Mengembalikan Peran Ibu yang Terlanjur Abu-Abu

"Ketika seorang ibu bekerja tanpa kenal waktu, hal itu justru akan menimbulkan masalah dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Oleh karena itu, harus ada pemahaman yang benar tentang mulianya peran seorang ibu. Bahwa ibu punya tugas mulia sebagai pengatur rumah tangga dan pendidik utama bagi anak-anaknya."

Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi robbil ‘alamin wabihi’ nasta’iinu wa ‘ala ‘umuriddunya waddin, wassholatu wassalamu ‘ala ashrofil ‘anbiyaa’i walmursalin, wa’ala aalihi wasohbihi ajma’iin. Amma ba’du.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat sehat, waktu sempat, dan rahmat-Nya sehingga kita dapat bersua kembali di forum sharing kepenulisan yang Insyaallah diberkahi oleh Allah Swt.

Tak lupa, selawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan semoga kita bisa memperoleh syafaatnya di yaumil akhir. Aamiin yaa Rabbal'aalamiin

Semoga semua sahabat salihah di grup ini selalu sehat semangat dan taat dalam menjalani hari-hari yang penuh berkah. Dan tidak lupa pula untuk selalu bahagia bareng keluarga tercinta. Saya ucapkan jazakillah khair untuk Mom Andrea yang sudah memberi kesempatan kepada saya untuk bersama-sama sahabat salihah dalam berbagi pengalaman. Juga untuk para admin grup ini yang sudah memberikan kesempatan kepada saya pada malam hari ini.

Langsung saja saya ingin sedikit berbagi cerita tentang suara hati seorang ibu (SHSI) ketika melihat berbagai permasalahan umat terutama para remaja. Karena saya sebagai seorang ibu terang-terang sangat sedih dengan kondisi generasi muda saat ini yang jauh dari Islam. Salah satu penyebabnya adalah peran ibu yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Peran ibu kini sudah luntur terkikis oleh berbagai pemikiran yang jauh dari Islam. Kondisi tersebut membuat seorang ibu sudah tidak lagi bangga dengan perannya yang mulia. Kita bisa melihat peran ibu sekarang hanya sebatas peran biologis yaitu mengandung dan melahirkan.

Setelah anak-anak lahir tugas ibu dianggap selesai. Air susu ibu terganti oleh susu sapi. Pengasuhan dan pendidikannya sudah tidak di tangan ibunya lagi tetapi berpindah kepada pembantu atau baby sister. Itu terjadi di kalangan orang yang mampu.

Untuk kalangan yang tak mampu, biasanya dititipkan kepada kakek atau neneknya. Peran ibu juga sudah sangat jauh dari peran ideal. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya pemberitaan di media masa yang tidak jauh-jauh dari kasus ibu yang membuang dan membunuh anaknya. Ada juga yang menganiaya dan bahkan menjualnya.

Di sisi lain, ada ibu -ibu berjiwa sosialita yang sibuk dengan dunianya sendiri. Sibuk dengan karier, traveling, shoping dan bergaul dengan komunitasnya. Mereka sudah tidak lagi punya waktu untuk buah hatinya. Mereka tidak menyadari bahwa anak tidak sekadar dicukupi dengan materi. Tetapi anak-anak juga butuh kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, terutama Ibu. Dengan kondisi tersebut, bagaimana mungkin peran ibu yang begitu penting akan mampu mencetak generasi hebat? Bagaimana bisa tercipta generasi yang punya mental kuat dalam menjalani hidup ini?

Tanpa disadari, peran ibu nyatanya telah terpapar pemikiran rusak yang mengaburkan dan menguburkan peran ibu yang mulia. Hal itu karena pemikiran rusak saat ini mengiming-imingi perempuan untuk sejajar dengan laki-laki. Juga untuk tidak hanya ada di rumah dengan segala urusannya yang dianggap membelenggu potensi dan kemampuan perempuan untuk bekerja.

Padahal ketika seorang ibu bekerja tanpa kenal waktu, hal itu justru akan menimbulkan masalah dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Oleh karena itu, harus ada pemahaman yang benar tentang mulianya peran seorang ibu. Bahwa ibu punya tugas mulia sebagai pengatur rumah tangga dan pendidik utama bagi anak-anaknya. Dengan pemahaman tersebut seorang ibu tidak akan merasa malu dengan perannya tersebut.

Di sini ada beberapa hal untuk mengoptimalkan peran seorang ibu, di antaranya:

1.Berusaha memperbaiki diri.

  1. Menjadi teladan yang baik bagi anaknya.
    3.Memilih metode pendidikan yang baik bagi anaknya
    4.Kesungguhan dan keseriusan dalam mendidik anaknya.
  2. Berusaha untuk bisa menjadi tempat berlindung bagi anak saat mereka masih kecil dan menjadi teman ketika mereka remaja.

Hal itu akan menjadi mudah ketika ada peran masyarakat dan negara yang mendukung pendidikan bagi rakyat berbasis Islam. Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. sebagai berikut,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Artinya: "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas menjadi bukti betapa mulianya peran ibu sehingga anak diperintahkan untuk berbakti 3× lebih banyak dari seorang ayah. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi untuk tidak melakukan tugas mulia sebagai seorang ibu. Dari tangan dingin seorang ibu yang hebat akan lahir generasi hebat untuk melanjutkan perjuangan mulia demi tegaknya peradaban mulia.
Wallahu'alam bi ash-shawwab.

Pertanyaan.

  1. Assalamu'alaikum, izin tanya, saya suka membaca komentar di Facebook perkara para istri yang mengeluhkan perihal karakter suaminya, sehingga seolah menyedot energi besar bagi para istri yang notabene seorang ibu. Bagaimana cara agar sang ibu bisa rida dengan kondisi suami/rumah tangganya sehingga bisa fokus menjadi ibu yang baik? (R Bilhaq)

Jawaban:
Wa'alaikumsallam warohmatullahi Wabarakaatuh. Jazakillah khair untuk pertanyaannya. Sebenarnya untuk urusan karakter suami, sang istri yang lebih paham. Karena karakter tiap orang pasti berbeda-beda. Di sinilah penting untuk bisa menerima kekurangan dan kelebihan pasangan kita. Sebab pada dasarnya sebuah rumah tangga itu bukan menyamakan segala hal tetapi saling mengisi satu sama lain agar bisa saling mendukung untuk menggapai rumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah. Wallahu a'lam.

  1. Sebagai ibu yang bekerja, saya juga merasa perhatian yang kurang pada anak, tetapi berusaha mendisiplinkan diri mendampingi anak belajar (mengaji, dan lain-lain) bakda Magrib dan sehabis Subuh. Idealnya dalam Islam apakah seharusnya seorang ibu sebaiknya tidak bekerja atau boleh bekerja saat anak-anak sudah dewasa? (Asma Faoriyah)

Jawaban :
Dalam Islam, kewajiban mencari nafkah merupakan kewajiban semua. Sedang bagi perempuan hukumnya mubah/boleh tetapi jangan sampai mengabaikan tugas utamanya dalam mendidik anak. Wallahu a'lam

  1. Masyaallah, materi yg penuh daging. Syukron Mbak Atien. Izin bertanya. Begitu banyak peran ibu, bagaimana bisa menunaikan semua peran tersebut secara maksimal? Terlebih masih ada amanah dakwah yang juga harus ditunaikan, termasuk menulis opini Islam ideologis. Jazakillah khairan jawabannya. (R. Raraswati)

Jawaban :
Nggih, Mba. Intinya kita bisa membagi waktu dengan baik. Dan itu memang tidak mudah. Saya pun masih harus belajar untuk itu. Tetapi yakinlah pasti Allah Swt. akan memberikan kemudahan. Wallahu a'lam

  1. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Izin bertanya Mbak Atien, bagaimana caranya mengembalikan peran ibu sebagai ummu warrabatul bait dalam kondisi sekarang? Di sisi lain kebutuhan makin mahal sehingga mengharuskan seorang ibu bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari yang berakibat pada terbengkalainya pengasuhan anak. (Nur Fatimah)

Jawaban:
Wa'alaikumsallam warohmatullahi Wabarakaatuh. Betul sekali Mbak. Kondisi sekarang sangat tidak ramah kepada peran ibu. Karena itu memang dibutuhkan pemahaman yang benar dari seorang ibu. Ketika seseorang ibu bekerja boleh saja yang penting anak-anaknya tetap nomer satu. Karena memang harus ada peran negara yang nantinya akan memberikan lapangan kerja yang mudah untuk para suami, agar para istri bisa maksimal dan nyaman dalam mendidik anak-anaknya tanpa rasa takut karena kebutuhan tercukupi. Wallahu a'lam

  1. Assalamualaikum. Saya Neni. Izin bertanya Mbak, menghadapi remaja saat ini 'kan enggak mudah, bukan hanya faktor internal dari seorang ibu. Kadang di rumah sudah dijaga, dididik, namun ketika ke sekolah bertemu lingkungan teman-teman sekolah yang kurang kondusif. Sehingga membuat anak kita "beda" dari yang lainnya. Maksudnya ketika teman-teman mengajak hal negatif, anak kita diam menyendiri tidak ikutan. Nah bagaimana menguatkan anak remaja agar tetap berpegang teguh pada Islam, meski sering dicemooh misal dikatakan 'sok alim', 'sok ukhti', di tengah lingkungan yang tidak kondusif(sekolah negeri)? Ada tipnyakah? Sementara untuk masuk sekolah berbasis Islam atau pesantren 'kan dananya lumayan juga Mbak belum terjangkau.

Jawaban:
Wa'alaikumsallam warohmatullahi Wabarakaatuh. Sama Mbak, saya juga ibu dari 3 remaja. Tentunya kita harus menanamkan pemahaman bahwa mereka sudah terkena kewajiban untuk menunaikan hukum syarak. Selain itu anak mereka juga untuk mengikuti kajian remaja. Karena lingkungan memang berpengaruh terhadap tingkat laku anak. Yakinlah juga bahwa segala cemoohan itu merupakan bagian kecil dari hal-hal yang nantinya akan mereka hadapi kelak. Wallahu a'lam

  1. Assalamualaikum wr. wb. Izin bertanya ustazah, bagaimana mendidik anak remaja sekarang yang super duper tingkahnya? Malas salat harus senantiasa diingatkan, pun pengaruh gadget yang tak bisa lepas. Karena setiap anak remaja sekarang punya handphone yang diwajibkan oleh sekolah.. Bagaimana agar anak itu lebih rajin lagi ke masjid baca Al-Qur'an dan menghadiri majelis ilmu biar enggak malas-malasan? (Yanti Yunengsih)

Jawaban :
Wa'alaikumsallam warohmatullahi Wabarakaatuh. Itu masalah para ibu nggih Mbak. Intinya jangan bosan untuk mengingatkan, sembari memberikan pemahaman bahwa salat, baca Al-Qur'an itu nantinya pahalanya untuk diri mereka sendiri dan juga tegaskan bahwa ada konsekuensi ketika meninggalkan perintah tersebut. Tentu dengan bahasa yang tidak membuat anak merasa digurui. Jangan lupa kenalkan dan ajak mereka ke kajian buat remaja. Sehingga mereka punya circle yang sefrekuensi. Wallahu a'lam

  1. Assalamu'alaikum, ijin bertanya Bu. Apa yang harus dilakukan seorang ibu yang mempunyai suami malas bekerja/kurang kreatif dalam berusaha. Sehingga ibu tersebut harus memutar otak agar asap dapur terus mengepul. Sehingga perhatian terasa kurang dan sering terbawa emosi. (Dyah Rini)

Jawaban :
Wa'alaikumsallam warohmatullahi Wabarakaatuh. Nggih Mbak. Intinya komunikasi yang baik dengan suami. Karena memang zaman sekarang lapangan kerja buat laki-laki sangat terbatas. Bicaralah dengan bahasa yang tidak menyakiti suami, karena bagaimanapun beliau seorang kepala keluarga. Jangan lupa untuk berdoa agak beliau segera sadar dan bisa mendapatkan pekerjaan. Wallahu a'lam.

  1. Bertanya lagi jika diizinkan. Bagaimana cara me- manage waktu dalam sehari sebagai seorang ibu, istri, hamba Allah dan juga pengemban dakwah? (R Bilhaq)

Jawaban: Nggih Mbak. Pertama, selesaikan pekerjaan rumah yang dirasa paling penting. Misalnya siapkan masakan untuk anak dan suami Kedua, jika ada agenda dakwah yang mendadak, mungkin bisa bangun lebih pagi. Mungkin itu Mbak. Afwan.

  1. Saat ini kita dihadapkan pada pilihan yang tidak kita inginkan. Memilih tidak bantu bekerja, anak dalam pengasuhan dan pendidikan ibu dengan risiko segala ketidakmampuan dari sisi ekonomi hingga resiko stunting. Atau tetap memilih perbaikan ekonomi keluarga namun mengorbankan waktu emas mendidik anak? Minta penjelasannya ustazah. (Hanimatul Umah)

Jawaban:
Nggih Mbak. Kalau bisa memilih mungkin pilih bisa mendidik anak saja tetapi kebutuhan terpenuhi. Tetapi sekali lagi terkadang hidup ini tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Itulah ladang pahala bagi kita sebagai seorang ibu. Dari sisi ekonomi mungkin kekurangan tetapi kita tidak kehilangan momen terindah bersamag buah hati tercinta. Momen itu yang tidak akan terulang ketika kita melewatinya. Semoga dengan kita mencoba memaksimalkan peran kita, kemudahan dari Allah akan kita dapatkan.

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Atien Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Wisata Luar Angkasa, Sensasi atau Prestasi?
Next
Prostitusi Online via miChat, Jalan Buruk Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

lika liku menjadi IRT.. namun yakinlah, ada Allah SWT Yang Maha Besar menolong setiap para hamba-Nya..

Dyah Rini
Dyah Rini
1 year ago

Luar biasa sharing ilmunya oleh Mbak Atien. Menyadarkan para ibu yang perannya bukan remeh-temeh, tapi sangat penting sekali. Dari tangannyalah terbentuk generasi yang bisa membangun peradaban gemilang. Semoga kita dimampukan untuk mewujudkannya. Aamiin.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, sharingnya luar biasa. Kapitalisme memang membuat peran mulia ibu semakin terkikis, bahkan nyaris hilang. Padahal, ibu adalah tonggak utama bagi anak-anaknya. Semoga kita tetap menjadi ibu yang terjaga kewarasan dan keimanannya di tengah sistem yang sangat merusak ini.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Jazaakillah khoyr sharing ilmunya mbak Atien. Semoga kita bisa memaksimalkan potensi kita sebagai ibu yang berat menghadapi tantangan zaman dan gempuran dari berbagai sisi.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Kokoh peran ibu dalam bingkai penerapan Islam secara sempurna

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Masyaallah, sharing yang sangat bermanfaat. Jazakumullah khoiron katsiron.

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Keberadaan seorang ibu di tengah gempuran sekularisme benar2 dipertaruhkan. Jika tdk membentengi diri dg iman yg kokoh maka akan mudah tergerus arus pergaulan rusak dan kesenangan sesaat. Sehingga meninggalkan fungsi utamanya sbg ummun wa rabatul bait. Padahal kesempatan membersamai masa kecil si buah hati tak akan terulang kedua kali.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram