Kami yang terkapar dalam rentan usia
Bergelimang lara tak kunjung sirna
Karena bahagia telah kaurenggut paksa
Dengan kekuasaan yang membuatmu buta
Oleh: Etti Budiyanti
Narasipost.Com-Tangisku memecah sunyi
Mengiring luka yang semakin menganga
Teringat rintihan menyayat jiwa
Sungguh diri ini tak mampu berkata-kata
Teriakan hilang tanpa suara
Saat pandemi tiba-tiba menyapa
Lalu kau hadir bak penawar lara
Sedikit terhibur kami kaum yang papa
Tanpa syak, tanpa wasangka
Ternyata hanya racun yang kaubawa
Duh, Tuan …
Kami yang terkapar dalam rentan usia
Bergelimang lara tak kunjung sirna
Karena bahagia telah kaurenggut paksa
Dengan kekuasaan yang membuatmu buta
Ke manakah kaki harus melangkah? Tuk mengadukan duka nestapa
Ke manakah hati ini kuurai?
Demi setangkup asa yang tak kunjung menyapa?
Tuan yang penuh ambisi
Jangan kaurenggut hak-hak kami!
Jangan kaupangkas penyambung hidup kami!
Karena semua akan dipertanggungjawabkan
Di hadapan Ilahi Rabbi di hari pembalasan
Sungguh, kami tak akan mengemis
Demi perut yang lama tak terisi
Tapi kami butuh keadilan hakiki
Yang selama ini hanya sekadar ilusi
Lihatlah mereka yang di sana!
Terbaring lemah tak berdaya
Yang senantiasa deraskan doa di setiap asa
Tak takutkah kau akan kebesaran-Nya?
Tuan yang terbakar nafsu duniawi
Penikmat korupsi yang semakin bersemi
Jangan pernah salahkan kami!
Bila hukuman mati layak kami beri
Karena hati nuranimu telah mati
Seiring nyanyian sunyi jeritan hati
Saat kauhisap darah kami
Sejak kau merenggut nyawa kami
Wahai penikmat istidraj
Ingatlah selalu pesan Tuhan
Harta tidak hak jangan dimakan
Tinggalkan segala bentuk kezaliman
Kini saatnya kita kembali
Pada aturan Rabbul Izzati
Tuk raih rahmat Ilahi
Demi kebahagiaan sejati[]