Oposisi Jadi Koalisi? Rakyat Gigit Jari

Demokrasi hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan. Rakyat hanya dijadikan sebagai alat untuk mencapai keinginan para elit politiknya. Itulah fakta yang dapat disaksikan dengan mata telanjang.

Oleh. Siti Ningrum

NarasiPost.Com-Jagad twitter dihebohkan dengan tagar #mencekam. Hal ini sebagai tanggapan atas pengumuman reshuffle kabinet enam menteri, yang salah satunya adalah mantan rivalnya presiden Jokowi ketika pemilihan capres dan cawapres. Sandiaga Salahudin Uno, diangkat menjadi menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kabinet Jokowi jilid II. Sedangkan Prabowo sudah lebih dulu bergabung sebagai menteri Pertahanan. Adapun kata mencekam adalah singkatan dari Menteri Cebong Kampret. Cebong adalah kubu Jokowi dan kampret adalah kubu Prabowo. Dengan arti yang lebih luas adalah bersatunya kubu oposisi dengan pemerintah. Masyarakat tentu sangat kecewa dan sakit hati, apalagi barisan emak-emak para pendukung kubu Prabowo-Sandi.

Masih lekat dalam ingatan, ketika pemilihan capres dan cawapres dengan berbagai kejadian yang memilukan sampai yang menggemaskan. Dari mulai pendataan pemilih, pencoblosan, penghitungan suara, dan pengumuman kemenangan. Pemilu yang disinyalir banyak kecurangan itu membuat luka yang menganga, dan membekas di hati rakyat Indonesia. Apalagi ketika diumumkan tengah malam saat rakyat sedang terlelap tidur.

Kubu Prabowo-Sandi tidak menerima begitu saja tentang kemenangan kubu Jokowi-Makruf. Akhirnya para simpatisannya turun ke jalan. Menggugat kemenangan pemilu tersebut tidak sah. Rakyat menggelar unjuk rasa. Kubu Jokowi-Makruf akhirnya mengadakan rekonsoliasi, berharap rivalnya itu menerima keputusan KPU. Simpatisan Prabowo-Sandi pun menolak keras, dan terus memperjuangkan kemenangan kubu mereka. Namun, pada akhirnya mau tidak mau rakyat harus menerima keputusan KPU dengan dimenangkannya kubu petahana. Rakyat pun harus menerimanya, meski hati memungkiri.

Sungguh tiada dinyana, kini yang mereka perjuangkan bermesraan dengan lawan politiknya.Tidak ada yang abadi, itulah gambaran dalam politik demokrasi. Segala sesuatu bisa berubah dalam sekejap. Dulu lawan, kini menjadi kawan. Dulu rival kini jadi loyal. Dulu Oposisi, kini berkoalisi, rakyat pun hanya bisa gigit jari. Begitulah keadaannya, demokrasi hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan. Rakyat hanya dijadikan sebagai alat untuk mencapai keinginan para elit politiknya. Itulah fakta yang dapat disaksikan dengan mata telanjang.

Lain halnya dengan politik dalam Islam. Selamanya akan berkawan, bukan hanya di dunia bahkan sampai di akhirat kelak, yakni di alam keabadian. Semua orang akan menolong sebagian yang lainnya. Itulah indahnya Islam. Takkan ada sebuah penghianatan yang ada hanyalah sebuah pengorbanan. Adapun pemilihan pemimpin (khalifah), semata-mata hanya untuk menjalankan seluruh hukum-hukum Allah Swt. bukan untuk mencari jabatan semata. Seorang pemimpin dalam sistem Islam adalah pengabdian untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau pun golongan tertentu.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Siti Ningrum, M.Pd Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ketika Ade Melempar Kaca
Next
Toleransi itu Menghormati bukan Mengikuti
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram