Melindungi Buah Hati dari Stunting

Stunting

Persoalan stunting ini adalah dampak diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme, di mana distribusi kekayaan alam khususnya pangan tidak merata di seluruh wilayah. Pun terkait edukasi dan sosialisasi  makanan yang halal dan tayib kurang diperhatikan oleh negara sehingga beredar makanan cepat saji tanpa mempertimbangkan kehalalan dan kebaikannya bagi kesehatan tubuh.

 

Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Memiliki buah hati adalah salah satu nikmat Allah yang luar biasa. Hadirnya buah hati tentu menjadi pembelajaran tersendiri bagi para orang tua. Melihat anak-anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap usia mampu menghilangkan segala beban yang ada dalam benak. Tapi sadarkah kita, bayang-bayang stunting dapat saja menghantui perkembangan anak-anak kita. Lalu, mengapa ini bisa terjadi? Bagaimana cara melindungi buah hati dari stunting?

Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang dialami balita sehingga mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan anak yang tidak sesuai standar. Stunting juga memiliki efek, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, tinggi anak stunting itu lebih pendek dari tinggi anak seusianya. Pada jangka panjang, anak menjadi rentan terhadap penyakit, seperti penyakit obesitas, diabetes, kanker, strok, hingga disabilitas pada usia tua. Astagfirullah, ternyata berbahaya juga, ya?

Stunting Bukan Sekadar Kasuistik

Disadari atau tidak, stunting adalah masalah global yang serius. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan bahwa pada tahun 2022, angka stunting masih tergolong tinggi yaitu 21,6% dari toleransi maksimal yang diberikan oleh WHO yakni 20%. Berbagai upaya tentu sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah stunting, seperti pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja dan ibu hamil, pemberian asupan gizi pada balita, anjuran ASI eksklusif, dll. Namun, tingginya angka stunting masih menimbulkan permasalahan, benarkah kasus stunting sekadar kasuistik?

Faktanya, kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat adalah penyebabnya. Ya, kemiskinan merupakan faktor utama orang tua tak mampu memberikan asupan gizi yang baik untuk anak-anak. Bahkan, para remaja dan ibu hamil pun banyak yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pangannya. Kemiskinan yang melanda masyarakat bukanlah kemiskinan yang bersifat kultural. Berdasarkan data Global Wealth Databook pada 2021 menunjukkan bahwa 66,2% total kekayaan di Indonesia hanya dimiliki oleh 10% orang terkaya di Indonesia. (kata-kata.co.id, 20/05/2022)

Hal ini terjadi akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme, di mana distribusi kekayaan alam khususnya pangan tidak merata di seluruh wilayah. Pun terkait edukasi dan sosialisasi  makanan yang halal dan tayib kurang diperhatikan oleh negara sehingga beredar makanan cepat saji tanpa mempertimbangkan kehalalan dan kebaikannya bagi kesehatan tubuh. Sungguh, kondisi yang mengiris hati. Lalu, adakah solusi atas hal ini?

Islam Mengatasi Stunting

Islam sebagai pandangan hidup, memandang bahwa stunting bukan sekadar masalah angka yang harus dikurangi jumlahnya. Islam memandang stunting sebagai masalah yang harus diselesaikan secara tuntas hingga tak ada seorang pun yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam menetapkan negara sebagai pengurus rakyat yang harus memastikan bahwa kebutuhan dasar masyarakat telah dipenuhi. Kewajiban ini bersifat pasti. Bahkan, Islam melarang muslim abai terhadap kondisi muslim yang lain. Rasulullah saw. bersabda,

"Tidak dikategorikan sebagai mukmin jika ada orang yang lambungnya kenyang, sementara masih ada tetangganya yang dalam keadaan lapar ada di sisinya." (HR. Bukhari)

Masalah stunting yang lahir karena penerapan sistem ekonomi kapitalisme hanya dapat teratasi secara tuntas dengan mengganti sistem tersebut dengan sistem Islam. Sebuah sistem yang lahir dari akidah Islam dan melahirkan berbagai peraturan yang berasal dari Allah Swt. Dalam sistem Islam, negara harus memastikan bahwa laki-laki dan para pencari nafkah mendapatkan pekerjaan yang layak dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Jika individu tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, maka akan dilimpahkan kepada ahli warisnya. Jika ia tidak memiliki ahli waris atau ahli warisnya tidak mampu, maka negara akan memberikannya santunan dari pos zakat.

Islam juga menetapkan negara sebagai penyedia layanan dan fasilitas dalam kesehatan, pendidikan, dan keamanan bagi seluruh masyarakat. Pendidikan juga menjadi bagian penting yang harus dipahami masyarakat agar orang tua memahami pola asuh dan didik yang baik termasuk dalam memenuhi asupan gizi anak. Tak hanya itu, pendidikan juga menyadarkan masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat. Sekalipun saat ini sistem Islam belum hadir di tengah-tengah masyarakat, orang tua dapat menyiasati pemenuhan gizi anak sebagai berikut.

Pertama, orang tua harus memahami bahwa dalam memenuhi pangan anak, harus memperhatikan makanan yang halal, sehat, dan baik.  Ini menjadi dasar agar orang tua tidak asal memberikan makanan kepada anak. Kurangnya informasi gizi yang dimiliki orang tua, harus segera diatasi. Ini bisa dilakukan dengan cara membaca, berdiskusi, dan mencari informasi dari petugas kesehatan saat ibu periksa kehamilan, mengantar anak ke posyandu, dll.

Kedua, selama masa kehamilan para ibu harus melakukan pola makan dan hidup sehat serta rutin melakukan pemeriksaan. Minum Tablet Tambah Darah (TTD), vitamin, dan suplemen lainnya diperlukan ketika ibu hamil mengalami keluhan.

Ketiga, asupan gizi yang diberikan tidaklah harus mahal. Protein nabati yang harganya terjangkau bisa menjadi alternatif. Begitu juga dengan protein hewani yang bisa diambil dari jenis ikan yang terjangkau. Menjadikan sayur sebagai makanan yang harus dikonsumsi anak juga penting. Cara mengolah masakan yang benar juga perlu diperhatikan agar kandungan gizi dalam makanan tidak hilang.

Keempat, orang tua harus memahamkan anak untuk tidak mengonsumsi makanan yang tidak sehat atau tidak memenuhi gizi. Sekalipun harganya murah, menjaga kesehatan jauh lebih baik untuk dilakukan.

Kelima, orang tua harus membiasakan pola hidup sehat dalam aktivitas harian. Rutin melakukan olahraga meskipun hanya dengan berjalan kaki, perbanyak minum air putih, memantau perkembangan anak, menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup, juga dapat dilakukan.

Bagi masyarakat menengah ke bawah, pemenuhan gizi memang menjadi masalah tersendiri. Peranan pemerintah dan masyarakat setempat sangat penting untuk memantau masyarakat miskin yang membutuhkan bantuan dalam pemenuhan hidupnya. Bagaimanapun juga, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengurusi rakyatnya meskipun dalam sistem kapitalisme kepengurusan itu tidak bisa dilakukan secara keseluruhan. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari bahwa kepala negara adalah pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Bukankah itu sebuah peringatan yang jelas?

Penutup

Stunting sejatinya adalah permasalahan yang membutuhkan solusi secara sistematis. Solusi tuntas akan hadir ketika Islam menjadi sistem peraturan hidup manusia. Meskipun demikian, orang tua tetap harus cermat untuk menyiasati kebutuhan hidup agar pemenuhan pangan dan gizi anak tetap bisa dilakukan. Wallahu a'lam bishawab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Firda Umayah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com Salah satu Penulis Inti NarasiPost.Com. Seorang pembelajar sejati sehingga menghasilkan banyak naskah-naskahnya dari berbagai rubrik yang disediakan oleh NarasiPost.Com
Previous
Umurmu Modalmu
Next
Antara Aku dan Narasipost.Com
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Erdi Yati
Erdi Yati
1 year ago

Jika sebuah masalah terjadi di berbagai wilayah, artinya itu kesalahan SISTEM. maka hanya ada satu solusi, yaitu GANTI SISTEM. Tak ada sistem yang lebih baik, kecuali sistem kehidupan yang berasal dari Tuhan, Allah Swt. yaitu SISTEM ISLAM

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Stunting permasalahan global sehingga perlu solusi sistemis. Hanya, Islamlah yang mampu mengatasinya.

Mama Bapa
Mama Bapa
1 year ago

Stunting pada anak bukan sekadar masalah keluarga. Ada peran negara yang seharusnya hadir dengan menyediakan kebutuhan pokok serta makanan bergizi dengan harga terjangkau agar para ibu bisa menyediakan yang terbaik untuk buah hatinya

Sartika Rempaka
1 year ago

Miris ya, stunting terjadi di negeri ini yang notabene kaya SDA. Padahal anak-anak juga berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhannya gizi yang layak. Betul, ini butuh solusi sistemis. Solusi parsial tidak akan mampu menyelesaikan problem stunting.

Ainyssa Hafizh
Ainyssa Hafizh
1 year ago

Miris ya, saat banyak anak stunting karena memang ekonomi keluarga yang sulit. Tapi di satu sisi kita lihat masih banyak pejabat yang hidup bergelimang harta, berfoya-foya. Seolah urusan rakyat bukan lagi urusan yang utama..

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Kasihan anak-anak dalam dekapan sekularisme, sampai-sampai kebutuhan dasar berupa pangan saja tidak bisa didapat dengan baik..

diadwi arista
diadwi arista
1 year ago

Persoalan stunting tidak akan selesai jika bukan dari sistem negara yang memperbaiki. Sebab, kemiskinan di negara ini sistemik. Dengan bantuan seadanya, nyatanya kasus stunting tetap terjadi dan tinggi

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram