Inilah kejamnya kapitalisme. Sebuah cara pandang tentang kehidupan, di mana semua hanya dinilai dengan uang dan manfaat. Selama kita hidup dalam sistem kapitalisme, standar ini akan terus dipertahankan dengan ukuran-ukuran yang terus berubah sesuai keinginan mereka.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Indonesia lagi-lagi ramai dengan berita gugatan para finalis event Miss Universe Indonesia. Mereka mengaku dilecehkan saat body checking alias pemerikasaan fisik oleh panitia. Mereka merasa direndahkan dan tidak terima ketika diperintah bertelanjang untuk dinilai oleh juri. Sekitar 30 kontestan harus buka baju di tempat yang sama dan sempit, yang bahkan banyak orang berlalu lalang.
Kasus ini pun mendapat respons dari berbagai kalangan untuk segera diusut tuntas. Seperti yang dikatakan oleh legislator perempuan, Eva Yuliana kepada wartawan detikNews.com Selasa (8/8/2023). "Kepada Polda Metro Jaya saya minta untuk mengusut tuntas kasus ini, kita tidak tahu kasus dugaan pelecehan seksual ini, apakah dilakukan oleh oknum ataukah secara resmi oleh panitia penyelenggara."
Ajang kompetisi kecantikan setiap tahun terus digelar meski kriteria pemenang masih menjadi perdebatan. Padahal, bukankah kecantikan itu relatif? Sering kali kita mendengar slogan inner beauty adalah yang terpenting, namun nyatanya di alam materialistis kapitalistik ini kemolekan dan kecantikan fisik akan menjadi alasan utama sang pemenang terpilih. Pintar jika pendek pasti juga kalah. Cerdas dan berwawasan luas namun tak langsing pasti akan tereliminasi, bukan?
Hakikat Kecantikan ala Kapitalisme
Pepatah mengatakan, bahwa wanita adalah perhiasan dunia memang benar adanya. Wanita diciptakan oleh Allah dengan bentuk yang sedemikian rupa, ia juga dikaruniai keindahan paras juga sifat. Wanita dan kecantikan memang tak bisa dipisahkan. Maka alamiah jika wanita merasa dirinya harus selalu tampil cantik, meski akibatnya banyak yang harus mereka usahakan agar bisa tampil cantik. Dengan kata lain, kecantikan adalah keindahan fisik maupun sifat yang disukai orang lain, serta membuat orang lain mengaguminya.
Jika dipaksakan mengikuti standar kecantikan ala kapitalis sampai berusaha mewujudkannya, tentu sangat berbahaya. Jika kita amati, standar kecantikan perempuan pada masing-masing negara pasti tentang fisiknya. Dan parahnya, standar kecantikan itu dipaksakan melalui media. Jika dulu lewat majalah, kemudian melalui siaran TV yang menayangkan berbagai kontes kecantikan dari kelas kampung hingga internasional. Maka di zaman digital ini via sosial media. Kita seakan dipaksa punya keinginan untuk menjadi cantik seperti yang telah mereka standarkan.
Kita akan dikenalkan dengan produk-produk kecantikan, dengan dorongan agar bisa cantik seperti peserta-peserta kompetisi kecantikan tersebut. Maka menjamurlah salon-salon kecantikan dan produk-produk pelangsing, krim pemutih, serum agar tampil glowing, pengencang, beserta iklan-iklan lainnya yang seakan menjawab keinginan para perempuan itu. Semua itu membuat wanita menjadi terobsesi untuk tampil cantik, serta akan sangat minder jika tidak memenuhi standar kecantikan.https://narasipost.com/opini/12/2021/fatamorgana-di-balik-kata-cantik-sebuah-pendalaman-fakta/
Maka mengalirlah uang ke produsen majalah, perusahaan kosmetik, salon kecantikan, dokter-dokter pelaku operasi plastik. Semakin banyak yang ingin cantik dengan standar fisik, makin kaya pula produsen produk kecantikan. Inilah kejamnya kapitalisme. Sebuah cara pandang tentang kehidupan, di mana semua hanya dinilai dengan uang dan manfaat.
Selama kita hidup dalam sistem kapitalisme, standar ini akan terus dipertahankan dengan ukuran-ukuran yang terus berubah sesuai keinginan mereka. Dan uang pun akan terus mengalir kepada mereka. Wanita yang telah teracuni paham kapitalisme ini akan menjadikan standar kecantikan sebagai sumber kebahagiaannya. Mereka akan ramai-ramai memborong produk-produk kecantikan, sibuk dengan berbagai perawatan dan lupa hakikat dan kewajibannya sebagai muslimah.
Kaum wanita akan terus berusaha bagaimana bisa tampil memukau. Sibuk dengan perawatan, agar bisa mengikuti kontes-kontes kecantikan. Mereka rela membuka aurat, berlenggak-lenggok di depan juri dan penonton, disaksikan berjuta-juta manusia, memperebutkan mahkota ilusi. Mereka akan merasa bangga jika disebut ‘Ratu Kecantikan’.
Mereka akan bangga mengenakan dan memperkenalkan produk kecantikan, baju-baju terbuka ala Barat, serta pemahaman-pemahaman beracun kepada sesama perempuan. Dengan memperlihatkan kecantikan fisik mereka di media juga di panggung-panggung, diukur, fitting baju, pemotretan dengan berbagai gaya yang menggoda. Mereka tak mungkin tak tersentuh laki-laki, mengundang mata-mata yang senantiasa memandang dengan nafsu, dan mulut-mulut yang menganga meneteskan air liurnya, maka adalah kemustahilan jika tidak terjadi pelecehan. Mereka masih tetap berbangga dan tak sadar, bahwa hakikatnya mereka sedang dieksploitasi bukan dihargai dan dihormati. Lalu mengapa protes ketika dilecehkan?
Kecantikan dalam Islam
Jika kapitalisme memandang kecantikan wanita haruslah dilihat dari fisiknya. Maka Islam pun menyukai kecantikan dan keindahan dengan pandangan yang berbeda. Islam memiliki standar kecantikan perempuan dengan sangat indah, serta tidak berorientasi pada fisik, karena tubuh atau fisik kita adalah pemberian Allah. Allah tak akan mempertanyakan mengapa kulit kita gelap, rambut keriting, ataupun postur tubuh pendek. Karena fisik tak akan menentukan seseorang akan masuk surga atau neraka.
Dalam Islam sendiri, wanita adalah sosok yang dihargai dan dilindungi. Ia dimuliakan dan dihormati. Maka muslimah yang cerdas tidak akan memusingkan masalah yang terkait fisik. Muslimah yang cerdas hanya akan fokus pada perkara-perkara yang bisa ia pilih, apakah ia akan berperilaku sesuai syariat ataukah tidak. Karena itulah yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh-tubuh kalian, tidak pula pada rupa kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan amalan kalian."
Begitulah Islam memandang kecantikan adalah apa yang disandarkan pada Allah semata, yaitu menjadi hamba-Nya yang bertakwa, dengan menjalankan seluruh syariatnya, termasuk muslimah yang memperhatikan kebersihan tubuh, menutup aurat, dan menggunakan pakaian syar'i, mengikuti kajian, dakwah, dan lain-lain. Allah sendiri berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 13, "Hai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan wanita, lantas Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku sehingga kamu saling mengenal. Sungguh, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
Wanita-Wanita Cantik dalam Islam
Tampilan fisik bukanlah ukuran nilai kita di hadapan Allah. Karena dalam Islam ketakwaan seseoranglah yang akan menentukan apakah ia layak masuk surga atau tidak. Standar kecantikan dalam Islam pun jauh dari standar fisik, Rasulullah pernah menyampaikan contoh wanita-wanita ahli surga yang dapat kita jadikan teladan, bukan karena fisiknya namun karena ketakwaannya. Dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda dalam hadis riwayat Imam Muslim, "Penghulu wanita ahli surga itu ada empat, mereka adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah istri Firaun."
Dalam era kegemilangan Islam banyak kita dapati muslimah yang bersinar dalam ketakwaan. Sebut saja Nusaibah binti Ka’ab, yang tak segan ikut ke Medan perang, bahkan mendapat julukan Sang Perisai Rasulullah. Kemudian Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah yang bersinar karena kecerdasannya dan menjadi wanita perawi hadis terbanyak. Jangan lupakan pula, Fatimah Al-Fihri pendiri universitas tertua di dunia, Al-Qarawiyyin, serta Maryam Al-Asturlabi penemu sistem awal GPS, dan masih banyak lagi teladan yang bisa kita ambil dari para shahabiyah Rasulullah maupun wanita hebat Islam lainnya.https://narasipost.com/opini/01/2022/halima-aden-dan-doktrin-kecantikan-perempuan/
Dalam Islam, perempuan adalah tonggak peradaban, karena dari rahimnya para pahlawan Islam dilahirkan dan dicetak. Namun miris kita rasakan ketika melihat potret buram perempuan muslimah masa kini. Fokus mereka hanyalah materi dan penampilan badaniyah. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan ada kemungkinan umat ini akan kehilangan masa depannya, karena sesuai yang dikatakan rusaknya perempuan adalah awal kehancuran suatu bangsa. Tanpa ibu yang cerdas, peradaban tak akan memiliki pemimpin yang berkualitas. Tanpa perempuan yang cerdas, suatu bangsa akan menjadi lemah dan mudah dilibas. Inilah urgensinya umat untuk kembali kepada kehidupan Islam dalam naungan Khilafah. Karena Khilafahlah yang akan mencetak kembali para muslimah tangguh yang siap membina generasi seperti dulu kala.
Wallahu a'lam bishawab
Sadarlah wahai para wanita, bahwa kalian hanya di eksploitasi oleh para pemulung kapital serakah.. Semoga Islam segera tegak sehingga kemuliaan para wanita bisa teraih kembali
jadinya kayak diperbudak.. disuruh buka busana mau, dll..
Lagian lho tau bakalan dipelototin, diukur2 badannya, dikasih bahu kurang bahan..kok ya masih seneng ikut kontes mimisan..heran
Kontes kecantikan ala kapitalisme hanya sebuah bentuk pelecehan kaum wanita, dan Islam sangat memuliakan perempuan dan sangat adil, mulia di sisi Allah dia yang bertakwa.
Barakallah penulis.
Selama standar kehidupannya bukan dari akidah Islam, agama yang telah Allah sempurna atas agama samawa lainnya tentu akan membawa kepada ketidakadilan bahkan kerap terjadi penyimpangan dari aturan Allah.
Barakallah Bunda Aya semoga tulisnya tersebar luas dan bisa dipahami masyarakat secara luas.
Kapitalisme memang sistem yang dibuat tanpa memenuhi unsur keadilan. Salah satunya saat menilai standar kecantikan yang semua hanya fokus pada fisik. Sudah begitu, sistem ini sarat eksploitasi. Semakin cantik fisik seseorang, maka semakin dieksploitasi. Ngeri deh ...