Ketika Inginku Tak Sesuai TakdirNya

Penerimaan kita terhadap qodho Allah adalah penyempurna keimanan kita kepada Allah. Maka alangkah miris jika seorang Muslim menyikapi ketetapan Allah atas dirinya dengan penuh keluh kesah. Menganggap Allah tak adil, tak mengerti inginnya. Akhirnya putus asa dan tak mau lagi berdoa dan menghamba kepadaNya. Naudzubillah

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Penulis Buku "Menikah Rasa Jannah")

NarasiPost.Com-" Hamil? Nggak mungkin!" seorang perempuan berusia hampir setengah abad terperanjat ketika mendengar ucapan Bu Bidan bahwa dirinya tengah mengandung. Terpampang gambar janin berusia hampir 16 minggu di layar yang terhubung ke alat ultrasonografi yang masih bergerak-gerak di atas perutnya.

" Benar Bu, ini janinnya ada." ujar Sang Bidan.

Perempuan itu masih tak percaya dengan apa yang didengar dan dilihatnya. Bagaimana tidak, lebih dari sepuluh tahun lalu ia telah mengambil keputusan untuk melakukan tubektomi alias pengikatan saluran telur agar tidak bisa terjadi pembuahan secara permanen. Anaknya sudah tiga. Dua orang perempuan dan satu orang laki-laki. Baginya sudah cukup untuk tidak menambah anak lagi. Usianya juga kian menua, rasanya tak ada keinginan untuk hamil lagi.

Begitulah cerita yang kudapatkan dari Bidan tempatku rutin kontrol saat mengandung anak ke-4ku kemarin. Perempuan setengah baya itu adalah juga pasiennya. Aku juga agak kaget sekaligus heran mendengar cerita tersebut. Dalam benakku, "Kok bisa ya hamil lagi padahal sudah KB permanen?"

Akan tetapi akhirnya sebuah kesadaran menghentakku. Ya, kesadaran akan sebuah takdir yang digariskan Allah atas setiap hambaNya. Tak mungkin tertolak, meski manusia tak menginginkannya. Dari cerita itu aku mendapatkan pelajaran bahwa sehebat apapun upaya manusia, tetaplah kuasa Allah di atas segalanya. Sekokoh apapun keinginan kita, tetaplah tak mampu kita berpaling dari takdirNya. Kita hanyalah pembuat rencana, sementara Allah yang mengeksekusi praktiknya.

Kun Fayakun. Jadilah maka jadilah. Jika Allah telah berkehendak atas sesuatu, sungguh tak ada yang mustahil bagiNya.

Allah Swt berfirman:
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”
[Al-Ahzab/33 :38]

Meski terkadang apa yang ditetapkan oleh Allah tak sesuai dengan keinginan kita, namun kita tetaplah harus rida terhadap apa yang telah menjadi ketetapanNya tersebut. Sebab rida terhadap qodhoNya merupakan impelentasi atas ketakwaan kepadaNya. Bukankah Allah lah Sang Pembuat Skenario terbaik bagi manusia dan hidupnya? apa yang baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Allah.

"…Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
[Al-Furqaan/25 : 2]

Penerimaan kita terhadap qodho Allah adalah penyempurna keimanan kita kepada Allah. Maka alangkah miris jika seorang Muslim menyikapi ketetapan Allah atas dirinya dengan penuh keluh kesah. Menganggap Allah tak adil, tak mengerti inginnya. Akhirnya putus asa dan tak mau lagi berdoa dan menghamba kepadaNya. Naudzubillah…

Padahal hakikatnya, sikap terbaik bagi seorang Muslim dalam menyikapi takdirNya adalah menerima dengan rida, baik disukai ataupun tidak disukai.Tanamkan dalam diri bahwa kita hanyalah hamba, tentu lemah dan terbatas. Allah lah yang Maha Segala, Maha Tahu yang terbaik untuk hambanya.

Sungguh dari sepenggal cerita, kita akan mampu menangkap hikmah di baliknya jika hati dan pikiran kita terlatih untuk senantiasa peka.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Manfaat Bawang Putih
Next
Bisnis Kapitalis Narkoba Terus Eksis, Ini Permasalahan Ideologis
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram