Hal ini menunjukkan sikap hipokrit mereka dalam menilai masalah pelecehan seksual. Sikap itu muncul dari ideologi kapitalisme yang mereka emban. Ideologi yang hanya mementingkan materi dan menjadikannya sebagai tujuan hidup.
Oleh. Mariyah Zawawi|
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Brain, beauty, behaviour. Inilah slogan Miss Universe, salah satu kontes pemilihan perempuan tercantik di dunia. Kontes ini diikuti oleh puluhan perempuan cantik dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Mereka yang dikirim untuk mengikuti Miss Universe tingkat dunia adalah pemenang kontes Miss Universe di masing-masing negara.
Nah, beberapa waktu yang lalu, beberapa finalis mengajukan gugatan kepada pihak Miss Universe Indonesia karena kasus pelecehan seksual. Mereka mengaku difoto dalam keadaan tanpa busana. Padahal, sesi itu tidak terdapat dalam rundown acara. Buntut dari peristiwa ini, pihak Miss Universe Organization (MUO) mencabut lisensi dari PT Capella Swastika Karya. (Detik.com, 15/8/2023)
Keikutsertaan Indonesia dalam kontes pemilihan ratu sejagat masih menjadi pro-kontra di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, derasnya arus liberalisasi telah mengalahkan suara mereka yang kontra. Bagaimana sebenarnya sejarah penyelenggaraan Miss Universe? Bagaimana pandangan kapitalisme dan Islam terhadap perempuan?
Sejarah Miss Universe
Kontes Miss Universe diselenggarakan oleh Miss Universe Organization yang memiliki kantor pusat di New York, Amerika Serikat. Kontes ratu kecantikan ini diadakan pertama kali pada tahun 1952. Setiap tahun, wanita-wanita cantik dari berbagai negara memperebutkan gelar ini.
Nama Miss Universe awalnya digunakan dalam kontes International Pageant of Pulchritude. Kontes ini berlangsung dari tahun 1926–1932. Terjadinya Great Depression atau yang dikenal dengan istilah krisis malaise telah memaksa kontes ini berhenti.
Nama Miss Universe kemudian digunakan lagi oleh E.W. Stewart pemilik perusahaan pakaian renang Catalina Inc. dalam kontes yang diadakannya. Kontes itu diselenggarakan pertama kali pada tanggal 28 Juni 1952 di Long Beach, California. Dalam kontes ini, Catalina Inc. menjadi salah satu sponsor bersama dengan Pan American World Airways dan Universal International Studios. Pakaian renang Catalina terus menjadi sponsor hingga tahun 1993.
Sebelumnya, Catalina Inc. merupakan sponsor di ajang yang berbeda, yaitu Miss America. Namun, ia menarik diri dari Miss America karena pihak penyelenggara menolak memberikan izin kepada pemenangnya untuk ditampilkan di sampul majalah dengan mengenakan pakaian renang. (Wikipedia.org)
Sepanjang penyelenggaraan kontes ini, pemilik Miss Universe telah berganti berkali-kali. Meskipun demikian, semua perusahaan itu berbasis di Amerika Serikat. Saat ini, Miss Universe kepemilikan Miss Universe berada di tangan JKN Global, dari Thailand. Perusahaan ini membeli 100 persen kepemilikan saham MUO seharga 20 juta dolar AS atau setara dengan Rp311 miliar.
Berpindahnya kepemilikan ini menyebabkan terjadinya beberapa perubahan. Salah satunya adalah diizinkannya transgender untuk mengikuti kontes ini. Hal ini dapat dimaklumi karena pemilik JKN, Anne Jakapong Jakrajutatip adalah seorang transgender. (Konde.co, 8/11/2022)
Meraup Keuntungan dari Kecantikan
Dalam sistem kapitalis, segala hal hanya dinilai berdasarkan materi. Demikian pula dengan perempuan. Perempuan dianggap berdaya jika dapat menghasilkan materi. Perempuan kemudian dieksploitasi atas nama pemberdayaan perempuan.
Ada pula eksploitasi secara terselubung melalui kontes kecantikan. Dalam kontes ini, para peserta harus cantik menurut standar global. Tinggi semampai, berkulit mulus, wajah tidak berjerawat, dan berbagai standar cantik secara fisik lainnya. Mereka juga harus berpenampilan menarik.
Dalam kontes kecantikan ini, para peserta juga akan berlenggak-lenggok di atas panggung dalam berbagai busana. Salah satunya adalah memakai pakaian renang. Hal ini tentu menjadi tontonan yang sangat menarik bagi mereka yang melihat kecantikan hanya dari tampilan fisik. Tidak hanya kaum laki-laki, tetapi perempuan pun menyukainya.
Tidak mengherankan, jika acara-acara semacam ini terus diadakan. Tujuannya tentu untuk meraup keuntungan dari eksploitasi kecantikan tersebut. Pihak penyelenggara memang tidak pernah terbuka mengenai besarnya keuntungan yang mereka peroleh. Mereka hanya menjelaskan bahwa acara Miss Universe ini ditonton oleh sekitar 500 juta orang dari 190 negara.
Para pemenang juga mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit. Dalam waktu satu tahun, pemenang Miss Universe akan memperoleh gaji bulanan, suplai produk kesehatan dan kecantikan, dan aksesori secara cuma-cuma. Di samping itu, ia harus menghadiri berbagai acara publik. Untuk itu, ia akan didampingi oleh seorang pengarah gaya. Tentu, ini sebuah keuntungan yang sangat besar.
Dari sini jelaslah bahwa tujuan dari penyelenggaraan kontes-kontes semacam ini hanya untuk mendapatkan keuntungan materi. Para perempuan yang diperlakukan bak putri itu sebenarnya tengah dieksploitasi untuk kepentingan para kapitalis. Sayangnya, mereka tidak menyadarinya.
Hipokrisi dalam Penilaian Pelecehan
Keikutsertaan perempuan dalam kontes ratu kecantikan merupakan salah satu bentuk kebebasan berperilaku. Mereka bebas melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Selama tidak ada orang lain yang merasa terganggu, hal itu boleh mereka lakukan.
Karena itu, mereka tidak merasa risih saat membuka aurat di hadapan khalayak, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga memamerkan keindahan tubuh mereka dengan pakaian yang minim bahan. Bahkan, mereka akan merasa tersanjung jika dipuji keindahan tubuh mereka.
Meskipun terbiasa mengumbar aurat, mereka tidak menoleransi tindakan yang mengarah pada pelecehan seksual. Hal ini tentu membingungkan. Di satu sisi, mereka merasa nyaman-nyaman saja ketika banyak mata, termasuk kaum pria, memelototi tubuh mereka yang terbuka. Demikian pula, mereka merasa bahagia, meskipun mereka dihargai karena fisik mereka. Mereka juga tidak merasa bersalah karena mendapatkan materi dari kecantikan dan keindahan tubuh mereka.
Hal ini menunjukkan sikap hipokrit mereka dalam menilai masalah pelecehan seksual. Sikap itu muncul dari ideologi kapitalisme yang mereka emban. Ideologi yang hanya mementingkan materi dan menjadikannya sebagai tujuan hidup.
Posisi Perempuan dalam Islam
Memenuhi naluri mempertahankan jenis (gharizah baqa'), merupakan salah satu kebutuhan manusia. Di antara pemenuhan naluri ini adalah mewujudkan eksistensi diri. Misalnya dengan menunjukkan prestasi sehingga diakui kehebatannya.
Dalam Islam, pemenuhan kebutuhan naluri juga harus mengikuti aturan syarak. Syarak telah menetapkan bahwa perempuan yang sudah balig harus menutup auratnya setiap berada di kehidupan umum. Ia harus mengenakan jilbab yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Abu Dawud.
يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيْضِ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هٰذَا وَهٰذَا
"Ya Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila telah haid, tidak boleh tampak darinya kecuali ini dan ini (beliau memberi isyarat pada wajah dan telapak tangan)."
Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan naluri dengan mengikuti kontes-kontes kecantikan tidak diperbolehkan. Semestinya perempuan itu memenuhi kebutuhan naluri mereka dengan prestasi belajar. Itu lebih mulia dan terhormat, serta mendapat rida dari Allah Swt.
Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.
Kapitalisme mendorong wanita untuk mengejar materi meski melanggar hukum Islam. Dan wanita pun kehilangan urat malu bahkan bangga dengan mempertontonkan auratnya di ajang seperti itu.
Betul sekali.
Miss Universe merupakan salah satu bentuk eksploitasi kaum hawa yang tak disadari oleh mereka. Seolah materi yang mereka dapatkan sebuah kebanggaan. Inilah watak kapitalism!
Memang, begitulah, kapitalisme hanya menjadikan materi sebagai tujuan.
Hanya sistem Islam yang memuliakan perempuan.
Betul, mbak
Watak Kapitalisme menjadikan materi dan keuntungan diatas harga diri seorang wanita
Materi di atas segalanya
Dalam sistem kapitalisme, perempuan diekploitasi lewat ajang-ajang yang dianggap bergengsi. Anehnya banyak juga yang mendukung dan mengapresiasi. Padahal, ini adalah mala petaka bagi kaum perempuan. Sudah saat Islam kembali menaungi dan melindungi kaum perempuan.
Karena perempuan suka dipuji, akhirnya lupa diri, terus kehilangan harga diri. Astaghfirullaah!
Bentuk eksploitasi terhadap kaum perempuan. Anehnya, yang dieksploitasi senang dan bangga. Risiko mereka jika mendapat hal-hal negatif, dalam kapitalisme no free lunch, mau menang ya ada risiko termasuk hal-hal yang tidak diinginkan secara naluri kaum hawa.
Betul, mbak. Setiap pilihan selalu ada konsekuensinya.
Miss universe ajang nafsu birahi, wanita muslimah sejati tak akan mau mengikuti, hanya dalam kapitalisme semua cara diterjang, butuh Islam yang menaungi dan melindungi kaum perempuan.
Putri sejati akan menjaga kehormatan diri, ya mbak.
Ajang kontes kecantikan sudah lama terjadi, padahal banyak sekali pelanggan syariat Islam. Kenapa terus berulang? Tidak lain karena cuan, menguntungkan para kapitalis -tak disadari juga merupakan eksploitasi wanita dan merendahkan kaum wanita.
Sejatinya Islam memuliakan wanita.
Barakallahu Mbak...
Wallahu a'lam
Betul, Islam is the best!
Dagelan warga Indonesia. Pamer aurat, buka-bukaan berbikini ria ditonton banyak pasang mata saja gak risih. Tapi kok pas body checking mereka lapor polisi... kocak.
Ya karena aurat bagi mereka bukan seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, mbak.
Ratu-ratuan ini memang berisiko. Risiko pelecehan terhadap muruah perempuan. Hanya saja, kok tetap banyak yang ingin jadi yang tercantik sejagat, padahal itu adalah bentuk eksploitasi terhadap kaum perempuan. Hilang kemuliaan, harga diri, hanya demi cuan dan ketenaran. Astagfirullah ...
Semoga para muslimah segera menyadari hal ini ya, mbak.
Konsep ratu-ratuan ala kapitalisme ajang nirfaedah. Sebab merendahkan iffah dan muruah wanita. Mengeksplor tubuh wanita sbg lahan cuan. Kontradiktif dg ajaran Islam yg justeru menjaga kehormatan dan memuliakan wanita. Di mana kecantikan bukan diukur dari fisik tetapi takwa.
Betul sekali
Lucu saja rasanya. Mereka bisa berlenggak lenggok dengan bikin di hadapan orang banyak. But, tiba-tiba risih saat body checking digituin.
Nah, betul ya. Padahal, pakai bikini saja sudah sangat merendahkan, tapi tidak merasa dilecehkan kalau belum dibuka semua pakaiannya. Miris dah
Saya nnetiknya merendahkan, kok jadi terbungkus ya, hehe ...
Eh, di hp saya masih "merendahkan" koq, tdk berubah jd membungkus, Mba
Ya mbak, lucu dan aneh kok