Menjadi Orang Hebat Meski Fisik Tidak Lengkap

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. (TQS. At-Taghabun: 11)"

Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setiap orang tua tentu berharap anaknya lahir dengan fisik lengkap. Namun, takdir kadang berkata lain. Ada anak-anak yang lahir sebagai penyandang disabilitas.

Sejatinya, penyandang disabilitas bisa menjadi orang hebat dengan prestasi yang bermanfaat bagi umat. Namun, untuk bisa menjadi hebat, mereka harus punya rasa percaya diri yang tinggi. Sayangnya, krisis kepercayaan diri kerap menghampiri para penyandang disabilitas.

Tidak kita mungkiri, fisik yang berbeda dengan orang lain akan bisa menjatuhkan kepercayaan diri penyandang disabilitas. Belum lagi lingkungan yang tidak kondusif bisa menjadi tekanan bagi psikis sehingga mereka merasa terkucilkan.

Pada lingkungan yang buruk, penyandang disabilitas bisa mendapatkan perundungan, mulai dari verbal, mental, hingga fisik. Ada di antara mereka yang dikata-katai, dipanggil dengan panggilan yang buruk, dijauhi dalam pertemanan, dilecehkan, dilukai fisiknya, dll.. Semua ini bisa mengikis kepercayaan diri penyandang disabilitas dan bahkan bisa membuat mereka tertekan.

Padahal, untuk bisa sukses, rantai kepercayaan diri haruslah diputuskan sehingga tidak ada lagi belenggu yang menghambat prestasi. Kita bisa menemukan orang-orang hebat pada masa kini yang terlahir dengan fisik yang tidak sempurna.

Salah satu contoh penyandang disabilitas yang bisa meraih prestasi level dunia adalah Ghanim Al Muftah. Pemuda ini tampil pada pembukaan Olimpiade 2022 di Qatar bersama aktor Morgan Freeman. Ghanim tampil memukau ketika melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Ghanim tampil dengan kepercayaan diri yang sempurna hingga penonton tidak memedulikan kekurangan pada fisiknya. Tidak hanya piawai melantunkan ayat suci Al-Qur'an, pemuda kelahiran 5 Mei 2002 ini juga jago berbisnis, olahraga, dan percaya diri menjadi seorang YouTuber.

Demikianlah, setiap anak bisa menjadi orang hebat, termasuk penyandang disabilitas. Tugas orang tua adalah memupuk kepercayaan diri pada sang anak agar dia tumbuh menjadi pribadi yang hebat. Berikut adalah hal-hal yang bisa diupayakan orang tua agar anak penyandang disabilitas bisa percaya diri.

Menerima Takdir dengan Syukur dan Sabar

Hal paling mendasar yang anak butuhkan adalah penerimaan dari orang tua. Seperti apa pun anak kita, yakinlah bahwa dia adalah anugerah terindah dari Allah Yang Maha Kuasa. Orang tua hendaknya berlapang dada terhadap qada Allah taala. Seperti apa pun anak yang lahir, hendaklah disambut dengan ucapan syukur dan kegembiraan. Selanjutnya adalah terus bersabar membersamai anak dalam setiap fase hidupnya.

Allah taala berfirman di dalam QS. At-Taghabun: 11,
"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya."

Orang tua yang menerima anaknya dengan rasa syukur dan sabar akan membuat anak merasa berharga sehingga membentuk kepercayaan diri yang kuat. Sebaliknya, orang tua yang mengeluhkan fisik anaknya yang kurang lengkap akan bisa menghancurkan mental anak. Ketika anak mendapatkan curahan kasih sayang yang berlimpah dari orang tuanya, sekeras apa pun kehidupan di luar rumah, mereka akan mampu bersikap tegar.

Mencurahkan Waktu untuk Membersamai

Membersamai anak penyandang disabilitas tentu lebih membutuhkan kerja keras daripada anak lainnya. Namun, yakinlah, Allah tidak akan memberikan beban melebihi kemampuan hamba-Nya. Para orang tua yang dikaruniai anak dengan fisik yang tidak lengkap pastilah memiliki "pundak" yang kuat sehingga dipandang mampu oleh Allah untuk memikul amanah berupa anak yang istimewa.

Dengan fisik yang berbeda, penyandang disabilitas butuh usaha lebih keras untuk melatih kemandiriannya. Jika pada umumnya anak usia satu hingga dua tahun sudah bisa berjalan dan mulai mengucapkan satu dua kata, anak penyandang disabilitas bisa saja lebih lambat. Namun, hal ini harus dimaklumi dan disikapi dengan sabar. Yang terpenting, orang tua terus mengasuh dan mendidik anaknya agar menjadi pribadi yang mandiri sehingga tidak tergantung pada orang lain ketika dewasa.

Orang tua boleh saja mempekerjakan seseorang untuk mendampingi ananda, tetapi jangan sampai menyerahkan segala aspek pengasuhan dan pendidikan anak pada pengasuh. Kehadiran orang tua sangat dibutuhkan oleh anak untuk membangun kemelekatan antara keduanya. Posisi pengasuh hendaknya hanya membantu dalam pengasuhan, bukan mengambil alih. Sesibuk apa pun orang tua, sempatkan untuk membersamai anak sehingga terjalin kemelekatan yang akan berdampak besar dalam membangun kepercayaan diri anak.

Membentuk Quwah ar-Ruhiyah

Motivasi terkuat dalam hidup manusia bukanlah motivasi materi (harta) atau maknawi (popularitas, kehormatan, dll.), tetapi motivasi ruhiyah (spiritual). Anak penyandang disabilitas, sepanjang memiliki akal yang sempurna, bisa diajak berpikir tentang hakikat hidup di dunia ini. Orang tua bisa mengajak anak diskusi terkait keberadaannya di dunia adalah sebagai makhluk yang diciptakan Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya.

Orang tua juga hendaknya memahamkan anak bahwa kehidupan ini fana, bahkan ujian fisik yang dia alami juga fana, tidak selamanya. Kehidupan yang abadi adalah kehidupan akhirat. Itulah sebabnya, anak kita ajak untuk fokus pada akhiratnya. Sedangkan dunia hendaklah dipandang sebagai jalan untuk meraih kebahagiaan hakiki di akhirat kelak.

Fokus pada Hal yang Dimiliki

Alih-alih mengeluhkan kekurangan diri, anak sebaiknya diajak mensyukuri hal-hal yang dia miliki dan mengoptimalkannya. Sering kita lihat, orang yang tunanetra ternyata pendengarannya lebih tajam dari manusia lainnya. Ada juga orang yang tangan dan kakinya tidak lengkap, tetapi bisa berjalan, makan, sekolah, dan bahkan bekerja dengan fisik yang dia miliki.

Sosok Lee Hee Ah dari Korsel menjadi contoh nyata bahwa dengan fisik yang tidak lengkap, dia bisa melampaui kemampuan orang yang memiliki fisik lengkap. Meski hanya memiliki empat jari pada kedua tangannya, Lee Hee Ah bisa menjadi pianis hebat, melebihi orang lain yang memiliki sepuluh jari.

Yang terpenting adalah terus berusaha tanpa pantang menyerah. Yakinlah, Allah pasti akan memberikan pertolongan pada hamba-Nya yang sabar dan tidak berputus asa.

Menempuh Pendidikan

Pendidikan adalah jalan menuju kesuksesan. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Oleh karenanya, penyandang disabilitas juga berhak untuk sekolah, baik melalui jalur formal maupun nonformal, di sekolah umum, sekolah luar biasa, maupun homeschooling. Orang tua bisa konsultasi kepada ahlinya terkait pilihan sekolah yang terbaik untuk anak.

Dukungan Sistem

Demikianlah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan kepercayaan diri pada anak penyandang disabilitas. Dengan pendidikan yang tepat, anak-anak istimewa ini bisa bertransformasi menjadi orang-orang hebat.

Pada peradaban Islam, lahirlah para ulama yang memiliki keterbatasan fisik. Di antaranya adalah Imam Bukhari. Beliau adalah ahli hadis yang hafal ratusan ribu hadis. Padahal beliau pernah sakit hingga kehilangan penglihatannya saat kecil. Namun, disabilitas tersebut tidak menghalangi beliau berkarya untuk umat. Karya beliau yang paling terkenal adalah Sahih Bukhari, sebuah kitab hadis yang menjadi rujukan umat hingga hari ini. Ketika dewasa, atas kuasa Allah dan berkat doa sang ibunda, mata Imam Bukhari sembuh dan kembali berfungsi normal.

Tidak hanya Imam Bukhari, ada juga Imam Tirmidzi, ahli hadis yang juga mengalami kehilangan penglihatan. Demikianlah, dukungan sistem kehidupan yang diterapkan sangat berpengaruh pada pemenuhan hak penyandang disabilitas, termasuk hak untuk memperoleh pendidikan. Di dalam sistem Islam, pendidikan tersedia gratis dan berkualitas sehingga penyandang disabilitas bisa menuntut ilmu setinggi mungkin tanpa pusing memikirkan biayanya. Sebagai hasilnya, lahirlah orang-orang hebat yang bermanfaat bagi umat. Bahkan ketika raganya sudah "dipeluk bumi", pahala jariah dari karya-karyanya terus mengalir deras dari segenap penjuru bumi. Masyaallah! Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Ragil Rahayu (Tim Penulis Inti NarasiPost.Com )
Ragil Rahayu S.E Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Islamic Self Love
Next
Kurban dan Pengorbanan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Ketika melihat anak disabilitas, teringat ucapan salah satu ulama. "Jika mereka yang dalam pandangan manusia memiliki kekurangan secara fisik, namun sebenarnya bukankah mereka penghuni surga yang turun ke dunia"? Karena kekurangannya menutup salah satu celah dari perkara maksiat daripada yang memiliki fisik yang lengkap.

Reva Lina
Reva Lina
1 year ago

MasyaAllah, setujuh Anak disabilitas berhak bahagia mereka juga berhak mendapatkan perhatian apalagi pendidikan setinggi-tingginya. Dengan sistem Islam yang diterapkan sangat berpengaruh pada pemenuhan hak penyandang disabilitas, termasuk hak untuk memperoleh pendidikan. Di dalam sistem Islam, pendidikan tersedia gratis dan berkualitas sehingga penyandang disabilitas bisa menuntut ilmu setinggi mungkin tanpa pusing memikirkan biayanya. Sebagai hasilnya, lahirlah orang-orang hebat yang bermanfaat bagi umat.

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Semoga Allah memberikan kita semua kesabaran, keikhlasan, dan kemudahan dalam membersamai anak-anak menuju ketaatan kepada Allah. Aamiin

Saya salut dengan salah satu anak disabilitas yang bernama Kayla. Ia tunanetra dan penghafal Al-Quran. Ia tidak mau menerima bantuan agar matanya dapat melihat. Karena Kayla tidak ingin ketika melihat, justru ia melihat kemaksiatan.

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Sungguh, ada hikmah dibalik kondisi apapun..

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Sebagai orang tua yang memiliki anak disabilitas. Sabarnya harus luas. Tidak mudah memang tapi dg memahami anak itu adalah titipanNya maka akan terus membersamainya dg suka cita dan rasa syukur yg tinggi.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Masyaa Allah, anak dalam kondisi apa pun harus disyukuri karena ia amanah dari Allah, terlebih jika atas qadha Allah anak terlahir dalam kondisi tidak sempurna maka orang tua harus tambah sabar dan telaten dalam mendidik dan membimbingnya. Seperti artikel di atas banyak contohnya sehingga motivasi inilah yg harus ditanamkan dalam jiwa anak.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, setuju. Anak adalah amanah dan anugerah. Seperti apa pun kekurangan dan kelebihannya, tetaplah orang tua wajib bersyukur. Yang terpenting, orang tua harus terus membersamai anak-anaknya dalam segala kondisi.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
1 year ago

Masya Allah .... Orang tua yang memiliki anak yang istimewa adalah orang tua yang istimewa juga.

Ragil
Ragil
Reply to  Mariyah Zawawi
1 year ago

Betul sekali. Semoga kita semua dimampukan untuk membersamai anak kita hingga menjadi hamba Allah yang taat.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram