Adakah Korelasi Hari Janda Internasional dengan Kemandirian Finansial?

”Program peringatan Hari Janda Internasional hanya memberikan angin segar yang sesaat. Namun, pada realitasnya, janda dituntut berdikari dalam urusan finansialnya.”

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Duhai, hidup menjanda penuh dilema. Setiap episode kehidupan tentu akan ada konsekuensinya, begitu pula dengan para janda. Dulu, seorang perempuan akan menjadi janda saat ditinggal mati suaminya. Hanya sedikit saja yang menjadi janda karena perceraian. Namun, menjadi janda kini seakan menjadi tren kemandirian. Sebab, pandangan negatif dan berbagai isu miring mengintai kehidupan para janda.

Korelasi Peringatan Hari Janda Internasional dengan Kemandirian Finansial

Duhai, peliknya hidup perempuan yang menjadi janda menjadi sorotan dunia internasional. Sebuah apresiasi dan kepedulian diwujudkan dalam sebuah peringatan. Hari Janda Internasional jatuh pada 23 Juni setiap tahunnya sejak 2005 silam.

Kali ini, peringatan Hari Janda Internasional mengusung tema ”Sustainable Solutions for Widows Financial Independence” atau ”Solusi Berkelanjutan bagi Kemandirian Keuangan Janda”. Seperti dikutip dari laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebanyak lebih dari 258 juta janda di seluruh dunia “tak terlihat”, tak terdukung dan berjuang untuk melanjutkan hidup. Secara praktis, 1 dari 10 janda hidup dalam kemiskinan ekstrem (CNNIndonesia.com, 23/6/2023).

Stigma negatif tak jarang menempel pada janda. Diskriminasi pun kerap menyapa. Bahkan, di beberapa wilayah, janda tidak memiliki hak waris dan akses ke dana pensiun. Sehingga, kemiskinan membayangi setelah kematian suami mereka atau usai perceraian.

Dari sinilah, PBB meminta pemerintah tiap negara untuk memastikan pemenuhan hak janda. Tujuannya untuk membela dan memperjuangkan hak-hak para janda yang termaktub dalam hukum internasional. Sehingga, janda dapat meraih kesejahteraan versi pandangan internasional itu.

Janda dalam pusaran sistem kapitalisme tak ubahnya sebagai komoditas. Beban sosial yang disandang juga tak lepas dari pandangan sinis buah dari pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Sehingga, kondisi janda sering kali berada dalam keterpurukan batin dan diskriminasi sosial.

Kesejahteraan janda dalam sistem kapitalisme tidak dipenuhi dan dijamin sebagaimana rakyat yang lain. Kapitalisme menjadikan negara lepas tangan atas pemeliharaan urusan rakyat, termasuk janda. Program peringatan Hari Janda Internasional hanya memberikan angin segar yang sesaat. Namun, pada realitasnya, janda dituntut berdikari dalam urusan finansialnya.

Negara tak akan mau merugi hanya karena mengurusi para janda. Kemandirian finansial jelas menegaskan ketiadaan jaminan kesejahteraan bagi kehidupan mereka. Sudahlah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudahlah suaminya wafat atau bercerai, negara cuek saja. Sungguh malang nian. Jadi, korelasi peringatan tersebut dengan kemandirian finansial hanyalah lips service yang tak akan menyelesaikan masalah para janda.

Kemandirian Finansial Janda dalam Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna dan diridai Allah. Syariat Islam memiliki aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan bagi pria dan wanita. Islam menetapkan aturan yang sama pada pria dan wanita seperti kewajiban beribadah, menuntut ilmu, berdakwah, dll. Islam juga menjamin kesehatan, pendidikan, keamanan, kesejahteraan, dan keadilan atas mereka.

Syariat Islam menetapkan aturan yang berbeda terkait kodrat dan karakter pria atau wanita. Seperti kewajiban mencari nafkah dan menjadi qowam hanya pada pria, tidak pada wanita. Begitu juga hukum-hukum terkait nifas, menyusui, dan mengasuh, hanya ada pada wanita. Bahkan, dalam perceraian dan wanita ditinggal wafat suaminya, ada bagian khusus berkaitan masa idah dan pemeliharaan urusan dirinya. Perbedaan ini tidak menjadikan satu dengan yang lainnya lebih rendah, tetapi justru mewujudkan kemaslahatan bersama.

Hukum syarak tak pernah memandang janda itu rendah. Janda juga manusia, terlebih wanita. Syariat Islam mewajibkan para wali wanita yang menjanda untuk menafkahinya, memelihara, dan menjaga kemuliaannya. Peradaban Islam yang mulia tak pernah sedikit pun memberi celah pada siapa pun untuk meremehkan apalagi merendahkan dan mendiskriminasi janda.

Islam mewajibkan negara untuk memastikan keamanan dan kemuliaan wanita, termasuk pemeliharaan urusan janda di tangan yang tepat, yakni walinya. Dalam kehidupan umum, negara wajib memperhatikan kehidupan sosial janda. Suasana keimanan akan terus dipupuk dan dipantau agar tercipta harmonisasi kehidupan.

Janda akan dijaga betul kemuliaan, keamanan, dan kesejahteraannya. Bullying, body shaming, dan sejenis toksik sosial lainnya akan dibasmi. Apabila terjadi diskriminasi, negara akan memberikan sanksi tegas tanpa tebang pilih. Kemuliaan mereka adalah keutamaan yang menjadi tanggung jawab negara.

Bahkan, di bawah naungan Islam, tak akan ada wanita atau janda yang terpaksa bekerja jika tak ada seorang pun yang sanggup menanggung nafkahnya. Sebab, negara yang akan menjamin kebutuhan pokoknya. Kalaupun janda bekerja, hal itu lebih pada mengamalkan ilmunya. Hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘aanhu Nabi Muhammad saw. bersabda:

السَّاعِى عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، أَوْ كَالَّذِى يَصُومُ النَّهَارَ وَيَقُومُ اللَّيْلَ

"Orang yang berusaha memenuhi kebutuhan janda dan orang miskin, pahalanya seperti mujahid fi sabilillah atau seperti orang yang rajin puasa di siang hari dan rajin tahajud di malam hari." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jelas, kebutuhan janda dalam sistem Islam akan terpenuhi. Lebih tepatnya, negaralah yang akan menjamin kebutuhan pokoknya. Sehingga, kemandirian finansial yang ditimpakan sepenuhnya pada usaha si janda tak akan dijumpai dalam sistem Islam. Hari Janda Internasional yang sekadar memberikan solusi parsial tak perlu lagi ada. Sebab, syariat Islam menjadikan negara bertanggung jawab penuh untuk menjaga kemuliaan, darah, dan harta mereka.

Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Aborsi Marak, Sistem Liberalisme Biang Kerok!
Next
Dermaga Cinta
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

MasyaAllah MasyaAllah. Dalam sistem Islam, wanita yang bercerai atau ditinggal mati suaminya takkan khawatir diremehkan atau tidak bisa makan. Karena dalam Islam, negara diwajibkan untuk memperhatikan kehidupan sosial dan finansial para janda.

Dyah Rini
Dyah Rini
1 year ago

Benar Mbak Afi..para janda tidak membutuhkan peringatan hari janda itu. Mereka butuh ada yang melindungi dan menafkahi kebutuhannya setelah ditinggal mati suami/bercerai. Dan hanya sistem Islam yang paripurna yang bisa mewujudkannya.

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Hanya sistem Islam yang mampu memberikan kemuliaan dan pemenuhan kebutuhan hidup bagi para janda. Sementara sistem kapitalis hari ini hanya memberikan harapan sebatas mimpi. Karena kenyataannya tetap saja tak hanya janda, namun semua rakyat di wajibkan mandiri secara finansial.

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Dalam sistem Islam tak hanya janda yang akan diurus dengan baik melainkan semua warga negara.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram