Para ‘leader’ medsos tersebut membagikan berbagai hal tentang diri mereka untuk publik. Apapun itu bisa dijadikan bahan untuk meng-update status. Mulai dari aktivitas harian, pikiran tentang suatu hal, karya, apapun itu. Bahkan hal kecil dan remeh bisa menjadi postingan.
Oleh: Deena Noor
NarasiPost.com - “Berapa follower kamu? Subscriber-mu?” Ini adalah pertanyaan yang amat lazim dilontarkan oleh generasi masa kini. Jika dulu yang dimiliki adalah teman di dunia nyata, sekarang “teman-teman" di dunia maya menjadi begitu penting.
Di era medsos, jumlah ‘teman’, pengikut, follower, atau apapun sebutannya, sangat menentukan bagi pengguna medsos agar bisa tetap eksis, bahkan terkenal. Terlepas dari apa konten di dalamnya, orang seperti berlomba agar memiliki banyak pengikut.
Christiano Ronaldo, Ariana Grande dan Selena Gomez adalah tiga tokoh publik dengan follower instagram terbanyak di dunia saat ini. Sedang di jagad twitter, ada Katy Pery, Barack Obama dan Justin Bieber sebagai tiga terbesar dalam pengikutnya. Update ini diambil dari Wikipedia.org.
Di ranah youtube lain lagi. Dilansir dari tribunnews.com (10/08/2020) didapatkan bahwa untuk saat ini akun youtube dengan jumlah pelanggan terbanyak dipegang oleh T-Series dengan 149 juta, disusul oleh Pewdiepie dengan 106 juta, dan Cocomelon-Nursery Rhymes dengan 90 juta pelanggannya. Data-data ini bisa berubah setiap saat.
Para ‘leader’ medsos tersebut membagikan berbagai hal tentang diri mereka untuk publik. Apapun itu bisa dijadikan bahan untuk meng-update status. Mulai dari aktivitas harian, pikiran tentang suatu hal, karya, apapun itu. Bahkan hal kecil dan remeh bisa menjadi postingan.
Selain menjadi ‘leader’ di jagad per-medsos-an, mereka juga memiliki ‘prestasi’ yang cukup mentereng. Tentunya ini membawa pengaruh kepada masyarakat, khususnya para pengguna medsos. Gaya hidup, pemikiran, apa yang mereka lakukan, diikuti oleh sekian banyak follower. Seringkali bahkan menjadi trendsetter. Mereka menjadi idola tidak hanya di dunia nyata saja, tapi juga dunia maya.
Sebagaimana halnya para idola sebelum ada era medsos, mereka juga memberi inspirasi bagi banyak kepala. Bedanya, jika dulu hanya bisa terkenal lewat karya dan prestasi dunia nyata, kalau kini siapapun bisa terkenal lewat postingannya di medsos. Tak selalu lewat karya, bisa saja melalui konten receh, namun disukai banyak orang, hingga kemudian viral dan diundang di acara-acara TV. Lebih mudah, lebih instan, namun lebih cepat pula dilupakan bila tak diikuti dengan ‘karya-karya’ lainnya.
Di era digital seperti sekarang ini, media sosial menjadi wadah bagi siapa saja untuk berekspresi dan berkarya. Karena itulah, tak jarang seorang biasa yang bukan artis atau tokoh, bisa terkenal lewat dunia maya karena postingannya. Ia menjadi viral karena sesuatu yang ia unggah untuk publik. Meski sayangnya seringkali popular karena hal yang sensasional, aneh, nyeleneh, bahkan tak pantas secara norma.
Terkhusus bagi kaum muda, media sosial seolah menjadi bagian dari diri yang tak bisa dilepaskan. Medsos menjadi wadah berekspresi. Meski cuma sekadar mengabadikan momen kecil demi tetap eksis di dunia maya.
Sayangnya, banyak yang menggunakan medsos secara tidak bijak. Kita lihat saja di instagram, facebook, youtube dan lain-lainnya, bersliweran remaja yang mengunggah hal-hal tak penting, bahkan mengumbar ketidakpantasan. Jogged-joged tak jelas, hura-hura, hedonisme, pacaran, kekerasan online atau mem-bully seseorang melalui dunia maya, menjadi santapan para pengguna medsos lainnya.
Parahnya, yang seperti itu cepat sekali viral dan menular. Mereka menjadi ‘leader’ yang menginspirasi orang lain dalam hal yang tak penting, bahkan negatif. Begitu cepat suatu konten keburukan menyebar dan menjaring banyak follower. Ini tentu miris sekali.
Namun, di tengah konten-konten negatif, patut disyukuri bahwa masih banyak generasi muda yang bijak dalam ber-medsos. Mereka mampu menjadikan medsosnya untuk hal-hal yang bermanfaat. Mereka membuat konten-konten kreatif yang bermuatan positif, menyebarkan inspirasi dan kebaikan. Mereka juga membuat komunitas atau gerakan yang menunjukkan kepedulian terhadap beragam masalah dan lingkungan sekitar.
Bahkan, yang lebih membanggakan adalah mereka, kaum muda ini, menggunakan media sosial untuk berdakwah. Mereka isi medsos dengan konten-konten yang menumbuhkan kecintaan terhadap agama, terhadap Nabi dan terhadap Allah. Postingan yang mengingatkan pada kebaikan dan dakwah kian banyak ditemui. Mereka juga kreatif menyajikan isi yang mampu membangkitkan pemikiran generasi muda Muslim.
Mereka juga tak alergi berbicara tentang politik di dunia maya. Mengarahkan generasi muda dan masyarakat luas kepada makna politik yang sesungguhnya sesuai Islam.
Ini jelas positif, tinimbang posting sesuatu yang tidak jelas, apalagi yang salah dan menyesatkan.
Begitulah seharusnya. Teknologi kita kuasai untuk sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia. Bukan terbalik, menjadi manusia yang diperbudak oleh teknologi. Hanya karena ingin eksis, mendapat follower banyak dan terkenal, nekat melakukan hal-hal yang melanggar norma sosial, hukum, terlebih agama.
Memang terserah kita mau menjadikan medsos kita seperti apa. Pilihan ada di tangan masing-masing. Begitu pula konsekuensinya, akan ditanggung oleh setiap dari kita.
Tapi, yang harus diingat adalah siapapun kita, apapun jabatan dan gelar yang dimiliki, sebanyak apapun harta atau prestasi yang kita punya, sejatinya kita hanyalah manusia, ciptaan Sang Maha Kuasa. Kita semua adalah hamba bagi Sang Khaliq. Mau kita menjadi leader atau follower, posisi paten kita hanyalah hamba yang wajib tunduk dan patuh pada Sang Pemilik alam semesta.
Sebagai hamba, maka sudah pasti harus turut apa kata tuannya. Manusia, makhluk ciptaan Allah Swt wajib menjalankan kehidupannya sesuai dengan aturan yang telah Dia buat. Tak pantas bila mengabaikan perintah-Nya, apalagi menentang. Silakan saja membangkang perintah Allah, tapi harus siap dengan segala risikonya, azab di dunia dan akhirat!
Wallahu a'lam bish-shawab.