Prahara Cinta(4)

prahara cinta 4/narasipost.com

Jika menganggap dunia itu tempat tinggal, tentulah mereka akan memperjuangkan apa pun untuk kehidupan selama di muka bumi. Namun, bagi mereka yang merasa dunia itu tempat mampir, pastilah akan menyiapkan bekal untuk kembali ke tempat yang hakiki.

Solehah Suwandi

Bagian4. Bukan Budak Cinta

NarasiPost.Com-Matahari mulai tergelincir, menyisahkan semburat merah saga di ufuk barat. Taman kota mulai dipadati muda-mudi dan beberapa orang tua bersama anak-anaknya. Mereka tampak menikmati Keriuhan kota. Anak-anak bermain ayunan, menaiki kuda-kudaan kayu, naik turun perosotan. Ada juga yang sekadar duduk-duduk santai di bangku-bangku besi yang tertanam di tanah, bersenda gurau dengan sang kekasih.

Bunyi klakson motor dan mobil menjadi instrumen khas taman yang tak jauh dari pinggir jalan ini. Usai salat ashar berjamaah di musalah taman, mereka berbincang kembali, hingga akhirnya percakapan disudahi karena waktu sudah menunjukan pukul 17:15. Aleena dan Maryam berpamitan pada Hasan.

“Terimakasih Ukhti, sudah bersedia kami wawancarai! Semoga istiqomah dalam ketaatan! “ ungkap Hasan di penghujung pertemuan.

Kedua gadis itu mengaminkan bahagia. Sesaat, pandangan Hasan dan Aleena bertemu kembali. Namun, Hasan secepat mungkin menundukan pandangan dan mengucap istigfar berkali-kali. Rasanya ingin cepat kembali ke kontrakannya.

Aleena dan Maryam sudah berjalan menjauhi Hasan. Pada sore hari, angkutan umum selalu padat dengan penumpang. Aleena dan Maryam akhirnya memesan ojek online khusus wanita, Ojesa, ojek favorit Maryam yang ada di Bandar Lampung. Semua drivernya wanita.

“Mar, kenapa harus pakai ojek cewek? Bukannya sama saja?” tanya Aleena. Maryam tersenyum sabar.

“Beda, Kak. Sependek yang Maryam tahu, Rasulullah pernah bersabda, bahwa wanita dan pria tidak boleh berdua-duaan, alias berkhalwat. Dan kasus naik ojek itu adalah aktivitas berdua duaan. Meski di jalan raya banyak orang, tetap saja, wanita duduk di belakang satu bangku dengan abang-abang ojek. Tak menentu juga kadang jalan di keramaian, kadang juga sepi.

Bisa saja kita bersentuhan dengan pria tersebut, meski tidak sengaja. Segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasulullah, sudahlah pasti baik untuk manusia, Kak, termasuk larangan berkhalwat. Allah yang menciptakan kita, maka Dia pula yang paling tahu, hal-hal terbaik untuk manusia, “ jawab Maryam tersenyum.

Aleena tampak menganggukkan kepala beberapa kali. Dalam benaknya sedikit tergambar, ternyata semua ada aturannya dalam Islam. Diam-diam hati gadis itu begitu malu. Meski beragama Islan, tapi ia tidak mengetahui apa pun soal agamanya. Namun, ia meneguhkan kembali keyakinannya bahwa tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri.

Sudah 30 menit berlalu, ojek pesanan mereka belum sampai, padahal sebentar lagi magrib. Lampu-lampu taman dan jalan sudah terlihat lebih terang, tanda waktu mulai berubah gelap. Taman pun semakin sepi. Hanya ada beberapa pedagang yang sedang mengemas dagangan mereka. Di taman ini, orang-orang dilarang berjualan pada malam hari.

Berkali-kali Maryam mencoba menghubungi driver ojek yang nomornya tidak aktif. Perasaan gelisah kini mulai melanda di hati. Terlebih matanya menangkap sekumpulan pria. Agaknya sedang memperhatikan keberadaan mereka berdua. Kegundahan hati gadis itu semakin menjadi saat nomor driver ojesa mengiriminya pesan dan memberitahu bahwa motornya pecah ban. Ya, Salam!

“Kak, kita cari tempat yang ramai, ya, ke pinggir jalan di sana! “ ajak Maryam risau.

Aleena yang sudah sangat mengantuk dan merasa begitu gerah hanya menghela napas dan mengikuti Maryam yang menarik jemarinya.

Benar dugaan Maryam. Belum sampai mereka mencari tempat yang ramai, sekumpulan pria itu seolah berlari mendekat. Maryam terus berzikir. Aleena masih belum menyadari.

“Mau kemana, ukhti-ukhti shalihah?“ Salah seorang dari mereka menyapa genit. Lima kawanan itu menghadang langkah Maryam dan Aleena.

“Hei cantik! “

“Eh, mau ngapain, ya!” bentak Aleena saat pria berambut sebahu itu mencoba menyentuh pipinya.

“Masa lupa, Neng, sama Abang?” kata pria itu sok kenal.

Mendengar suara itu, dan mengamati wajahnya, Aleena teringat seseorang. Ia beristigfar dalam hati. Hatinya bagai disetrum mengetahui lelaki di depannya itu.

“Bang Nas?”

Wajah Aleena pias. Ia meremas jemari Maryam. Keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Kerongkongan Aleena jadi terasa kering, bibir gadis itu pucat.

Lelaki itu pernah menjadi pelanggan Aleena beberapa bulan lalu. Dan malangnya, Nas sengaja merekam aksi asusilanya. Vidio mesum itulah yang digunakan Nas untuk memeras Aleena. Bahkan beberapa kali Aleena diminta untuk melayaninya secara gratis. Aleena sudah terperosok begitu jauh di dalam lembah setan tak berkesudahan yang menjijikan.

“Sudah lama Abang nyariin kamu Aleen, ayo sekarang ikut aku! Atau vidio kamu aku sebarkan!” Duara Nas mengancam, disambut gelak tawa keempat temannya.

“Sekalian, ya, ini teman-temanku juga pengen gratisan. Eh, satu lagi, ada temen kamu, nih. Pas dong, untuk kita berlima, “ kata Nas bersemangat.

Suara lelaki itu terdengar sakau. Badan Maryam menggigil. Gadis itu bergidik dengan apa yang baru saja ia dengar. Tangganya dingin, dan tenggorokan terasa kering. Maryam meremas tangan Aleena. Mulutnya tak berhenti berzikir.

“Kak, sepertinya mereka sedang mabuk, “ bisik Maryam melihat tangan salah satu dari mereka memegang botol miras.

Maryam semakin khawatir, karena orang mabuk bisa saja melakukan hal-hal buruk tanpa kesadaran. Hati Maryam menggerutu marah. Inilah akibat miras diperjualbelikan secara bebas. Maryam dan Aleena mencoba berbalik arah, tapi sudah terkepung.

“Maaf, Abang semuanya! Kami tidak ingin cari gara-gara. Biarkan kami lewat, atau kami akan berteriak! “ kata Maryam mencoba setenang mungkin. Aleena menggeleng, tanda tak setuju.

"Maryam, orang-orang ini preman sini. Bahkan mereka tidak akan berani melawan kelima kawanan bak setan ini," batin Aleena.

Ia sudah menitikan air mata, membayangkan jika hal buruk akan menimpa Maryam. Dia tidak rela jika gara-gara dirinya, kesucian Maryam dipertaruhkan.

“Haha, gadis manis, silakan teriak! Hahaha! “ kata Nas. Tangannya mencoba mencubit dagu Maryam, tapi gadis itu berhasil melengos.

“Tolong! Tolong! To.. “

Maryam mencoba meminta bantuan, tapi tangan salah seorang dari mereka berhasil membungkam mulut Maryam. Tangan gadis itu dipegang oleh dua orang dan mulutnya ditutup rapat dengan jemari yang kasar.

Begitu pun dengan Aleena. Kedua gadis itu meronta. Maryam terus berzikir. Dia memohon pertolongan Allah. Saat manusia yang lain telah kehilangan empati, maka Allah akan selalu mengasihi.

Dalam kondisi mabuk, mereka menyeret paksa Maryam dan Aleena. Namun, belum jauh preman itu menyeret, dua orang pria menghadang kelima kawanan itu.

“Hasan!” pekik Aleena bahagia.

Maryam mengucap hamdalah berkali-kali. Hasan datang bersama seorang teman. Mereka meminta baik-baik agar preman-preman itu melepaskan Maryam dan Aleena. Namun, Nas malah menyerang kedua pria itu, hingga terjadi baku hantam.

Maryam menggigil ketakutan. Terlebih saat beberapa kali melihat Hasan tertonjok. Ia terus melantunkan doa, agar Hasan dan temannya mampu mengalahkan preman itu. Seumur hidup, ini adalah pengalaman terburuk yang menimpanya. Dia ketakutan dan menangis dalam dekapan Aleena.

Ternyata Hasan pintar bela diri, begitu juga dengan temannya. Meski beberapa kali menerima sasaran tonjokan, tapi akhirnya mereka mampu mengalahkan Nas dan teman-temannya. Ketangguhan Hasan membuat kelima lelaki tak punya adab itu tunggang-langgang.

“Kalian tidak apa-apa? Dek Maryam tidak apa-apa? “ tanya Hasan khawatir.

“Alhamdulillah, kami tidak apa-apa. Terimakasih, Kak, sudah menolong kami! “ jawab Aleena, masih mendekap Maryam.

“Kalian sedang apa, sampai hampir magrib masih di taman?” tanya Hasan lagi.

Beberapa orang mulai medekat setelah Hasan dan temannya berhasil mengalahkan para preman. Terjadi kerumunan di taman. Aleena kesal sekali. Kenapa dari tadi mereka diam saja seolah menutup mata dan telinga? Ketakutan mereka pada preman mengalahkan rasa kasihan dan khawatir terhadap keselamatan gadis-gadis itu. Dalam hati Maryam pun sangat kesal dan marah pada orang-orang itu. zia jadi teringat kisah seorang Yahudi yang mencoba melecehkan wanita muslimah. Namun, sang Khalifah atau pemimpin muslim pada saat itu, mengirimkan pasukan untuk membela harga diri seorang wanita. Hingga sebuah kota kaum Yahudi tertaklukan. Maryam menjerit dalam hati. Siapakah pemimpin saat ini yang peduli dengan kehormatan muslimah? Siapakah yang peduli pada kehormatan-kehormatan muslimah Palestina di bawah cengkraman tentara Israel? Juga muslimah Rohingya, Suriah, dan muslimah-muslimah yang menjadi TKW di luar negeri atas majikannya? Siapa yang peduli?

Gadis itu jadi begitu rindu adanya Khilafah, sebuah kepemimpinan kaum muslimin yang satu di seluruh penjuru dunia, yang akan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dalam kehidupan. Dengan Khilafah, otomatis akan ada sang Khalifah atau pemimpin yang akan berperan penting menjaga kaum muslimin.

Maryam dan Aleena akhirnya pulang diantar Hasan dan temannya, yang bernama Maulana. Aleena membonceng Maryam, Hasan dan Maulana mengawal gadis-gadis itu dari belakang. Suara mengaji mulai terdengar sepanjang jalan terobosan kota. Sampai di Kampung Baru, waktu magrib telah tiba.

Gema takbir memenuhi cakrawala. Kesejukan merambati hati-hati yang hidup. Kenikmatan dan kerinduan harusnya menggebu saat mendengar lantunan panggilan mulia itu. Namun, tidak sedikit manusia lebih tertarik pada perniagaan mereka, pada urusan-urusan duniawi ketimbung bersegera memenuhi panggilanNya. Itu pilihan, dan manusia bertindak sesuai dengan pemahamannya tentang dunia.

Jika menganggap dunia itu tempat tinggal, tentulah mereka akan memperjuangkan apa pun untuk kehidupan selama di muka bumi. Namun, bagi mereka yang merasa dunia itu tempat mampir, pastilah akan menyiapkan bekal untuk kembali ke tempat yang hakiki.

**
Usai kejadian itu, Maryam tidak berani berangkat atau pun pulang kuliah sendirian. Keamanannya seolah terusik. Siapa yang bisa menjamin dia akan baik-baik saja bila bertemu dengan manusia serupa setan itu? Maryam kembali begidik, jika sesuatu hal buruk menimpanya, misal kesucian gadus itu direnggut paksa. Karena banyak kasus, seorang muslimah diperkosa oleh orang yang mabuk.

Bahkan belum lama, kisah pilu sekaligus bangga menjadi topik seantero negeri. Siapa yang tak tahu, kisah Rangga yang tewas akibat menolong ibunya yang sedang dinodai oleh seorang lelaki? Tindakan Rangga menjadi begitu berarti di tengah-tengah minimnya perlindungan kepada muslimah. Keamanan untuk seorang wanita dalam sistem sekuler liberal memang sangat langka.

Setelah kejadian itu pula, Hasan menjadi sangat perhatian pada Maryam, membuat gadis itu sedikit baper. Berkali-kali Maryam meremas dada, jantungnya yang seolah melompat-lompat girang saat mendapati Hasan mengirim pesan.

“Astagfirullah! “ sekuat tenaga ia menjaga rasa itu, agar tetap berdiam di tempatnya, di sebagian hatinya. Namun, tetap saja senyuman itu tak bisa lepas dari bibirnya saat berulang kali membaca pesan Hasan.

[Untuk sementara tugas cari berita di luar kampus diambil alih oleh Margaret. Adek tenangin diri saja, dan jangan lupa kalau keluar rumah harus siap-siap semprotan cabe atau merica, ya!]

Maryam hanya menjawab singkat berupa satu huruf saja yaitu Y. Padahal, hatinya ingin mengatakan banyak hal. Maryam memejamkan mata. Bayangan Hasan akhir akhir ini selalu mengganggu. Meski sebenarnya sejak awal Maryam telah mempunyai rasa untuk Hasan, tapi tak sedikit pun ia mengumbar rasa itu.

“Aih. Maryam, ko jadi Bucin banget sih?” Maryam memukul jidatnya sendiri.

Bersambung []


Photo : Koleksi pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Solehah Suwandi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Liberalisasi Listrik “Menyetrum” Hati Rakyat
Next
Di Lengan ada Telinga
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram