“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(Qs. Al-A’raf: 96)
Siti Nafidah Anshory, M.Ag
NarasiPost.Com-Tak ada yang berubah. Tahun 2020 kehidupan masih saja jauh dari berkah. Kesejahteraan masih jadi impian. Kata damai pun hanya ada dalam dongengan.
Berbagai persoalan terus menghimpit bangsa ini. Ekonomi bukan saja sekedar krisis, tapi sudah jatuh ke lubang resesi. Apalagi ditambah musibah pandemi yang nyatanya gagal diatasi.
Negara yang katanya gemah ripah loh jinawi, kini kian tenggelam dalam utang yang mengerikan. Namun ironisnya, angka 6000 Trilyun lebih itu masih saja dianggap aman. It's oke. Semua dalam kendali.
Padahal di luar sana, rakyat hidup kian menderita. Resesi di tengah pandemi, atau tepatnya pandemi di tengah resesi telah telak memukul sektor ekonomi ril. Hingga rasionalisasi dan deindustrialisasi marak terjadi, dan rakyat pun kian kehilangan daya beli.
Mereka akhirnya tak peduli lagi akan bahaya pandemi. Lantaran harus berjibaku mencari rejeki. Sementara penguasa malah berasyik masyuk membangun politik dinasti. Dan di saat sama berusaha keras mengokohkan politik oligarki.
Kekuasaan seperti inilah yang memicu maraknya asingisasi sekaligus memacu tindak korupsi di lingkaran kekuasaan. Tak hanya di level kepala daerah, bahkan hingga level menteri. Dan tak hanya di proyek investasi, dana bansos pun tega disikat. Wajar jika Indonesia di 2020 ini kembali didaulat menjadi tiga besar negara terkorup kelas dunia.
2020 Kezaliman Makin Menjadi
Nampaknya, sistem demokrasi makin menampakkan jati dirinya yang asli. Yakni sebagai sistem yang jauh dari kebaikan dan nilai-nilai ilahiyah. Selain membuka lebar pintu penjajahan, juga melegitimasi berbagai kezaliman atas nama menjaga kebinekaan, NKRI harga mati dan hak asasi manusia.
Maka tak perlu heran, jika di tahun ini kezaliman demi kezaliman dan kedurhakaan demi kedurhakaan tetap terjadi. Bahkan makin menjadi-jadi.
UU Ciptaker adalah satu bukti nyata bahwa demokrasi hanyalah politik basa basi. Kredo dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, nyatanya hanya berarti dari korporasi, oleh korporasi dan untuk korporasi.
Begitu pun, demokrasi makin menampakkan karakternya sebagai sistem politik besi. Terbukti, di tahun ini persekusi ulama dan kriminalisasi ajaran Islam, terutama ide khilafah pun berlangsung kian masif. Label radikal dan teroris dengan mudah dilekatkan pada mereka yang kerap mengkritisi pemerintah dan lantang menyerukan perubahan ke arah Islam.
Penguasa melakukan berbagai cara agar suara-suara kritis dan seruan-seruan ke arah Islam ini hilang terbungkam. Mulai dengan cara halus membujuk mereka dengan harta dan kekuasaan, mengubah kurikulum dan merombak pelajaran sejarah. Atau dengan menerapkan politik belah bambu sebagaimana direkomendasikan Rand Corp, think tanknya negara penjajah.
Bahkan cara kasar pun tak sungkan dilakukan. Seperti yang terjadi di detik-detik pergantian tahun ini, berupa tindak pembunuhan orang tak berdosa dan berakhir dengan pembubaran paksa organisasi yang kritis pada penguasa. Juga pemboikotan dan ancaman hukum alias pemidanaan, dengan dalih membahayakan keutuhan negara dan eksistensi dasar negara pancasila.
Di saat yang bersamaan, muncul pula para ulama su’u dan kelompok-kelompok pemicu konflik horizontal yang justru diapresiasi penguasa. Hingga mereka berani berlaku jumawa, seolah-olah merekalah sang pemilik negara dan penguasa nyawa rakyatnya.
Semua yang terjadi ini sekaligus menunjukkan ketidakadilan hukum yang diberlakukan penguasa. Hukum hanya berlaku bagi umat dan tokoh Islam yang teguh memegang kebenaran. Bahkan para Napi lebih diapresiasi daripada para ulama. Mereka dibebaskan, sementara ulama dipenjarakan.
Di luar itu betapa banyak kasus SARA yang tidak diselesaikan karena pelakunya diketahu pro penguasa. Atau kasus separatisme dukungan asing yang dianggap biasa-biasa saja. Sebagaimana provokasi Benny Wenda yang memproklamirkan pemerintahan sementara Papua Barat.
Di bidang sosial, penguasa nyata-nyata telah gagal menjaga masyarakat terutama generasi agar tetap ada pada fitrah kebaikan. Maraknya kasus pornografi pornoaksi, narkoba dan miras, penyimpangan seksual, keguncangan keluarga dengan maraknya perceraian, kasus-kasus kriminalitas dan lain-lain turut melengkapi potret buram sepanjang tahun 2020.
Demokrasi Biang Kerusakan
Jika dicermati secara mendalam, semua problematika ini, saling berkait satu sama lain. Namun ujung dari semuanya berakar pada satu sebab, yakni penerapan sistem sekuler demokrasi yang menafikan peran Allah SWT (agama) dalam kehidupan, serta memberikan hak membuat hukum pada akal manusia yang lemah dan terbatas.
Kedurhakaan inilah yang ditengarai memicu bencana demi bencana yang juga mewarnai perjalanan tahun 2020. Lebih dari 2000 kasus bencana terjadi di tahun 2020 ini, mulai dari banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus, puting beliung, dan bencana lain yang menimbulkan korban jiwa dan harta tak sedikit.
Dan yang paling fenomenal, adalah munculnya wabah corona, yang tak hanya membahayakan jutaan nyawa, tapi juga mengubah pola kehidupan manusia yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Bahkan tak ada seorang pun yang bisa memastikan kapan akan berakhir.
Sungguh sangat terasa, di tahun-tahun ini kehidupan begitu jauh dari keberkahan. Alam seakan marah karena bangsa ini sudah begitu melewati batas. Hukum Allah dengan berani dicampakkan. Para ulama dan pengemban dakwahnya bahkan dilecehkan.
Umat bahkan dijauhkan dari hakikat ajaran Islam yang benar dengan makar pengarusan ide-ide moderasi Islam pesanan Barat yang hakekatnya merupakan upaya deideologisasi dan liberalisasi Islam melalui berbagai program. Padahal ideologi Islamlah kunci utama kebangkitan Islam.
Mahabenar Allah dengan firman-Nya :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(Qs. Al-A’raf: 96)
Dan firman-Nya :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan“.
(QS. Thaha : 124-126)
Mestinya Memicu Perubahan
Semua realitas buruk ini semestinya cukup untuk memicu keinginan kuat untuk melakukan perubahan, khususnya di tahun 2021 mendatang hingga ke depan. Dan perubahan dimaksud, tentu bukan sekedar perubahan parsial berupa pergantian orang atau rezim semata, tapi harus mengarah pada perubahan sistem.
Yakni perubahan dari sistem sekuler demokrasi yang jahiliyah menuju sistem Islam yang dinaungi wahyu ilahiyah. Karena, bukankah fakta menunjukkan bahwa pergantian orang atau rezim sudah berkali-kali dilakukan?
Tanpa mengubah sistem, kondisi terbukti tak pernah membaik. Dan itu dikarenakan kerusakan memang bukan sekadar ada pada orang, tapi ada pada sistem yang diterapkan. Yakni sistem sekuler demokrasi kapitalis neoliberal yang memang rusak sejak dari asasnya.
Oleh karena itu, sudah saatnya sistem batil ini dicampakkan. Dan umat Islam bersegera kembali menerapkan hukum-hukum Allah yang dipastikan akan membawa keberkahan. Yakni dengan berjuang menegakkan institusi penerap syariat Islam, yang tidak lain adalah sistem Khilafah.
Khilafah adalah kepemimpinan umum kaum Muslimin yang akan menerapkan syariat Islam dan mengemban dakwah ke seluruh alam. Sistem inilah yang secara empirik pernah menaungi umat Islam bahkan non Muslim selama belasan abad.
Di masa itu, kesejahteraan dan persatuan hakikipun terwujud dalam kadar yang tak pernah ada bandingannya. Hingga umat Islam pun mampu tampil sebagai umat terbaik, memimpin peradaban cemerlang sekaligus menebar rahmat ke seluruh alam.
Harapan dan peluang perubahan ke arah Khilafah sesungguhnya sangat besar. Banyaknya persatuan umat menunjukkan bahwa umat Islam sesungguhnya bisa dimobilisir dan disatukan oleh satu kekuatan pemikiran, perasaan dan qanaah (rasa benci, rida), yakni pemikiran, perasaan dan qanaah Islam.
Butuh Dakwah Pemikiran Tanpa Kekerasan
Hanya saja, yang menjadi PR besar adalah, bagaimana agar kadar pemikiran umat akan Islam ini tidak parsial dan pergerakannya tidak pragmatis pada satu isu saja. Tapi kaffah dan fokus pada isu besar yakni ikhtiar menegakkan syariat Islam dalam naungan institusi Khilafah.
Dan untuk bisa demikian, dibutuhkan upaya dakwah yang targetnya membangun kesadaran. Berupa dakwah pemikiran (fikriyah) yang dilakukan secara berjamaah (jamaiyyah) sebagaimana yang dicontohkan baginda Rasulullah Saw. Bukan dakwah fisik apalagi kekerasan. Dan bukan dakwah fardhiyah (sendiri-sendiri) yang tak fokus arah.
Dengan dakwah fikriyah dan jamaiyyah inilah, umat dipahamkan dengan akidah yang lurus, disertai pemahaman tentang konstruksi hukum-hukum Islam sebagai solusi kehidupan. Sehingga akan tergambar pada diri umat bahwa tak ada yang bisa membawa mereka pada kesejahteraan hakiki dan keberkahan hidup selain dengan menerapkan hukum-hukum Islam.
Pada akhirnya, kesadaran inilah yang kelak akan memunculkan rasa rindu dan menggerakkan umat untuk bersama menuntut perubahan yang lebih besar dan lebih mendasar. Yakni dengan menumbangkan sistem sekuler demokrasi yang kufur dan menggantinya dengan sistem Khilafah Islam.
Sebagaimana juga di masa dahulu, dakwah fikriyah yang dilakukan Rasulullah saw. bersama para sahabatnya pun berbuah sama. Yakni tumbangnya sistem kufur jahiliyah dan tegaknya sistem politik Islam di Madinah al-Munawwarah yang dipenuhi dengan keberkahan.
Saatnya songsong abad khilafah, songsong janji Allah. Wallaahu a’lam bish shawwab. []
Photo dan sumber : https://www.muslimahnews.com/2021/01/01/resolusi-2021-umat-songsong-abad-khilafah/
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]