupan. Hakikat hidup seutuhnya baru dia pahami di tengah masa kritis penyembuhan. Menghilangkan implan saja rasanya tak karuan di dunia ini, bagaimana kelak jika di keabadian. Tarikan napas panjang menggema di seluruh pori-pori badannya.

"Lagi bertafakkur?" tanya Ustaz Utsman yang telah duduk di sampingnya.

"Ah, selalu Ustaz. Saya ini 'kan pendosa, saya takut tidak diampuni oleh Allah," jawab Mustafa lirih.

"Kautobat saja. Terus tiap hari. Aku pun begitu. Tugas kita tobat. Istikamah dalam taat juga penting. Menyebarkan kebenaran agar manusia bertaat juga wajib, siapa tahu ada orang lain yang mau memilih jalan ketaatan karena kita. Insyaallah pahala di sana. Ampunan, pahala, dan siksa itu urusan Allah. Namun, kita harus upaya sungguh-sungguh bertobat dan istikamah total dalam taat."

Hati Mustafa membenarkan jawaban Ustaz Utsman. Dia pun pernah mendapatkan saran itu dari Ustaz Alkaf dengan redaksi berbeda. Mustafa membingkai pemikirannya dengan Islam. Suluk pun tersusun dengan jalan ketaatan. Sebab, ia merasa dalam taat itu, ketenangan hati bisa diraih. Ini baru di dunia, eternity pasti lebih dari sekadar ketenangan hati.

Ustaz Utsman menjelaskan buku yang dibaca Mustafa. Menjadi pembela Islam itu haruslah berkepribadian Islam. Di mana pola pikir itu harus dirawat dengan tsaqofah Islam dan pola sikap dirawat dengan takarub kepada Allah. Ketundukan dan ketaatan total pada Allah dalam seluruh aspek kehidupan adalah kewajiban. Karena saat ini belum ada tatanan kehidupan Islam, maka wajar sekali kemungkaran terjadi, termasuk akses LGBTQ+ yang menjadi-jadi.

"Bagaimana dengan undangan itu, Mus? Apa yang kausampaikan?" tanya Ustaz Utsman hati-hati.

"Tentu saja saya tolak, Ustaz. Saya sampaikan dengan tegas kalau saya sudah tobat. Saya pun meminta mereka yang mengundang saya itu untuk bertobat juga. Apa yang mereka cari itu hanya berbuah kesengsaraan. Kegilaan dan kesia-siaan saja yang mereka sulam. Belum lagi penyakit menjijikkan terus mengintai," jawab Mustafa sopan.

Lafaz hamdalah lolos dari lisan Ustaz Utsman. Beliau sempat khawatir kalau-kalau Mustafa akan berbalik arah. Namun, raja' lebih mendominasi hati Ustaz Utsman. LGBTQ+ yang heboh akan diselenggarakan di ibu kota mendapat penolakan dari berbagai elemen masyarakat, terutama tokoh agama yang tidak mau mendekat pada penguasa. Termasuk jemaah dakwah Ustaz Utsman pun turut serta menolak LGBTQ+ beserta seluruh programnya di negeri berjuluk Zamrud Khatulistiwa ataupun di dunia ini.

Melihat satu sosok Mustofa saja dulu sangat resah, apalah jadinya jika LGBTQ+ legal dan diberi ruang di kehidupan publik. Bagaimana nasib generasi penerus bangsa ke depannya? Bagaimana dengan nasab? Apakah tidak mengundang azab Allah? Semua pertanyaan itu menempel pada Ustaz Utsman, juga pada Kai, dan muslim yang peduli dan rindu adanya kehidupan Islam.

Angin laut hadir membelai pemikiran dan jiwa guru dan murid yang asyik berdiskusi. Wajah serius tampak pada keduanya. Terkadang senyum semringah turut menghiasi keseriusan itu. Diskusi tentang problematika kehidupan semakin menguatkan azam Mustafa untuk bergabung dengan barisan dakwah. Jiwanya telah sangat siap bergabung.

Di kampung nelayan ini, Mustafa temukan jalan kebenaran. Dia baru merasa risih dipanggil ombak oleh anak kecil yang tak lain putra Ustaz Utsman yang ikut salat berjemaah di musala. Panggilan "ombak" cukup menghantam jiwanya. Pertanyaan Zaidan langsung membuatnya karam. "Mbak, kenapa salat di sini? Kenapa pakai kopiah?"

Saat itu, Mustafa hanya diam. Biasanya dia akan membalas pertanyaan nyinyir siapa pun di ibu kota. Namun, ia tak kuasa menjawab walau hanya satu kata, Ustaz Utsman yang sibuk memberikan penjelasan kondisi dirinya. "Oh, ini Ombak?" tanya bocah lima tahun itu.

"Kok, ombak?" tanya Ustaz Utsman sambil mengelus Zaidan.

"Abi kan bilangnya ini Om. Tapi, kenapa kayak Mbak Sulis? Dadanya besar. Berarti kan Ombak."

Zaidan berhasil mengoyak hati Mustafa. Keluguan Zaidan semakin menguatkan niatnya untuk berubah. Dia saat itu langsung mengutarakan niat untuk operasi pengangkatan implan pada Ustaz Utsman. Seketika jemaah bersuka cita. Berbagai bentuk dukungan dan bantuan berdatangan tiada henti. Sejak itu, kegigahan untuk tobat terus membesar dan tumbuh mekar.

"Syukur alhamdulillah jika kautolak. Barokallahu fiik, kau pun telah berani mengajak mereka ke jalan yang lurus."

Selalu ada secercah asa dalam jiwa Mustafa untuk melaju di jalan ketaatan. Setiap pilihan pasti ada konsekuensi yang akan didapatkan. Semua konsekuensi itu akan ia pertanggungjawabkan di keabadian.

Tamat

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Angka Perceraian Sangat Tinggi, Mengapa?
Next
Visi Ideologis di Balik Kekuatan Senjata 
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

16 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dyah Rini
Dyah Rini
1 year ago

Andai mereka yang terjerumus pada perilaku elgebete mau menggunakan akalnya dan bertemu dengan para pejuang Islam kaffah, tidak menutup kemungkinan hidayah Allah akan datang. Akan ada banyak Mustafa yang sadar dan kembali ke jalan yang benar. Keren cikgu Afi

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, cerpen ringan tapi mengena. Mereka-mereka yang masih berpikir mau mengubah kodrat, harus sering baca ancaman Allah, biar tumbuh rasa takut.

Btw, saya dulu punya teman yang kemayu, suka dandan, pakai lipglos, tapi pas hari Jumat, eh dia ikut jumatan juga.
Barakallah mbak Afi ...

Raras
Raras
1 year ago

Masya Allah, tulisannya ringan tp dalam. Semoga mencerahkan dan menyadarkan umat betapa buruk serta merugikannya L68T

Novianti
Novianti
1 year ago

Kaum liberal lepas tangan pada para korban. Semoga kisah ini menyadarkan mereka yang masih di jalan kesesatan.

Sherly
Sherly
1 year ago

Keren banget, cikgu

Barakallah ❤️

Semoga banyak yang bertobat ya di luar sana, legebete..

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Sempat mikir, bagaimana yaa, laki laki yang sudah operasi kelaminnya, itu kan tidak bisa dikembalikan lagi...
Innalillah...

Deena
Deena
1 year ago

Semoga yang seperti Mustafa ini juga mendapatkan kesempatan untuk kembali ke kodratnya..
Barakallah mbak Afi..

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Deena
1 year ago

Aamiin

Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

Masya Allah selalu kagum dengan Cikgu Afiyah.

Kali ini beliau mengangkat LGBTQ plus , event besar nyeleneh yang nyaris diadakan, lalu dibingkai dengan pesan Islam ideologis.

Cerpen yang apik!

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Maya Rohmah
1 year ago

La hawla wala quwwata illa billah. Berusa menjabarkan fakta dengan kemasan cerpen Mbak. Ini ada di dekat saya

Siti Komariah
Siti Komariah
1 year ago

Barakallah Mba Afi. Jika kita ingin berubah Insyallah pasti ada jalan. Perubahan sejatinya hanya dimulai dari diri kita sendiri. Apalagi dari penyakit LGBT, penyakit yang meresahkan masyarakat dan dikutuk oleh Allah.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Siti Komariah
1 year ago

Wafiik barokallah
Inggih leres Mbak

Wiwik Hayaali
Wiwik Hayaali
1 year ago

Mustafa, Sang Pemberani. Dia memutuskan kembali ke kodratnya dengan segala konsekwensi yang harus diterima. Semoga semakin banyak Mustofa Mustofa yang lainnya, kembali ke jalan yang Allah rida.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Wiwik Hayaali
1 year ago

Harus ada keberanian untuk berubah pada ketaatan sebagaimana mereka berani melangkan di jalan kemaksiatan

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Permasalahan LBGT memang meresahkan. Ketika sudah terkena penyakit, mereka pasti sengsara, belum lagi pas ditinggL oleh sesama dan juga pengusung LBGT, mereka sendiri dengan sakitnya. Miris

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Dia dwi arista
1 year ago

Nah, deep feel ini. Bisa buat the next. Sendiri dengan sakitnya

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram