Kekayaan alam Indonesia banyak dikuasai oleh para kapitalis, sementara rakyat hanya menerima limbah dan kerusakan alam yang membuat hidup mereka makin sempit.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia adalah negara besar, bukan negara "kaleng-kaleng". Buktinya, saat mengikuti KTT G20 maupun KTT ASEAN, pemimpin Indonesia itu dapat meminta posisi untuk duduk di dekat tuan rumah. Hal itu karena Indonesia sekarang merupakan negara besar dan memiliki posisi tawar yang kuat.
Posisi tawar yang kuat itu juga ditunjukkan dengan banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia. Masuknya investor asing itu menunjukkan adanya kepercayaan asing pada Indonesia. (liputan6.com, 16/09/2023)
Investasi sebagai Strategi Penjajahan
Saat ini, hampir setiap negara mengharapkan masuknya investor asing ke negaranya. Para investor yang memiliki modal besar dan teknologi yang canggih itu diharapkan dapat mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki. Di samping itu, dapat membuka lapangan pekerjaan dan alih teknologi.
Namun, investasi itu sebenarnya hanya memberikan keuntungan bagi negara investor. Mereka akan mengeruk kekayaan alam negara. Negara pemilik kekayaan hanya akan mendapatkan keuntungan yang sangat kecil. Seperti yang didapatkan Indonesia dari eksplorasi tembaga dan emas di Papua. Indonesia hanya mendapatkan royalti sebesar 1%, kemudian naik menjadi 3,75%. Padahal, laba yang diperoleh dari eksplorasi tersebut memberi sumbangan yang besar sehingga Freeport-McMoRan menjadi perusahaan terkaya nomor enam di dunia. https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/bonus-demografi-di-tengah-konstelasi-internasional-ancaman-hegemoni-global/
Memang, saat ini pemerintah menetapkan royalti di atas 10% bagi perusahaan yang melakukan eksplorasi di Indonesia. Namun, hal itu tidak sebanding dengan kekayaan alam yang digondol ke luar negeri. Belum lagi penderitaan yang dialami oleh penduduk di sekitar tempat eksplorasi akibat rusaknya tanah dan sumber mata air.
Para investor itu juga sering melakukan perusakan lingkungan dan alih fungsi lahan saat melakukan eksplorasi. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan minyak goreng yang mengubah hutan menjadi perkebunan sawit. Terlebih, saat melakukan pembukaan lahan, mereka melakukan pembakaran hutan yang menyebabkan polusi udara.
Banyak pula investor asing yang membiayai proyek-proyek mercusuar. Proyek-proyek yang dibiayai dari utang luar negeri itu sebenarnya tidak dibutuhkan oleh masyarakat luas. Buntutnya, rakyat yang harus menanggungnya melalui pajak yang dibebankan kepada mereka. Padahal, mereka tidak banyak yang merasakan manfaat proyek-proyek tersebut.
Melalui pembiayaan infrastruktur ini, asing akan menjerat negara dengan utang berbunga. Utang yang tidak pernah berhasil dilunasi. Bahkan, makin membesar dari tahun ke tahun.
Masuknya perusahaan asing yang membangun pabrik-pabrik di Indonesia memang membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Sayangnya, pekerjaan yang disediakan tidak membutuhkan keahlian khusus atau pendidikan tinggi. Akibatnya, banyak pemuda yang merasa cukup dengan pendidikan menengah yang mereka peroleh. Toh menjadi sarjana tidak menjamin mereka mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Jadi, apa keuntungan yang didapat dari investasi asing yang masuk ke Indonesia?
Potensi Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi, mulai dari posisinya yang strategis, potensi sumber daya manusia, serta potensi sumber daya alam. Indonesia memiliki posisi yang strategis karena berada di antara Benua Asia dan Australia, dan diapit dua samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Hindia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pusat jalur transportasi dan perdagangan dunia.
Posisi ini juga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, yaitu mencapai 81.000 km. Sedangkan luas laut Indonesia mencapai 5,8 km². Luasnya lautan ini menyediakan sumber daya laut berupa ikan yang mencapai 6,4 juta ton per tahun.
Kekayaan alam Indonesia juga luar biasa. Salah satunya adalah cadangan gas alam yang mencapai 98 triliun kaki kubik. Hal ini menjadikan Indonesia berada di peringkat 11 terbesar di dunia. Indonesia merupakan eksportir gas alam terbesar nomor lima di dunia. (wikipedia.org)
Selain gas alam, Indonesia juga memiliki cadangan minyak bumi yang besar. Pada tahun 2021, total cadangan minyak Indonesia adalah 3,95 miliar barel. Di samping itu, Indonesia adalah penghasil timah, tembaga, emas, batu bara, dan nikel.
Indonesia juga memiliki hutan yang luas. Pada tahun 2021, luas tutupan hutan di Indonesia adalah 101,22 juta hektare. Itu setara dengan 52,80% luas seluruh daratan Indonesia yang mencapai 191,69 juta hektare. Dari hutan itu dihasilkan kayu, damar, resin, madu, dan sebagainya.
Tanah Indonesia yang subur juga memberikan hasil pertanian dan perkebunan luar biasa. Hasil pertanian dan perkebunan Indonesia yang utama adalah minyak sawit, cokelat, karet, teh, singkong, tembakau, rempah-rempah, dan lainnya. Saat ini, Indonesia merupakan penghasil sawit terbesar di dunia.
Yang tidak kalah penting adalah potensi sumber daya manusia. Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau ini, pada pertengahan 2023 populasinya mencapai 278.69 juta. Jumlah penduduk yang besar ini merupakan modal penting dalam memajukan ekonomi dan menjaga pertahanan serta keamanan negara.
Sayangnya, berbagai potensi itu belum dimanfaatkan untuk kepentingan negara dan rakyat negeri ini. Populasi yang besar hanya menjadi sumber tenaga kerja yang murah sekaligus pasar bagi negara-negara kapitalis. Kekayaan alam Indonesia pun dikuasai oleh para kapitalis, baik dari dalam maupun luar negeri. Rakyat hanya menerima limbah dan kerusakan alam yang membuat hidup mereka makin sempit.
Hal ini telah diingatkan oleh Allah Swt. dalam surah Thaha [20]: 124,
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَعْمَى
Artinya: "Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, baginya kehidupan yang sempit, dan Kami bangkitkan ia pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Pengelolaan Potensi Indonesia dalam Islam
Berbagai potensi yang dimiliki oleh Indonesia itu, jika dikelola dengan baik akan menjadikan negeri Zamrud Khatulistiwa ini menjadi negara besar. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan penyediaan fasilitas pendidikan yang baik, akan menjadi sumber daya manusia yang luar biasa. Mereka akan menjadi ulama, ilmuwan, tentara, dan panglima yang berkompeten.
Penanaman akidah yang kuat akan menjadikan mereka sosok-sosok yang bertakwa. Mereka akan menjalankan amanah dengan baik, baik sebagai rakyat, anggota masyarakat, maupun pejabat. Mereka melakukan hal itu sebagai wujud dari kecintaan terhadap Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Dengan cara seperti ini, tidak mustahil akan muncul ulama sekaliber Imam Malik, Imam Syafi'i, dan sebagainya. Demikian pula, akan ada ilmuwan seperti Al-Khawarizmi, Al-Jazari, Al-Haitham, dan lain-lainnya. Para panglima perang yang hebat seperti Thariq bin Ziyad, Salahuddin Al-Ayyubi, atau Muhammad Al-Fatih pun akan muncul kembali.
Adapun kekayaan alam yang melimpah di negeri ini, akan dikelola sebagai kepemilikan umum. Dalam Islam, kepemilikan umum akan dikelola oleh negara. Hasilnya digunakan untuk kepentingan rakyat. Swasta boleh melakukan pengelolaan hanya terbatas pada sumber daya alam yang jumlahnya sedikit.
Pengelolaan kekayaan alam yang seperti ini akan menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat. Di samping itu, berbagai fasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat pun dapat didanai. Infrastruktur yang baik juga dapat disediakan oleh negara.
Demikianlah, pengelolaan berbagai potensi yang dilakukan dengan menggunakan aturan Islam, akan mendatangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Di samping itu, akan menjauhkan mereka dari kemurkaan Allah Swt. Tentu saja, hal ini hanya dapat diwujudkan di dalam sistem yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Wallaahu a'lam bishawab.[]
Heran, tidak sadar apa, negara ini miskin karena SDA dikelola sama asing.
Indonesia memang negara yang luas dan banyak kekayaan alamnya. Sayangnya ini belum bisa dikelola dengan baik karena sistem sekuler yang masih jadi landasannya.
Aneh ya ... penguasa begitu bangga dengan masuknya investor dan ngaku negeri ini bukan negara kaleng-kaleng. Seharusnya bangga itu ketika negeri ini bebas dari investor asing yang mengeruk SDA negeri ini.
Setuju
Miris, negara kaya SDA tapi selalu terjajah. Penjajahan berkedok investasi yang membuat negeri jadi tergadai.
Negara kaya yang rakyatnya banyak yang menderita. Seperti tikus mati di lumbung padi.
Bener mba. Negara Indonesia memang nehara yang ngak kaleng-kaleng jika dikelola oleh Islam. Tapi kalau dilakukan investasi ala kapitalisme, buntutnya rakyat yang menderita. Soalnya yang untung pasti pemilik modal dan pengusaha. Yach seperti yang sudah-sudah
Betul, mbak