Wanita boleh keluar rumah asalkan sesuai syariat Islam, keluarlah dengan rasa malu tanpa memakai wangi-wangian dan perhiasan. Keluar rumah bersama mahromnya. Tutup aurat secara sempurna.
Oleh. Reni Adelina, A.Md
(Aktivis Muslimah Kota Batam)
NarasiPost.Com-Himpitan ekonomi semakin menjerit, harga kebutuhan pokok kian melambung, pendidikan serba mahal, fasilitas kesehatan pilih kasih. Semua serba berbayar, air, tanah, dan udara juga dikomersilkan. Begitulah sepenggal nasib di sebuah negeri. Wajah murung yang menanti solusi untuk tersenyum. Belum lagi hantaman badai pandemi Covid-19, yang tidak tahu kapan endingnya. Jelas saja, semua terasa mencekam, menyisahkan kemiskinan, keterpurukan, bahkan kekecewaan di dalam setiap rumah rakyat jelata.
Sebagai kepala rumah tangga, seorang ayah merasa bertanggungjawab memenuhi kebutuhan keluarganya dengan bekerja keras secara maksimal. Nasib, upah yang diterima dengan harga kebutuhan pokok sangat tidak seimbang. Hal inilah, yang menjadi salah satu faktor yang membuat sang ibu turut membantu perekenomian keluarga dengan bekerja di luar rumah.
Niat ingin membantu perekonomian keluarga, justru banyak perempuan yang mendapatkan kekerasan di lingkungan kerja. Salah satu contoh kasus yang baru saja terjadi, Elitha Tri Novianty (25), seorang buruh perempuan yang bekerja di PT. Alpen Food Industry (AFI) atau Aice. Elitha memiliki riwayat endometriosis, sehingga ia tidak bisa melakukan pekerjaan berat seperti mengangkut barang. Elitha sudah mengajukan permohonan pemindahan divisi karena penyakit endometriosisnya kambuh. Tapi apa daya, justru perusahaan mengancam akan menghentikannya dari pekerjaan. Elitha pun terpaksa bekerja dan tidak punya pilihan. Akhirnya, Elitha mengalami perdarahan hebat, dan terpaksa harus menjalani operasi kuretase, jaringan yang ada di dalam rahimnya harus di angkat. (theconversation.com)
Melihat kasus seperti ini tentu sangat menyedihkan. Himpitan ekonomi yang semakin sesak, memaksa perempuan untuk bekerja di luar. Kasus ini hanyalah contoh kasus yang muncul di permukaan, masih banyak lagi kasus lainnya, baik yang terdata maupun tidak. Belum lagi, kita temui adanya pelecehan seksual yang dilakukan segelintir oknum kepada buruh perempuan, baik pelecehan seksual secara verbal maupun fisik.
Miris memang, nasib perempuan di era digital saat ini. Terjadi kesenjangan sosial karena tidak adanya tameng yang kuat yang mampu melindungi perempuan secara sempurna. Akhirnya banyak bermunculan gerakan yang ingin mencoba melindungi nasib perempuan dengan mengatasnamakan kesetaraan gender. Paham femenisme merasuki kaum perempuan, mereka ingin derajatnya sama dengan kaum laki - laki.
Mengapa Paham Feminisme Bisa Muncul ?
Dulu, pada masa peradaban kuno seperti peradaban Yunani, Eropa, Arab dan India, perempuan banyak mengalami perlakuan yang semena-mena. Hanya dijadikan pemuas nafsu belaka, budak, bahkan di anggap aib dan penyebar penyakit di kalangan masyarakat. Perempuan pada masa itu dianggap sebagai sampah bahkan makhluk yang tidak berguna. Dari latar belakang inilah muncul gerakan untuk memerdekakan nasib perempuan dengan paham feminisme. Namun pada akhirnya paham ini merusak fitrah perempuan seutuhnya. Paham feminisme membuat perempuan merasa lebih hebat dan mampu bersaing dengan laki-laki. Jargon yang mereka gadang-gadang adalah jika laki-laki bisa, perempuan pasti bisa. Jelas paham ini sangat melenceng, sebab perempuan dan laki-laki sudah punya porsi masing-masing dalam peranannya di kehidupan.
Islam Hadir Sebagai Solusi
Sebelum gerakan feminisme lahir, justru Islam hadir dengan lebih awal memuliakan peran perempuan. Islam mengatur dengan apik kedudukan perempuan dan laki-laki. Islam tidak punya masalah tentang relasi antara perempuan dan laki-laki sebab datangnya Islam justru mengangkat derajat perempuan yang direndahkan oleh sistem kehidupan yang ada sebelum Islam.
Saat ini dunia dipimpin oleh sistem Kapitalisme, sistem ini menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan. Tidak heran banyak perempuan yang bekerja di luar dengan alasan membantu ekonomi keluarga ataupun berkarir agar terlihat lebih hebat karena telah memiliki pendidikan tinggi.
Pada dasarnya hukum wanita bekerja dalam pandangan Islam adalah mubah atau boleh. Dengan catatan tidak mengabaikan peranan utama dan kewajibannya sebagai istri dan ibu. Dalam lingkungan pekerjaan, perempuan tidak boleh mengabaikan syariat Islam, yakni menjaga aurat, tidak tabaruj, serta menjaga batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
Kembali pada kasus Elitha yang telah dijelaskan di atas, solusi untuk melindungi perempuan bukanlah paham kesetaraan gender atau feminisme. Solusi yang terbaik adalah Islam. Dengan mencampakan sistem Kapitalisme dan menggantikannya dengan sistem Islam kita akan mampu menyelesaikan permasalahan ini sampai kepada akar-akarnya.
Dalam Islam, tentunya standar upah dan perlakuan kepada perempuan telah di atur dengan baik. Memberikan upah dengan sewajarnya dan berbuat baik kepada buruh perempuan. Seperti perintah Rasulullah dalam sabdanya,
" Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita "
(HR. Muslim).
Sejatinya, sebaik-baiknya perempuan adalah ia yang tetap tinggal di dalam rumah.
"Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
(Qs. Al Ahzab : 33).
Wanita boleh keluar rumah asalkan sesuai syariat Islam, keluarlah dengan rasa malu tanpa memakai wangi-wangian dan perhiasan. Keluar rumah bersama mahromnya. Tutup aurat secara sempurna.
Sudah seharusnya kita mengambil Islam sebagai solusi dalam kehidupan. Adapun peranan negara sangat dibutuhkan dalam menerapkan Islam secara totalitas. Agar kondisi umat tidak terpuruk dalam kehidupan. Sudah jelas, kita butuh satu kepemimpinan yang mempersatukan seluruh umat Islam, yang dengannya mampu menjadi tameng atau junnah yang dapat melindungi seluruh manusia terutama perempuan di dunia.
Wallahua'alam[]