"Kalau maknanya yang nyambung, namanya koherensi. Kalau bentuknya yang nyambung, namanya kohesi. Agar maknanya nyambung, butuh penanda/alat-alat kohesi, seperti konjungsi, sinonimi, antonimi, dll."
Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Malam ini, saya sekadar memberi penguatan saja. Saya yakin, teman-teman tiap harinya sudah bergulat dengan kata, kalimat, paragraf sampai membentuk teks yg luar biasa, pasti sudah mempertimbangkan koherensi dan kohesinya. Dua kata ini yg akan kita bahas bersama malam ini.
Koherensi: keterpautan makna dalam 1 paragraf
Kohesi: keterpautan bentuk
Sederhananya demikian.
Paragraf dikatakan koheren bila menunjukkan adanya keterpautan/kepaduan makna.
Paragraf dikatakan kohesi bila struktur kalimat dalam paragraf itu sistematis, logis, efektif, dan mudah dipahami.
Saya memiliki tiga kutipan paragraf. Mohon tiap paragrafnya dikomentari berdasarkan koherensi dan kohesinya
1) Pak Ali pergi ke Pasar Baru, Pak Ali naik Bus Metromini. Bu Tahir membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor, harga mobil rakitan dalam negeri juga ikut naik. Mobil yang dibeli Parwati harganya 150 juta rupiah.
2) Pak Ali pergi ke Pasar Baru naik bus Metromini. Ia pergi membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor, maka harga sepatu buatan dalam negeri juga ikut naik. Sepatu yang dibeli Pak Ali itu harganya seratus ribu rupiah.
3) Dengan bantuan Pemerintah, pejabat itu membeli mobil baru. Mobil itu berwarna biru. Biru muda menjadi warna idaman kaum muda sekarang. Sekarang ini teknologi banyak mengubah keadaan dalam waktu singkat, khususnya moral orang Indonesia. Waktu ini orang seakan-akan di persimpangan jalan. Jalan ke surga atau ke neraka rupanya tidak dipedulikan lagi. Surga dunia dituntut orang dengan itikad neraka yang menggebu-gebu.
Paragraf 1 ini, tidak ada koherensi dan kohesi. Oleh karena itu, paragraf ini tidak bisa dimaknai. Kalimat-kalimat yang ada hanya deretan kalimat tanpa makna. Antar kalimat tidak ada unsur yang menghubungkan. Masing-masing berdiri sendiri.
Paragraf ke-2 ini sudah kohesif, tapi belum terlalu koheren. Untuk memaknainya masih meraba-raba.
Oh, Pak Ali ternyata ke Pasar Baru naik metromini untuk membeli sepatu baru. Ternyata harga sepatunya 100 ribu karena ada pajak impor.
Penanda kohesinya: ia, karena.
Paragraf ke-3, ini kohesi. Sama sekali tidak koherensi. Penanda kohesinya adalah pengulangan kata yang ada di kalimat sebelumnya.
Antarkalimat agar koheren dan kohesif, bisa ditautkan dengan konjungsi antarkalimat. Nah, konjungsi atau kata hubung perannya sangat penting. Karena itu, kita perlu mengenali konjungsi antarkalimat dan intrakalimat
Keberadaan konjungsi ini juga memandu kita untuk tetap fokus hanya membahas gagasan utama saja. Tidak mengembang ke mana-mana bahasannya. Kadang kita tergoda 'kan untuk menyisipkan kalimat x, y, z, padahal itu di luar cakupan ide pokok
Berikut ini beberapa kata atau frasa yang digunakan sebagai penghubung atau konjungsi antarkalimat, yang ditulis di awal kalimat dan harus diikuti tanda koma (,).
Agaknya,….
Akan tetapi,….
Akhirnya,….
Artinya,….
Akibatnya,….
Biarpun begitu,….
Biarpun demikian,….
Contohnya,….
Dalam hal ini,….
Dengan demikian,….
Dengan kata lain,….
Di lain pihak,….
Di samping itu,….
Jadi,….
Jika demikian,….
Karena itu,….
Lagi pula,….
Meskipun demikian,….
Misalnya,….
Namun,….
Oleh karena itu,….
Oleh sebab itu,….
Pada dasarnya,….
Pada hakikatnya,….
Sebagai kesimpulan,….
Sebaiknya,….
Sebaliknya,….
Sebelumnya,….
Sebenarnya,….
Sehubungan dengan itu,….
Selain itu,….
Selanjutnya,….
Sementara itu,….
Sesudah itu,….
Sesungguhnya,….
Sungguhpun demikian,….
Untuk itu,….
Walaupun demikian,….
Berikut ini adalah konjungsi intrakalimat
Dan: menandai hubungan setara, penambahan
Atau: menandai hubungan pemilihan menandai hubungan pertentangan, perlawanan
Tetapi: menandai hubungan pertentangan dan perlawanan
Waktu: sesudah, setelah itu, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, pada saat, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
Syarat: jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala
Pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya
Tujuan: agar, supaya, biar
Konsesif: biarpun, meski(pun), sekalipun, walau(pun), sungguhpun, kendati(pun)
Pemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, bak
Penyebaban: sebab, karena, karenanya, karena itu, oleh sebab itu
Pengakibatan: (se)hingga, sampai-sampai), maka(nya)
Penjelasan: bahwa
Cara: dengan
Harapan: moga-moga, semoga, mudah-mudahan
Pengecualian: kecuali
Urutan: lalu, terus, kemudian
Penanda kohesi bisa dengan kata rujukan:
dia, ia, -nya, mereka, beliau, itu, ini, demikian, begitu, hal itu, ini, situ, sana, berikut, berikut ini, ini, begini, demikian, yakni, yaitu.
Bisa juga dengan penggunaan sinonim, antonim, adanya repetisi, kata umum dan kata khusus. Contoh:
Kata umum: melihat
Kata khusus: menyaksikan, menonton, melirik, mengerling, mengintip, mengintai, dll
Gampangnya:
Kalau maknanya yang nyambung, namanya koherensi
Kalau bentuknya yang nyambung, namanya kohesi
Agar maknanya nyambung, butuh penanda/alat-alat kohesi, seperti konjungsi, sinonimi, antonimi, dll.
Tanya Jawab
- Mariyatul Qibtiyah
Caranya menjadikan kalimat 1,2,3 menjadi koheren, bagaimana, Mbak?
Jawaban:
- Memastikan tiap paragraf hanya memiliki 1 gagasan utama. Biasanya ide utama ini ada di kalimat pertama. Namun, tidak menutup kemungkinan kalimat utamanya ada di kalimat terakhir (pola pengembangan induktif)
- Dari ide pokok ini kemudian diturunkan menjadi ide penjelas. Ide penjelas dikembangkan menjadi kalimat-kalimat penjelas
- Antarkalimat agar koheren dan kohesif, bisa ditautkan dengan konjungsi antar kalimat
- Firda Umayah
Paragraf ke-2 tadi, kalau jadi koheren jadinya seperti apa?
Jawaban:
Alternatifnya bisa seperti berikut ini.
Pak Ali pergi ke Pasar Baru naik bus Metromini. Ia pergi membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor, maka harga sepatu buatan dalam negeri juga ikut naik. Sepatu yang dibeli Pak Ali awalnya seharga delapan puluh ribu rupiah, sekarang harganya naik menjadi seratus ribu rupiah.
Di sini sudah jelas hubungan antara pajak impor dengan harga sepatu. Perbaikannya bisa beragam. Yang penting, maknanya tidak berubah.
- Firda Umayah
Kalau menulis puisi apakah harus koheren dan kohesi?
Jawaban:
Harus bermakna, iya.
Namun, pemaknaannya kembali pada masing-masing pembaca.
Kohesi? Tidak selalu.
Karena sifatnya bisa mana suka. Puisi tidak terikat unsur kebahasaan, kecuali puisi lama (pantun, syair, gurindam, dll)
Tugas
Perbaiki kalimat di bawah ini agar koheren!
Akibat banjir, sejumlah kendaraan pun mogok di Kota Medan baik mobil, angkutan kota (angkot), maupun sepeda motor. Beberapa lokasi tepian jalan menjadi lokasi mirip bengkel dadakan. Para pengendara berusaha untuk menghidupkan kembali kendaraan bermotornya yang mati terkena rembesan air. Wajah-wajah stres dan menggerutu menjadi panorama di pagi itu. Mereka seperti tak peduli lagi dengan harga bensin yang tidak juga turun. Siapakah yang mesti disalahkan atas banjir ini?
Jawaban:
Dengan membuang kalimat ke-5. Paragrafnya menjadi koheren (padu)
Akibat banjir, sejumlah kendaraan pun mogok di Kota Medan, baik mobil, angkutan kota (angkot), maupun sepeda motor. Beberapa lokasi di tepian jalan menjadi mirip bengkel dadakan. Di sana, para pengendara berusaha untuk menghidupkan kembali kendaraan bermotornya yang mati terkena rembesan air. Wajah-wajah stres dan menggerutu menjadi panorama di pagi itu. Siapakah yang mesti disalahkan atas banjir ini?
Sekian dan terima kasih.[]
Saya bacanya berkali2,,, supaya ngerti
Makasih Mbak
alhamdulillah.. jadi tau.. syukron..
Sangat bermanfaat sekali, saya harus banyak belajar.
Masyaa Allah, ilmunya keren mbak Haifa..Sangat bermanfaat untuk saya.
Masya Allah, ilmunya bermanfaat banget. Mesti terus banyak belajar dan praktik agar bisa membedakan antara Koheren dan kohensi.
Jazakillah khoir
Luar biasa. Jadi banyak belajar lagi untuk membuat tulisan jadi lebih bagua. Jazakillah mbak Haifa dan NP
Masyaallah, kerenlah sharingnya mbak Haifa kemarin. Saya sampai harus baca berulang kali untuk bisa paham kohesi dan koherensi. Jazakillah khairan katsiran atas sharing ilmunya.
Jazakillah khairan, agak sulit membedakan kohesi dan koherensi Eh koheren mungkin selama ini prakteknya tapi tidak tahu ilmu teorinya
Jazakillah khoiron katsiron kepada penulis. Materinya sangat bermanfaat.
MasyaAllah, ilmu yang bermanfaat buat para penulis.
Luar biasa ya klo dibahas kegini. Ternyata masih byk PR Sebagai penulis bener2 tdk boleh merasa puas dg ilmu yg ada.
Jazakillah khairan mb Haifa ilmunya daging mulu.
Berasa kuliah jurusan bahasa Indonesia aku dapat materi ini. Bahkan selama ini meski menulis sudah koheren dan kohesi, tp baru tahu jika ada materinya. Hehe. Jazakillah khoiron mbak Haifa. Ditunggu sharing ilmunya lagi
Luar biasa ya klo dibahas kegini. Ternyata masih byk PR Sebagai penulis bener2 tdk boleh merasa puas dg ilmu yg ada.
Jazakillah khairan mb Haifa ilmunya daging mulu.