Esensi Ketakwaan di Bulan Zulhijah

Esensi ketaqwaan bulan Zulhijah

”Ketakwaan sempurna tidak bisa hanya dilakukan oleh individu-individu saja. Ketakwaan ini harus dilakukan oleh masyarakat hingga dalam tatanan negara.”

Oleh. Ratih Febrian Kamiswara
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ahad, 25 Juni 2023, kajian ibu-ibu muslimah dihelat. Dan kali ini bertepatan dengan bulan Zulhijah. Maka, tema yang diusung pun tak lepas dari meneladani pengorbanan nabi Ibrahim a.s.

Tepat pada pukul 09.00 WIB, acara kajian rutin bulanan itu dimulai. Bertempat di Ronggojalu No. 192, Leces, Probolinggo. Suasana tampak ceria sekali. Para tamu undangan silih berganti memasuki aula kediaman salah satu sahabat muslimah. Senyum hangat tersuguh dari para panitia menyambut kedatangan mereka. Semangat mengkaji ilmu sungguh tampak luar biasa dari para tamu undangan.

Beberapa menit berselang, tampaklah Ibu Herny sebagai moderator membuka forum kajian dengan sapaan hangat, dilanjutkan dengan pembacaan tilawah oleh Ibu Diah.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ustazah Irma sebagai pemateri pun mengisi acara dengan materi yang membahana. Sekelumit pertanyaan terlontar untuk para hadirin, “Sebagai muslimah, sudahkah kita hafal nama-nama bulan hijriah dan keutamaan masing-masing bulan tersebut? Semaksimal apakah kita dalam beribadah, jika tidak paham keutamaan di tiap bulannya? Sudahkah cukup men-charge keimanan?"

Pemateri melanjutkan. Bahwasanya, banyak kalangan kaum muslim yang enggan memahami dan memaksimalkan diri untuk paham tentang keutamaan yang didapatkan dari bulan Zulhijah ini. Padahal di bulan Zulhijah, terdapat banyak keutamaan dan berbagai amalan, baik sunah maupun wajib yang pahalanya sangat besar. Tak hanya itu, di bulan Zulhijah juga terdapat serangkaian peristiwa penting, seperti ibadah haji dan perayaan Iduladha.

Keutamaan bulan Zulhijah salah satunya juga bersumber dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Tidak ada hari di mana amal saleh pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini yaitu 10 hari dari bulan Zulhijah. Mereka bertanya, ‘Ya Rasullullah, tidak juga jihad fii sabilillah?’ Beliau menjawab, ‘Tidak juga jihad fii sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.’” (HR. Bukhori)

Pada bulan yang istimewa, Rasulullah menganjurkan agar seluruh umat Islam melaksanakan ibadah tertentu, terutama saat 10 hari pertama. Semisal memperbanyak zikir, sedekah, tilawah Al-Qur’an dll. yang pahalanya akan dilipatgandakan.

Bulan Zulhijah juga disebut dengan bulan haji. Sebagaimana diketahui, haji termasuk rukun Islam yang kelima yang wajib bagi orang yang mampu. Bagi yang berhaji, terdapat hari Arafah yaitu puncak dalam ibadah haji di mana para jemaah berkumpul di padang Arafah untuk memohon ampunan kepada Allah. Momen ini terjadi tepatnya tanggal 9 Zulhijah.

Pada hari yang agung ini seluruh umat Islam yang tidak berhaji disunahkan untuk berpuasa. Pahala berpuasa ini memiliki pahala yang tidak main-main, yaitu menghapus dosa dua tahun, sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya:

"Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. An Nasaa'i)

Keutamaan bulan Zulhijah berikutnya adalah dilaksanakan salah satu amalan penting dalam Islam, yang dilakukan pada hari raya Iduladha, yaitu kurban. Setelah disembelih, daging kurban dibagikan kepada umat Islam terkhusus orang-orang miskin dan membutuhkan.

Pemateri juga menambahkan sebagian rangkaian perjalanan kisah keluarga Nabi Ibrahim bahwasanya keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga dengan ketakwaan yang tinggi. Bagaimana asal mufasal Nabi Ibrahim memulai mencari kebenaran hakiki tentang siapa Tuhan alam semesta ini. Kegigihan Nabi Ibrahim dalam mengemban dan menyeru kaumnya untuk beriman, serta kesabaran beliau meninggalkan istri dan anaknya di padang pasir yang tandus, pun keikhlasan serta keimanan beliau untuk menyembelih putranya yang semata-mata tidak lain merupakan perintah Allah Swt. kepadanya. Alhasil, peristiwa ini juga mengajarkan bahwa ketika kita dihadapkan dalam mencari jodoh, harus berdasarkan kriteria yang taat beragama agar lahirlah pula zuriat yang bertakwa, seperti Nabi Ismail a.s.

Sebenarnya apa sih ibrah yang didapatkan oleh kita dari meneladani kisah sebenarnya Nabi a.s.? Tak lain adalah kita harus bersegera melaksanakan syariat.

Mengapa kita harus bersegera melaksanakan syariat?

  1. Karena perintah Allah Swt.
  2. Mendapat ampunan dari Allah Swt.
  3. Meraih surga

Mukmin yang taat itu adalah mukmin yang sami'na wa atho'na. Ketundukan atau ketaatan secara totalitas kepada Allah Swt. Menjalankan segala perintah Allah Swt. dan menjauhi semua larangan-Nya. Selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. di mana pun, kapan pun dan dengan siapa pun berada. Baik dalam keramaian, sendirian, senantiasa sadar bahwa Allah Swt. selalu melihat perbuatan kita. Taat itu harus totalitas, meliputi seluruh aspek kehidupan. Kita tidak boleh memilah dan memilih berdasarkan hawa nafsu dalam menjalankan hukum Allah.

Ketakwaan sempurna tidak bisa hanya dilakukan oleh individu-individu saja. Ketakwaan ini harus dilakukan oleh masyarakat hingga dalam tatanan negara.

Ustazah menyampaikan kiasannya, bahwasanya pemerintah itu sebagai imam salat dan masyarakat sebagai makmum. Keduanya harus saling bersinergi memapah, imam bertanggungjawab penuh terhadap makmum, sedangkan makmum berkewajiban mengoreksi segala aturan pemerintah (baca: penguasa) agar sejalan dengan syariat Islam di berbagai lini kehidupan, sehingga terciptalah kehidupan yang baik dan meminimalisasi problematika umat.

Kemudian pemateri menyampaikan bahwasanya perjuangan itu butuh pengorbanan. Di sinilah tanggung jawab kita untuk mendakwahkan kepada umat agar saling bermuhasabah.

Faham

Sangat sadar dan berilmu, bagaimana sesuatu itu bersumber. Apakah harus atau tidak boleh dilakukan.

Ikhlas

Rela dan ikhlas dalam melakukan segala perbuatan semata-mata karena Allah Swt., tidak mengharapkan penilaian dari manusia lainnya.

Amal

Orang yang beriman adalah yang beramal saleh. Ia mengetahui betul bahwa perjuangan dakwah itu adalah amal jariah yang akan bermanfaat di yaumulhisab nantinya.

Jihad

Penuh dengan semangat dan bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu. Berjihad tidak hanya dengan jiwa raga ataupun harta benda, tetapi berjihad juga bisa lewat lisan pun tulisan.

Tadhiyah (Berkorban)

Barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah meluaskan dan mempermudah rezekinya sehingga cukupkanlah diri kita untuk mengejar bekal akhirat.

Taat

Senantiasa beraktivitas dan beribadah sesuai ajaran syariat.

Tsabat (Tabah)

Kesabaran dan istikamah akan membuahkan hasil yang baik.

Tajarrud (Jati Diri)

Sangat sadar muslim seperti apakah diri kita ini. Sesosok muslim yang berdiam diri ketika melihat kemungkaran, ataukah yang serta merta memangkas kemungkaran tersebut.

Ukhuwah (Persaudaraan)

Senantiasa gemar menyambung tali persaudaraan sesama muslim, berasaskan akidah yang satu sehingga mampu mempererat ukhuwah.

Tsiqah (Percaya)

Berkeyakinan penuh bahwasanya perjuangan itu tidak akan sia-sia, jika prosesnya baik maka akan menuai hasil yang maksimal.

Terakhir, pemateri menyampaikan bahwa surga itu lebih bernilai karena surga hanyalah tempat bagi orang yang bertakwa. Janganlah kita suka menunda-nunda kebaikan karena kita tidak pernah tahu, kapan ajal akan menjemput.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Yang mana antusias para hadirin langsung terlihat. Beberapa pertanyaan terlontar dan penjelasan pemateri semakin menggugah jiwa bahwasanya Sistem Khilafah harus tegak untuk menjaga umat dari gangguan akidah. Menjaga istikamah ketakwaan sampai akhir. Umat Islam harus semangat memperjuangkan tegaknya Khilafah karena Khilafahlah yang menjaga umat Islam agar tidak tergerus zaman.

Acara beranjak dengan pembagian doorprize kepada hadirin. Serta ditutup dengan doa oleh Ibu Utari. Moderator mengakhiri acara dengan ucapan maaf dan terima kasih atas kehadiran para tamu undangan. Semoga pada kesempatan berikutnya bisa mengkaji ilmu dengan tema menarik lainnya.

Tepat pukul 11.00 WIB, acara selesai dan diakhiri dengan bersalam-salaman serta foto bersama. Wallahu a’lam bish showab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Ratih Febrian Kamiswara Kontributor NarasiPost.Com
Previous
“Pengampunan Dosa” Korporat Melalui RTRW
Next
Antraks Mengancam Jiwa, Bagaimana Solusinya?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

MasyaAllah keren materinya..

Eksi Achmad
1 year ago

Umat biasanya bosan dgn isi kajian yg berlatar belakang momen, Idul Adha identik dgn isi kajian pengorbanan nabi Ibrahim dan Ismail, tp nggak paham maknanya.

Kajian ini menambah insight, dibawa ringan tp bermanfaat bagi jemaah, terutama ilmu yg berbeda dr isi kajian momen idul adha biasanya. Barakallahu fikunna...

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Senang sekali bisa menuntut ilmu meskipun tidak langsung hadir di forumnya. Kajiannya sangat bagus dan mencerahkan. MasyaAllah.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Masyaa Allah, reportasenya keren.

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah barakallah senang baca naskah ini. Sangat mencerahkan dan jadi tahu bagaimana antusias muslimah di sana tholabul ilmu. Keren.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram