"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).”
Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com & Penulis)
NarasiPost.Com-Firman Allah Swt., "Ya Tuhan Kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia" (QS. Ali Imran: 191)
Penulis teringat obrolan dengan teman yang bertanya, apa bedanya dhiya dan nur, sementara artinya sama-sama cahaya? Saat itu penulis belum sempat mencari tahu apa perbedaannya. Setelah mencari tahu, coba menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Alam semesta, manusia, dan kehidupan ciptaan Allah. Betapa Maha Kuasa dan Maha Segalanya, Zat yang menciptakan semua ini yaitu Allah. Uniknya, semua yang Allah ciptakan tidaklah sia-sia melainkan pasti ada manfaat dan hikmahnya. Tugas manusia mengambil manfaat dan hikmah tersebut dengan berbekal akal yang diberikan oleh Allah. Maka sejatinya, jika akal manusia digunakan dengan sebaik-baiknya akan mendapati bahwa semua ciptaan Allah menambah keyakinan dan keimanan pada-Nya.
Contoh, bergantinya siang dan malam, siapa yang bisa melakukan itu? Hanya Allah. Hikmahnya, agar siang dijadikan oleh manusia untuk beraktivitas, bekerja, menuntut ilmu, dan sebagainya. Sementara malam, untuk beristirahat ketika sudah lelah seharian beraktivitas. Allah ciptakan matahari dan bulan, manfaat matahari banyak sekali, di antaranya sebagai sumber energi, berjemur, dan lainnya. Manfaat bulan menerangi manusia di malam hari agar tidak gelap gulita.
Perbedaan Dhiya dan Nur
Di dalam Al-Qur'an surah Yunus ayat 5, Allah menyebutkan kata matahari dan bulan secara bersamaan.
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui."
Kata dhiya merupakan bentuk jamak dari dhau yang bermakna sesuatu yang terpancar dari benda-benda yang bercahaya. Dhau berbeda dari nur. Dhau yaitu pancaran yang bersumber dari sesuatu yang bersinar, sedangkan nur merupakan pancaran yang bersumber dari selainnya. (Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam Al-Mu'jam Al-Mufahras li Alfadz Al-Qur'an ).
Memperhatikan ayat di atas, matahari memancarkan sinar atau cahaya dari dirinya disebut dhiya, sementara cahaya bulan yang berasal dari yang lain disebut nur. Al-Qur'an menyebut kata dhiya sebanyak tiga kali dalam bentuk jamak, yaitu pada QS. Yunus: 5, QS. al-Anbiya: 48 dan QS. Al-Qashash: 71. Sedangkan lafaz nur (cahaya) ada 43 di dalam Al-Qur'an dengan berbagai turunan ada 49 lafaz, 39 ayat dan 23 surah yang berbeda.
Di dalam sumber lain, cahaya atau sinar matahari disebut dhiya karena mengandung cahaya yang sangat kokoh dan lebih sempurna ketimbang nur atau cahaya yang sinarnya lebih lemah. Pada ayat di atas keduanya disebutkan secara berbeda agar manusia bisa membedakan antara siang dan malam. Hal ini menunjukkan sinar matahari mempunyai endurance strong (daya tahan yang lebih kuat) dan lebih sempurna daripada cahaya rembulan. (Tantawy di dalam Tafsir al-Wasith (1/2080))
Cahaya matahari datang dari dalam dirinya yaitu zat pembakar yang ada dalam tubuh matahari itu tak pernah habis dan tidak didatangkan dari luar. Matahari adalah salah satu di antara ribuan keajaiban dari Allah yang sangat menakjubkan manusia yang suka berpikir.
Manfaat Diciptakan Matahari dan Bulan
Dari surah Yunus ayat 5, ada tiga aspek penting terciptanya matahari dan bulan, yaitu:
Pertama, dalam ayat ini Allah menggunakan matahari dan bulan dengan sebutan yang berbeda. Meskipun kedua benda langit ini sama-sama memancarkan cahaya ke bumi, namun sebutan cahaya dari keduanya selalu disebut secara berbeda. Pada ayat tersebut, matahari disebut dengan sebutan dhiya dan bulan dengan sebutan nur. Untuk membedakan sifat cahaya yang dipancarkan oleh kedua benda tersebut.
Ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa cahaya matahari berasal dari reaksi nuklir yang menghasilkan panas yang sangat tinggi dan cahaya yang terang benderang. Sedangkan cahaya bulan hanya berasal dari pantulan cahaya matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan ke bumi. Istilah yang berbeda ini menunjukkan bahwa Al-Quran berasal dari Allah Sang Pencipta, karena pada waktu Al-Qur'an diturunkan pengetahuan manusia belum mencapai pemahaman seperti sekarang.
Kedua, penegasan dari Allah bahwa matahari dan bulan senantiasa berada pada garis edar tertentu (wa qaddarahu manazila). Garis edar ini tunduk pada hukum yang telah dibuat Allah, yaitu hukum gravitasi yang menjelaskan bahwa ada gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki masa. Besarnya gaya tarik menarik ini berbanding lurus dengan massa dari kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara keduanya. Newton yang memformulasikan hukum gravitasi pada abad ke-18.
Ketiga, ketentuan Allah tentang garis edar yang teratur dari bulan dan matahari dimaksudkan agar supaya manusia mengetahui perhitungan tahun dan ilmu hisab (litalamu adad as-sinina walhisab). Bisa dibayangkan, jikalau bulan dan matahari tidak berada pada garis edar yang teratur, atau beredar secara acak, bagaimana manusia dapat menghitung lamanya waktu satu tahun atau satu bulan? Maha Suci Allah yang telah menetapkan segalanya bagi kemudahan manusia.
Jelas perbedaan antarsinar yang ada pada matahari dan bulan. Sinar matahari lebih keras dari cahaya bulan. Sinar matahari itu terdiri atas tujuh warna dasar, sekalipun dalam bentuk keseluruhannya kelihatan berwarna putih, sedang cahaya bulan adalah lembut, dan menimbulkan ketenangan bagi orang yang melihat dan merasakannya. Sinar matahari seperti disebutkan di atas adalah sumber hidup dan kehidupan, sumber gerak tenaga dan energi. Sementara cahaya bulan adalah penyuluh di waktu malam.
Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada orang-orang yang mau menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan kepada orang-orang yang mau mengakui kenyataan serta beriman berdasarkan bukti-bukti yang ada. Tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah tidak akan memberikan manfaat sedikit pun bagi orang-orang yang tidak ingin mencari kebenaran, yang hatinya dipenuhi rasa dengki. Allahu a’lam Bishawab.[]
Kak, apakah ada keterkaitan antara hadits bahwa shalat adalah nuur dan sabar adalah dhiyaa dengan ayat minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat?
Bisakah keduanya dihubungkan dengan ayat yang dikutip dalam tulisan ini? Jazaakillahu khaira
Masya Allah. Baru tahu jika cahaya di sebutkan dengan Dhiya, tidak sebatas nur. Dan ternyata memiliki perbedaan karakteristik. Jazakillah atas ilmunya.
Sama-sama, saya juga tahunya setelah menulis dan coba baca-baca
Matahari yang besarnya jauh tak sebanding dengan manusia saja tunduk patuh pada Allah SWT.. bagaimana bisa manusia yang notabene makhluk yang lemah berpaling dari aturanNya?
Betul
MasyaAllah Tabarakallah, Tulisan yang bermanfaat sekali untuk saya yang belum mengenal sejauh ini. Barakallah Mbak Next ditunggu tulisannya yang lain
Jazaakillah khair ❤️
Masyaallah barakallah naskah ini mencerahkan sy. Baru tahu tentang cahaya yang terpancar dari matahari itu namanya dhiya. Ternyata dhiya dan nur memang berbeda. Jazakillah khairan penulis dan NP. Keren.
Waiyyaki
MasyaAllah .....barakallah ilmunya
Wa fiik barakallah ❤️
MasyaAllah, pembahasan yang menarik.. jazakumullah khoiron katsiron
Jazaakillah khair