Dengan menelaah strategi Elon Musk dan karakteristik Starlink, tak berlebihan jika banyak pihak yang menduga bahwa ada misi spionase oleh intelijen asing di balik masuknya Starlink.
Oleh. Tsuwaibah Al-Aslamiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Jaringan satelit Starlink milik sang miliarder dunia, Elon Musk, akan merambah nusantara. Hal ini membuat jaringan penyedia satelit lokal ketar-ketir. Pasalnya, kehadiran Starlink ini bukan sekadar menambah deret saingan bisnis, namun dikhawatirkan terjadi ketidakadilan alias playing of field tidak seimbang. Lebih dari itu, masuknya pemain asing akan mengancam kedaulatan dan keamanan siber Indonesia.
Dikutip dari CNN Indonesia (12/09/2023) bahwa Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi, memastikan masuknya Starlink ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Starlink merupakan jaringan internet berbasis satelit milik Elon Musk, dengan SpaceX sebagai nama perusahaannya. Walaupun sebelumnya sudah pernah masuk dan bekerja sama dengan operator internet lokal Indonesia (Telkomsat), namun kini Starlink berambisi ingin menyediakan layanannya secara langsung kepada rakyat Indonesia.
Ambisi Elon Musk ini disambut hangat oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan, keduanya ingin bekerja sama dalam membangun jaringan internet di timur nusantara lewat satelit Starlink-nya. Bahkan, Luhut berharap harganya bisa murah. Walaupun sudah menjadi rahasia umum bahwa tarif internet Starlink ini di atas rata-rata.
Lantas, apa itu Starlink berikut sepak terjangnya di dunia siber? Apa saja keuntungan dan kerugian yang didapat RI jika terjalin kerja sama dengannya? Betulkah kedaulatan dan keamanan siber RI bakal terancam dengan masuknya provider asing ini? Bagaimana pandangan Islam terkait dunia siber berikut upaya menjaga kedaulatannya?
Mengenal Starlink
Starlink merupakan suatu proyek yang dioperasikan SpaceX (Space Exploration Technologies Corp), perusahaan antariksa milik sang miliarder dunia sekaligus CEO Tesla, Elon Musk. Tujuannya untuk menciptakan jaringan internet global yang dapat diakses oleh semua orang, bahkan di daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur internet tradisional.
Starlink beroperasi sedianya internet pada umumnya. Bedanya, Starlink membagikan jaringan broadband-nya melalui satelit luar angkasa, sementara operator internet yang ada di Indonesia masih menggunakan kabel fiber optik.https://narasipost.com/opini/07/2023/menakar-urgensi-pembangunan-satelit-nasional/
Cara kerjanya dengan meluncurkan konstelasi satelit ke luar angkasa dan melayang di orbit rendah bumi atau Low Earth Orbit (LEO), sehingga sinyalnya bisa mencapai hampir seluruh muka bumi. Setiap satelit dalam konstelasi Starlink akan berkomunikasi dengan stasiun darat dan terminal pelanggan di bumi. Terminal satelit ini bisa diinstal di mana pun (sekolah, kantor, mobil, rumah dll.) sehingga praktis dan efisien. Namun, butuh perangkat WiFi Router untuk menyalurkan jaringan tersebut ke gadget para penggunanya.
Untung atau Rugi?
Sepintas, Starlink ini begitu memesona. Keuntungan beserta manfaat yang ditawarkan pun tak kaleng-kaleng. Starlink digadang-gadang mampu menaklukkan daerah terpencil, akses internet dipastikan mudah dijangkau di dalamnya. Selain itu koneksinya dianggap lebih stabil dan super cepat daripada layanan satelit tradisional. Bayangkan saja, Starlink menawarkan kecepatan internet yang tinggi yakni 100-200 Mbps dengan durasi waktu transfer data atau latensi cukup rendah yaitu 20 ms, plus minim gangguan. Bahkan, perusahaan ini pun menyediakan layanan Global Roaming yang tersedia di semua negara. Lebih dari itu, kemampuannya dalam tanggap bencana tak diragukan lagi.
Berdasarkan hitungan angka, kecepatan akses Starlink jauh melesat melampaui nilai median kecepatan internet di Indonesia. Menurut hasil laporan bertajuk Digital 2022 – April Global Statshot Report, nilai median kecepatan unduh internet mobile di Indonesia di tahun 2022 hanya mencapai 17,24 Mbps, sedangkan internet kabel sebesar 20,46 Mbps. Ini jauh lebih rendah dibanding kecepatan 100-200 Mbps yang ditawarkan Starlink (hypeabis.id, 6/9/2023).
Kecepatan internet yang tinggi tentu saja akan memudahkan sektor pelayanan publik seperti sekolah, RS, bank, dsb. Selain itu juga mampu meningkatkan kualitas hidup dan peluang ekonomi suatu negara.
Berbanding lurus dengan keunggulannya, harga yang dibanderol pun bikin geleng-geleng kepala. Dikenal sebagai produk internet yang paling fantastis harganya, tarif layanan internet ada di kisaran US$200 (sekitar Rp3 juta) per bulan. Itu belum termasuk parabola Starlink Kit seharga US$599 (Rp9,3 juta) (hypeabis.id, 6/9/2023).
Namun, walaupun Starlink menawarkan berbagai keunggulan, proyek ini pun tak luput dari sejumlah tantangan dan isu. Misalnya terkait masalah regulasi, risiko tumpang tindih dan benturan dengan satelit lain di luar angkasa, serta dampak visual di malam hari akibat cahaya yang dipantulkan oleh satelit.
Perjalanan Starlink di Nusantara
Sejak Juni 2022 Starlink sudah merambah nusantara melalui mekanisme bussines to bussines dengan Telkom Satelit (Telkomsat). Kerja sama Starlink dan Telkomsat itu terjalin setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyerahkan Hak Labuh Khusus Non-Geostationary Satellite Orbit (NGSO). Hal ini memungkinkan bagi Starlink untuk menggelar pita backhaul yang bisa dibeli penyedia layanan internet satelit, di antaranya melalui Telkomsat Indonesia (cnnidonesia.com, 10/6/2022).
Adapun backhaul merupakan teknologi yang memfasilitasi perpindahan data antarinfrastruktur telekomunikasi. Teknologi ini dimanfaatkan untuk menyediakan broadband internet terutama selular 4G, bahkan di daerah rural yang belum terjangkau kabel serat optik. Sedangkan pita backhaul itu merupakan penerus jaringan internet dari backbone ke bagian edge (tepi/pinggiran). Fungsinya untuk menyambungkan data yang dikirim dari Based Transceiver Satellite(BTS) ke Based Station Controller (BSC) lanjut ke Mobile Switching Center (MSC) melalui jaringan lain atau internal. Oleh karena itu, Telkomsat membangun Gateway Station-Teresterial Component demi menerima layanan kapasitas satelit dari Starlink (cnnindonesia.com, 8/9/2023).
Tak puas sekadar hak labuh, Starlink pun berambisi untuk menyediakan layanannya secara langsung ke warga RI dengan memakai nama PT Starlink Services Indonesia. Namun sayang, perusahaan milik Elon Musk ini bersikeras hendak menggunakan aplikasi Over The Top (OTT), artinya ingin membuka bisnis internet di Indonesia tanpa harus merekrut pegawai lokal saat beroperasi. Ingin meraup cuan, namun enggan berbagi dengan rakyat pribumi.
Langkah Starlink untuk tergabung dalam deret ISP (Internet Service Provider) di RI membuat gerah dan geram provider lokal. Pasalnya, ada sebuah kekhawatiran adanya playing of field yang tak seimbang, sehingga ini bisa mematikan bisnis provider lokal. Bukankah selama ini pemerintah memang selalu menggelar karpet merah bagi perusahaan asing? Warga lokal kerap kali dianaktirikan, sedangkan asing dianakemaskan. Gerak-gerik ini sudah terendus, dan tak bisa dimungkiri lagi apa pun alibinya.
Berkaca dari Ukraina
Pemerintah sebagai pemegang dan pemimpin negeri ini selayaknya waspada dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Jangan hanya melihat satu proyek berdasarkan keuntungannya belaka, namun harus memahami ada maksud politis apa yang ada di baliknya. Sebab, tidak semata-mata asing merangsek ke negeri ini -terlebih dia merupakan miliarder dunia dan tokoh ikonik dalam teknologi dan bisnis- jika tak membawa misi tersembunyi.
“Jangan jatuh di lubang yang sama”, itulah nasihat sederhana yang patut kita camkan maknanya. Kita harus berani “melawan lupa”, sejarah digital akan menorehkan jejaknya. Ingatkah kita pada 28 Februari 2022? Pada masa itu, Elon Musk menawarkan internet gratis melalui Starlink kepada pemerintah Ukraina. Saking excited-nya, tanpa berpikir panjang, diterimalah tawaran itu hingga pemerintah Ukraina secara totalitas sangat bergantung padanya. Namun nahas, pada 30 September 2022 sang pemilik SpaceX itu mulai menghentikan layanan Starlink. Tentu saja ini berdampak besar bagi keamanan Ukraina, sebab mereka dalam kondisi berperang dengan Rusia. Dapat dibayangkan betapa terancamnya nyawa tentara Ukraina saat itu, sebab mereka memakai Starlink sebagai media di medan perang.
Sungguh, jiwa kapitalis telah merasuki pendiri Tesla ini. Pada 14 Oktober 2022 SpaceX meminta Kementerian Pertahanan Amerika Serikat serta Uni Eropa untuk membayar senilai $120 juta untuk penyediaan layanan internet di Ukraina selama tahun 2022 dan tambahan $400 juta untuk satu tahun ke depan. Terbukti cara ini jitu, sebab pada 30 Mei 2023 Pentagon memutuskan untuk melunasi tagihan itu. Sungguh licik, Elon memanfaatkan kondisi geopolitik global untuk menggondol cuan bisnis.
Tak hanya Ukraina yang menjadi korban, bahkan pemerintah Iran pun pernah jadi sasaran empuk SpaceX. Tepatnya ketika terjadi gelombang protes untuk menumbangkan pemerintah Iran dan melumpuhkan aksi demo kematian Mahsa Amini, akses internet dibatasi. Namun, AS menginstruksikan Elon untuk mengaktifkan lagi layanan Starlink di Iran serta mengecualikan perangkat Starlink dari daftar larangan ekspor AS ke Iran.
Bahkan, Turkiye pun pernah menolak Starlink masuk ke negerinya. Sebab, mereka khawatir Starlink akan “mencuri” data rahasia warga dan negara Transkontinental ini. Lebih dari itu, RRC pun telah mengendus bahwa Starlink dan militer AS saling berkelindan (detik.com, 20/9/2023).
Mengancam Kedaulatan Siber
Berkaca dari Ukraina dan sejumlah negara lain yang pernah bekerja sama dengan Starlink. Patut kita garis bawahi bahwa kedatangan Starlink ke negeri ini pasti mengemban misi tertentu. Sadarkah kita terkait perkembangan geopolitik yang menjajaki Indonesia seperti prahara Laut Cina Selatan, penguatan proxy AS dengan Filipina, Papua Nugini, serta poros kerjasama AUKUS (Australia, Inggris, dan AS). Terkini, desakan Elon Musk untuk menyediakan layanan Starlink langsung ke masyarakat pada situsi perpolitikan yang sedang “panas” menjelang Pemilu 2024.
Dengan menelaah strategi Elon Musk dan karakteristik Starlink, tak berlebihan jika banyak pihak yang menduga bahwa ada misi spionase oleh intelijen asing di balik masuknya Starlink. Terutama daerah yang disasar adalah wilayah timur Indonesia, khususnya Papua. Wilayah emas ini kaya akan SDA yang berlimpah-ruah, namun masyarakatnya belum melek politik dan iptek. Sehingga dengan dalih ingin mengembangkan wilayah ini dengan polesan berbau teknologi akan dengan mudah dikuasai pihak asing, baik secara politik, ekonomi, dan sosial budaya warganya. Terlebih hubungan pemerintah pusat dengan masyarakat di willayah Papua faktanya memang jauh dari keharmonisan. Oleh karena itu, bisikan asing akan lebih cepat direspons, KKB dan gerakan separatis akan lebih leluasa untuk mengoordinasikan serangan massif dan terstruktur terhadap aparat TNI/Polri dan masyarakat setempat , cepat atau lambat disintegrasi tak bisa dihindari. Sadarlah, perkembangan teknologi memang niscaya, namun jangan sampai kedaulatan dan keamanan negara tergadai gegara mengadopsinya!
Siber dalam Perspektif Islam
Dunia siber/maya (cyber space) tak dapat dimungkiri telah menjadi bagian dari kehidupan manusia saat ini. Layanan internet dan perangkat elektronik telah menggiring manusia pada pola hidup praktis, berbagai aktivitas dapat dilakoni semudah jentikan jari, cukup gunakan ujung jari secara virtual dan koneksi antarmanusia terhubung. Bukan hanya itu, segudang interaksi dan transaksi bisa dieksekusi secara online dalam sekejap mata.https://narasipost.com/opini/06/2021/data-pribadi-warga-menguap-siapa-yang-bertanggung-jawab/
Dunia siber memang menjanjikan kemudahan dan kepraktisan yang luar biasa, namun sayang literasi dunia siber tidak dipahami oleh semua masyarakat di segala lini kehidupan. Keawaman masyarakat terhadap dunia siber ini kadang disalahgunakan oleh pihak-pihak yang “melek siber” untuk menggondol cuan dari kondisi ini. Kita menyebutnya dengan istilah kejahatan siber (cyber crime), pelanggaran ini bisa dilakukan oleh individu, kelompok, bahkan negara.
Islam memandang bahwa apa pun yang berkaitan dengan kemaslahatan masyarakat dan keamanan negara menjadi tanggung jawab Khilafah (negara yang menerapkan syariat Islam kaffah serta mengemban dakwah dan jihad ke seluruh penjuru dunia). Oleh karena itu, dunia siber menjadi sesuatu yang harus diperhatikan dan diseriusi pengurusannya. Pertama, memastikan masyarakat berikut aparat termasuk tentara melek literasi dunia siber, sehingga tidak menjadi korban dari cyber crime. Kedua, Mengumpulkan orang-orang tepercaya yang memiliki talenta di bidang siber dan teknologi paling canggih yang mendukung berjalannya program di ruang digital, memastikan cyber security (keamanan siber) dan menguasai cyber resilience (ketangguhan siber) agar bisa mengatasi cyber attack (serangan siber). Ketiga, Khilafah wajib memiliki lembaga antariksa dan provider internet mandiri; berdaulat, dan memiliki kendali atas infrastruktur fisik siber; serta tidak bekerja sama apalagi bergantung pada asing. Keempat, menjadikan siber sebagai tentara keempat, selain dari tentara angkatan darat, laut, dan udara.
Dalam Islam, terkait keamanan dan pertahanan negara bukan hanya di darat, laut, dan udara. Namun, merambah juga pada ruang siber dalam rangka menjaga kekuasaan teritorial. Jika ada yang melakukan pelanggaran atau kejahatan di ruang digital, maka akan diberikan sanksi oleh negara.
Jika terjadi peretasan yang membahayakan ketahanan negara, ini menjadi tanggung jawab Departemen Pertahanan. Khilafah dengan sekuat tenaga akan mengerahkan pasukan ahli siber untuk melakukan riset dan inovasi berteknologi canggih dan mumpuni untuk memulihkan kembali sistem siber yang telah direntas berikut menguatkan pertahanan dan keamanan data warganya dan apa-apa yang menjadi rahasia negara agar tidak jebol. Hal ini bisa terwujud jika Khilafah membangun teknologi secara mandiri dan tidak bergantung pada asing.
Khilafah tidak akan main-main berkaitan dengan pertahanan negara dan keamanan warga negaranya. Oleh karena itu, segenap usaha akan dikerahkan demi menjaga sekaligus memenangkan medan perang baik di dunia nyata maupun siber. Allah Swt. berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ
“Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi, juga kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu), kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang tidak kalian ketahui, sementara Allah tahu.”
(QS. Al-Anfal [8]: 60)
Ayat ini memerintahkan kaum muslim agar mempersiapkan sebanyak dan secanggih mungkin peralatan (persenjataan) berikut strategi jihad untuk memenangkan peperangan. Bahkan, wajib menggelar pelatihan agar menguasai medan perang fisik dan siber. Dengan begitu, setiap musuh baik itu yang terang-terangan ataupun yang sembunyi-sembunyi akan gentar sukmanya dan ketakutan (Ar-Razi, Mafatih al-Ghayb, 15/192).
Khatimah
Demikianlah urgensi penguasaan dan pengendalian akan dunia siber oleh negara. Jangan tergoda dengan keuntungan sesaat dan silau dengan canggihnya teknologi, jika itu berasal dari asing. Bangkitlah dan benahi diri, optimalkan potensi warga negara sendiri untuk mumpuni dalam segala hal yang berkaitan dengan bidang-bidang strategis, apalagi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Jangan serahkan kekayaan, kekuatan, dan rahasia negara pada pihak asing yang secara jelas menabuh genderang perang pada Islam dan kaum muslimin, begitu pula dengan gerombolan sekutunya. Jangan gadaikan kedaulatan demi remah-remah dolar yang berbisa. Apa pun kedoknya, misi mereka tetap satu, melemahkan dan mengenyahkan semua hal yang berbau Islam.
Wallahu a’lam bi ash-shawab. []
"ingin membuka bisnis internet di Indonesia tanpa harus merekrut pegawai lokal saat beroperasi. Ingin meraup cuan, namun enggan berbagi dengan rakyat pribumi". Ini sih, watak asli para investor asing jika hendak membuka usaha di nusantara.
MasyaaAllah. Ulasan yang tentunya membutuhkan energi penulis memahami fakta siber berikut analisis politiknya. Tidak terbayangkan, ringan sekali bagi seorang LBP memutuskan kerjasama tanpa mempertimbangkan kemaslahatan umat dan ancaman kedaulatan
Tulisan yang menggugah, dan super keren. Semoga banyak yang tercerahkan. Barakallah mba Tsuwaibah
Maasyaalah tulisannya keren, analisis yang sangat luar biasa. Kedatangan asing dalam bentuk apapun harus selalu diwaspadai.tidak melihat keuntungan saja
Tulisannya selalu keren mb..terlihat jelas jika starlink sampai masuk Indonesia, maka negeri ini layaknya ditelanjangi tanpa tameng pertahanan lagi siap dinikmati para kapitalis asing..
Keren naskahnya, Mba Nur. Telaahnya. Kritis. Bener banget kita harus berhati-hati kalau ada Asing masuk ke negeri ini, sebab mereka jelas punya misi rahasia dan inging membuat Indonesia merugi.
Watak kapitalis memang ngeri. Jazakillah Khoiron katsiron atas tulisannya. Banyak pengetahuan dan pemahaman yang didapat dari tulisan ini. Barakallahu fiik untuk penulis
Masyaallah.
Baca naskah ini, jadi tahu dunia siber. Itu ambisi mas Elon benar-benar membahayakan negeri ini. Watak para kapitalis memang bikin miris.
Jazakillah Khoir untuk ilmunya mba @Nurjamilah.
Naskahnya keren abis
Selalu suka dengan tulisan teh Nurjamilah.
Tidak bisa membayangkan bagaimana keamanan tentara Ukraina ketika itu. Kapitalis memang sadis.
Suka dengan tulisan teh Nurjamilah, bahasannya jelas dan tajam analisanya. Masyaallah ilmunya yang dituangkan lewat tulisan memang keren.
Masyaallah, keren pisan pemaparannya teh Emy. Tapi saya syok baca harga internet Starlink, bikin pingsan mendadak ini. Wah, pemilik Tesla ini memang ambisinya luar biasa ya. Belum lagi, dia berniat menanam chip pada otak manusia tuh. Tapi bener sih, sehebat apa pun teknologi mereka, tetap wajib diwaspadai sepak terjangnya di negeri ini.
MasyaAllah, memang ya yang kita rasakan sekali ketika kejahatan digital sudah merangsek ke data pribadi, seperti banyak terjadi hingga mereka bisa mencuri uang di rekening seseorang hanya satu kali klik. Bagaimana negara dapat mengamankan harta, jiwa kalau sistem ini tetap begini?