Moderasi beragama juga menjadikan anak bangsa mengambil jalan tengah. Mencampuradukkan antara yang hak dan batil. Padahal Allah Swt. jelas telah melarang hal ini
Oleh. Yuli Ummu Raihan
(Member AMK dan Pemerhati Masalah Publik)
NarasiPost.Com-Moderasi beragama adalah salah satu racun kafir penjajah yang ditebar hampir di seluruh negeri Muslim tidak terkecuali Indonesia. Moderasi beragama bisa diartikan dengan sikap tidak berlebih-lebihan dalam beragama. Menerima dan bersikap layaknya orang kebanyakan.
Dilansir oleh Republika.co.id, (3/11/2020), Pusat Kerukunan Umat Beragama Setjen Kementrian Agama (Kemenag) mengadakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) 2020 melalui zoom dan kanal youtube Kemenag pada Selasa 3 November 2020. Dalam acara ini moderasi beragama disebut dapat mencegah konflik, radikalisme, dan menciptakan kedamaian dalam negara. Menciptakan kerukunan baik tingkat nasional maupun global, serta mendorong terciptanya harmoni keluarga dan masyarakat.
Setidaknya ada empat indikator dalam moderasi beragama, pertama toleransi, yakni menerima, menghargai keberadaan orang lain dalam beragama. Kedua, anti kekerasan, baik verbal maupun fisik. Ketiga, Memiliki komitmen kebangsaan dengan menerima pancasila sebagai ideologi bangsa, UUD 1945 sebagai konstitusi dan NKRI harga mati. Keempat, indikator pemahaman dengan perilaku yang akomodatif.
Pemerintah telah membentuk forum koordinasi dan konsultasi yang dikenal dengan FKUB yang memberdayakan peran strategis para tokoh agama, tokoh adat, masyarakat khususnya majelis-majelis dan organisasi keagamaan. Sampai saat ini telah ada 544 FKUB di seluruh Indonesia. Penguatan moderasi beragama juga telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang tertuang dalam Perpres No. 18 tahun 2020.
Moderasi beragama meracuni anak bangsa melalui dunia pendidikan. Guru agama Islam adalah sasaran untuk menjadi salah satu agennya dan ujung tombak moderasi beragama ini. Kampus sengaja didesain untuk memproduksi para agen moderasi. Racun moderasi beragama ini sengaja disebar untuk melawan Islam.
Rand Corporation, lembaga think tank AS pada tahun 2007 dalam laporan berjudul Building Moderate Muslim Network merekomendasikan tata cara melemahkan dan memecah umat Islam, yaitu dengan membangun jaringan Muslim moderat sebagai kaki tangan AS untuk menghadang kebangkitan Islam di seluruh dunia. Moderasi beragama semakin gencar dilakukan seiring dengan pesatnya opini Islam kaffah, yaitu khilafah. Ide khilafah sebagai solusi semua problematika umat saat ini telah menarik perhatian dan membuka mata banyak orang. Demokrasi yang digadang-gadang mampu menyejahterakan, nyatanya terbukti gagal total. Sistem sekularisme kapitalisme justru menimbulkan efek domino yang buruk bagi manusia.
Massifnya opini khilafah sebagai solusi problematika umat membuat kafir penjajah semakin terusik dan panik. Maka, wajar para pengusung ide ini terus diawasi, dipersekusi, bahkan dikriminalisasi. Padahal ide moderasi beragama ini sangat berbahaya karena akan mencetak generasi yang sekular. Generasi yang jauh dari agama bahkan menolak pemberlakuan syariat agama Islam secara kaffah. Alhasil, terjadi penyimpangan akidah dan syariat. Banyaknya pelaku maksiat. Menentang ide dan ajaran Islam seperti khilafah dan jihad. Hanya fokus melakukan ibadah ritual seperti salat, puasa dan lainnya. Mencukupkan diri dengan akhlak yang baik. Tidak ada amar makruf nahi mungkar.
Moderasi beragama juga menjadikan anak bangsa mengambil jalan tengah. Mencampuradukkan antara yang hak dan batil. Padahal Allah Swt. jelas telah melarang hal ini.
"Dan janganlah kamu campuradukkan antara yang hak dan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahui."
(QS. Al-Baqarah: 42)
Racun moderasi beragama ini jika terus dipelihara maka akan melahirkan generasi pemuja kebebasan. Lihatlah fakta di sekitar kita, berapa banyak umat Islam yang sibuk mengejar materi, terlalu cinta dunia, mudah menerima sesuatu dari asing, pragmatis, dan mengidolakan Barat. Islam hanya sekadar identitas di KTP. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat berkiblat pada asing. Alhasil tidak sedikit orang Islam yang justru menjadi pembela dan pejuang pemikiran kufur. Mereka dilabeli sebagai pembela HAM, peggiat kesejahteraan gender, dan pengusung demokrasi, serta penjaga NKRI.
Moderasi beragama adalah racun. Umat Islam harus sadar akan hal ini. Umat Islam harus mempelajari Islam secara sempurna. Berpegang teguh pada ajaran Islam saja. Terus mendakwahkan Islam sebagai solusi atas semua problematika umat. Anak bangsa harus dididik agar mengenal dan cinta pada ajaran agamanya. Belajar Islam bukan hanya sekadar pengetahuan. Islam harus menjadi jati diri setiap Muslim, baik secara pemikiran maupun perbuatan. Islam menjadi panduan dalam setiap aktivitas kehidupan.
Islam adalah agama yang benar. Maka, jangan lagi ada kompromi apalagi bersikap netral. Banggalah menjadi seorang Muslim dan bersikaplah layaknya seorang Muslim.
Wallahu a'lam bishashawaab.[]
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]