Riak-Riak Dikara

"Tetapi boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah:126)"

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-"Sudah terima saja, Kak."

Suara Hilman yang terbata menyapa indra pendengaran Fairy. Air mata mengucur tanpa permisi dan sangat deras sekali. Rasa haru, sedih, dan sesal bersatu padu mengepung dadanya. Hilman, adik semata wayangnya yang selama ini tak pernah ia pedulikan, justru mengulurkan tangan dengan begitu ringan.

Hilman menyodorkan sejumlah uang di tangannya. Netranya memancarkan kesungguhan dan ketulusan. Senyum di bibirnya sungguh manis dan menawan. Tangan kirinya masih bergetar, tetapi mencerminkan keberanian dan kepedulian. Sungguh, Fairy baru pertama ini merasa haru tiada tara.

Fairy terbius dengan perhatian Hilman yang begitu tulus. Selama ini, ia tak pernah mengakui Hilman sebagai adiknya. Dia malu memiliki adik tunadaksa. Padahal, tangan kanan Hilman diamputasi karena kecelakaan, bukan sejak lahir. Namun, dia tetap malu memiliki adik yang hanya memiliki satu tangan. Teman-temannya tahu dia punya saudara, tetapi tahunya ada di desa.

Hilman agak ciut melihat Fairy bergeming. Keringat dingin mengucur deras tanpa aba-aba. Ia khawatir kakaknya tersinggung karena salah paham atas niat baiknya untuk membantu. Sungguh, Hilman hanya ingin membantu kakak dan orang tuanya.

Sembilan tahun sejak tragedi kecelakaan, baru kali ini Hilman merasakan dipeluk lagi oleh kakaknya. Fairy sedih kenapa selama ini ia dibutakan rasa malu yang tak beralasan. Kini, saat dia menghilangkan uang SPP, justru Hilman datang menolongnya.

Walau mereka sekolah satu atap dan rumah juga satu atap, baru pertama kali mereka berkomunikasi kembali. Kemarin, Hilman tak sengaja melihat kakaknya dari ruang administrasi menangis ke arah perpustakaan. Saat di rumah, Hilman juga mencuri percakapan ibu dan kakaknya. Di sanalah baru dia paham, uang SPP kakaknya hilang.

Hilman tahu karakter papa. Beliau tak akan mengeluarkan lagi ganti SPP yang hilang. Siapa yang berbuat, dia yang bertanggung jawab. Lima ratus ribu rupiah bukan angka kecil bagi mereka. Ibu meminta Fairy bersabar. Sayang, jasa jahit ibu juga sangat sepi sejak tiga bulan terakhir.

Pelukan hangat dan permohonan maaf meluncur dari Fairy. Hilman merasakan kebahagiaan atas penerimaan sang kakak. Perasaan haru juga menyelimuti jiwanya. Tak kuasa, air mata Hilman tumpah ruah tanpa disangka.

Fairy menolak pemberian Hilman dengan sopan dan lembut. Dia khawatir adiknya kecewa dan merasa tak dihargai. Bagaimanapun dia tahu, uang itu dikumpulkan dengan susah payah dari sisa uang saku dan cari botol atau gelas plastik, juga barang rongsokan. Ia pun tahu niat Hilman untuk berkurban. Apa jadinya nanti kalau uang itu ia terima begitu saja.

"Kakak, ambillah!" Mata Hilman tetap teguh menyiratkan ketulusan.

"Simpanlah, buat beli kurban," ucap Fairy dengan senyum semringah.

"Usah pikirkan hewan kurban. Kalau kusimpan juga belum cukup beli kambing. Biarlah Kakak pakai buat bayar SPP. Sebentar lagi kenaikan kelas. Aku bisa nabung lagi besok-besok."

Nyess … Hati Fairy semakin bergemuruh. Fairy senang memiliki adik yang seringan itu dalam menolong.

Azan magrib berkumandang. Hilman segera menyerahkan uang ke tangan kakaknya. Dia pun pamit ke masjid untuk salat jemaah. Fairy menatap punggung adiknya dengan perasaan hangat dan penuh sayang. Bukan karena uang yang telah dia terima, tetapi ia telah memahami makna nasihat Dzakiyah, teman sebangkunya.

"Kamu tak boleh egois, Ry. Adikmu itu juga harus kamu sayangi. Pernah gak kamu tanyakan, apa adikmu mau punya satu tangan? Tentu tidak. Semua itu sudah ketetapan Allah. Adikmu juga makhluk Allah yang berakal dan juga punya perasaan. Ingat, Ry. Guru ngaji kita bilang apa? Kita gak boleh mencela apalagi memarginalkan orang yang kita anggap kurang. Malu memang sebagian dari iman, tapi malu yang kaurasakan beda, Ry. Coba bayangkan jika kecelakaan itu menimpamu."

Begitulah kata Dzakiyah yang juga teman satu kajian dua hari sebelum uang SPP-nya hilang. Selama dua hari dia meneguhkan hati untuk memulai komunikasi. Namun, dia masih maju mundur karena pergolakan batin. Kini, barulah dia menyadari bahwa apa yang dia anggap buruk, belum tentu Allah memandangnya buruk. Sebaliknya, apa yang dia anggap baik, belum tentu Allah memandangnya baik.

Riak-riak dikara dalam diri Hilman muncul di hati Fairy. Kali ini, ia pun tertampar dengan dua firman Allah dalam Al-Qur'an. Dia teringat surah Al-Baqarah ayat 216, "Tetapi boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."

Dia pun mengingat surah Al-Hujurat ayat 13, "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."

Padahal, takwa itu bukan hanya milik orang Islam yang sempurna fisiknya saja. Dia merasa terlalu jauh menghakimi adiknya sendiri hanya karena tangan kanan Hilman diamputasi. Dikara di mata Allah adalah insan yang paling bertakwa. Dia menghadap Allah untuk salat magrib dan meminta maaf. Fairy menginsafi kekeliruannya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Mengejar Migas ke Gurun Sahara, SDA Negeri Diganyang Swasta
Next
Di Balik Langgengnya Kesesatan Ponpes Al-Zaytun
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Reva Lina
Reva Lina
1 year ago

MasyaAllah, Barakallah Mbak Tulisan yang memberikan banyak pelajaran dan tentunya pengingat untuk diri... Next karyanya yang mencerahkan selalu setia menjadi pembaca semoga diri ini bisa terinspirasi..

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, keren mbak Afiyah. Meski singkat, ada banyak pelajaran yang bisa diambil, khususnya tentang kasih sayang antara kakak dan adik.

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Barakallahu fiik untuk penulis. Cerpennya selalu keren dan penuh makna

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

MasyaAllah.....saya mbrebes mili baca cerpen ini. Terharu

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah cerpen ini mengandung ibrah yg luar biasa agar tetap rendah hati, terkadang seseorang yg tdk dianggap mulanya justru ia mejadi manusia paling peduli.
.....
.....
.....
Haru baca kisah ini. Semoga Allah terus mengikat dirinya dg ketakwaan (jadi baper eh)

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

malu pun ada tempatnya..

Raras
Raras
1 year ago

Masya Allah, keren cerpennya. Penuh makna. Pengingat diri utk menjaga hati

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram