"Karena pada faktanya, sistem ini telah berhasil mengempaskan kemakmuran rakyat ke dalam jurang terdalam, serta melangitkan kekayaan segelintir pengusaha. Sistem ini juga telah berhasil membentangkan jarak antara si kaya dan si miskin, serta membuat perputaran kekayaan hanya untuk orang kaya saja (para kapitalis)."
Oleh. Nilma Fitri S. Si
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam situs bca.co.id, 23/05/2023, Bank Central Asia (BCA) mengeluarkan pemberitahuan bagi nasabahnya untuk lebih mengenal serangan ransomware dan tips keamanannya. Hal ini sebagai tindak lanjut dari kekhawatiran nasabah BCA yang sempat mengalami eror pada layanan BCA Mobile pada (14/05) lalu. Nasabah BCA khawatir terjadi serangan ransomware seperti yang dialami BSI.
Sebelumnya, ransomware telah menyerang sistem Bank Syariah Indonesia (BSI). Nasabah BSI dibuat syok dengan terhentinya seluruh pelayanan perbankan dari BSI. Jaringan ATM, mobile banking serta kantor cabang perusahaan tidak bisa diakses selama 4 hari lamanya. Nasabah tidak bisa melakukan apa pun karena BSI mati sesaat.
Masyarakat gempar. Kekhawatiran pun menyelimuti sebagian besar umat Islam di Indonesia sebagai nasabah mayoritas pengguna layanan BSI. Layanan bank syariah terbesar di Indonesia dilaporkan lumpuh selama lebih kurang lima hari.
Dikutip dari bbc.com, (16/5/2023), lumpuhnya layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) diduga kuat karena serangan siber ransomeware. Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan, BSI telah dapat dipulihkan pada pada Sabtu (13/05) dan prioritas BSI adalah menjaga data dan dana nasabah.Kendati demikian, menurut Kepala Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Dr. Pratama Persadha, sistem pertahanan siber bank-bank di Indonesia, tidak kuat. Karena tidak hanya BSI, tetapi juga bank-bank lain sudah beberapa kali kena retas.
Kelompok ransomware LockBit mengaku bertanggung jawab atas apa yang menimpa BSI. Mereka dikabarkan telah berhasil mencuri data 15 juta nasabah dan karyawan berupa data pribadi, transaksi, dokumen bank, bahkan kata sandi layanan BSI.Dark Tracker mengungkap, kelompok ransomware LockBit akhirnya telah membuat semua data BSI yang telah mereka 'sandera,' bocor ke publik di dark web karena periode negosiasi telah berakhir (kompas.com, 17/5/2023).
Mengenal Fakta Ransomware
Dilansir dari microsoft.com, ransomware (perangkat pemeras) adalah suatu jenis perangkat lunak berbahaya atau program jahat yang mengancam korban perusak yang dirancang sebagai penghalang akses kepada sistem komputer atau data demi tebusan yang harus dibayar. Bekerja dengan mengunci sistem hingga melumpuhkan akses komputer sampai tebusan dibayarkan oleh korban. Ransomware sendiri merupakan singkatan dari kata ransom (tebusan) dan malware (program/perangkat lunak berbahaya.
Kecanggihan teknologi ternyata tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi sekaligus juga dampak negatif yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ransomware merupakan salah satu bukti dampak negatif teknologi yang berhasil membobol keamanan banyak bank di Indonesia. Data-data nasabah dan data pribadi pengguna pun dalam ancaman kebocoran. Efeknya sangat fatal. Korban tidak bisa melakukan transaksi atau pengambilan dana.
Tidak hanya BSI, ransomware juga pernah menyerang Bank Indonesia (BI), juga bank-bank lain di luar Indonesia. Selain perbankan, sasaran ransomware juga pernah menyerang institusi pemerintahan, pendidikan, korporat, bahkan individu sebagai korban mereka. Apalagi jenis virus malware yang mereka gunakan pun semakin canggih dan banyak jenisnya. Mereka memanfaatkan korban dengan meminta tebusan uang sebanyak-banyaknya.
Namun target perbankan adalah sasaran yang paling empuk. Karena perbankan merupakan sistem keuangan utama dalam perekonomian kapitalisme saat ini. Hampir semua lembaga, tidak hanya perekonomian, menggunakan bank sebagai tempat penyimpanan uang dan transaksi ekonomi. Sehingga kerusakan yang terjadi pada industri perbankan akan turut merambah kepada industri dan lembaga-lembaga lain. Begitu hebatnya ransomware mengguncang sistem perbankan ini hingga mampu melumpuhkan gerak sistem ekonomi kapitalisme.
Eksistensi Bank
Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan perekonomian. Mereka bebas bersaing dan berkompetisi dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya dengan berbagai cara. Keterlibatan negara di sistem ini sangat minim, atau bahkan tidak turut sama sekali, dan diserahkan kepada swasta.
Ekonomi diatur oleh mekanisme pasar, dan setiap orang bebas menimbun kekayaan. Dan apabila pihak swasta ingin mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, maka peranan modal pribadi menjadi sangat penting di sistem ini. Dan Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalisme ini.
Fokus sistem kapitalisme sangat kentara dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Kebebasan dalam persaingan ekonomi, menyebabkan orang dengan modal dan ekonomi rendah tidak akan mampu bersaing. Sebaliknya para konglomerat (kaum kapitalis) akan semakin cepat dan mudah memperkaya diri mereka. Sehingga mampu mengendalikan ekonomi negara sesuai dengan kepentingan mereka. Keserakahan kaum kapitalis bermodal besar inilah yang mempelopori berdirinya lembaga perbankan.
Dengan lembaga perbankan, ekonomi nonriil sebagai ciri dari pemberdayaan ekonomi kapitalisme dijalankan. Bank akan mengeruk dana masyarakat dengan cepat dari sektor riil, kemudian dengan cepat pula dana tersebut dimanfaatkan para kapitalis sebagai modal untuk meraup keuntungan pada sektor nonriil. Mulai dari tabungan deposito, obligasi, investasi reksa dana, pembelian saham di bursa saham, bermain valuta asing atau yang saat ini sedang ngetren investasi uang crypto. Bank juga akan memanfaatkan dana masyarakat ini sebagai pemberian kredit atau pinjaman dengan bunga.
Sedangkan dana masyarakat dari sektor riil yang disalurkan melalui bank, baik berupa tabungan dan deposito, akan mendapat bunga sebagai kompensasi pembagian keuntungan dana yang telah diputar oleh bank. Lalu sebenarnya, siapakah yang paling diuntungkan dengan adanya bank ini? Ya, mereka adalah para pemilik modal (konglomerat) bank atau para kapitalis.
Begitulah sektor nonriil ekonomi kapitalisme. Menjadikan uang sebagai komoditas industri demi memperoleh keuntungan dalam bentuk riba. Uang bisa tumbuh dengan uang. Penggunaan modal investasi ke pasar saham, ibarat pasar judi yang mendunia dengan akad dan transaksi yang tidak jelas. Banyak sekali pelanggaran-pelanggaran aturan Islam yang dijalankan sistem ekonomi kapitalisme ini. Di sinilah busuknya sektor nonriil dan zalimnya sistem ekonomi kapitalis. Uang banyak diputar pada sektor nonriil sekaligus mengambil keuntungan dari sektor riil dengan menarik bunga.
Bank Pendongkrak Ekonomi Kapitalisme
Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi yang mengumpulkan dan menyalurkan dana masyarakat untuk modal investasi aset produksi, sangat krusial dalam sistem saat ini. Bank disinyalir mampu menunjang pembangunan nasional dan meningkatkan ekonomi rakyat banyak dalam sistem kapitalisme. Peran inilah yang menjadikan bank sebagai alat penting untuk mendongkrak ekonomi kapitalisme. Keberadaannya ibarat darah kehidupan kapitalisme, pun dengan sistem riba yang dijalankan oleh bank. Maka kepercayaan nasabah (masyarakat) kepada bank bak urat nadi kehidupan bank itu sendiri.
Oleh sebab itu, serangan ransomware pada lembaga perbankan sangatlah destruktif. Selain memberikan dampak hilangnya kepercayaan konsumen pada bank, serangan ini pun mampu melumpuhkan aktivitas negara dan bisnis yang bersinggungan dengan bank. Pastilah ekonomi kapitalisme akan terguncang, apabila masyarakat secara besar-besaran menarik dana mereka dari bank. Sehingga akan menghentikan kucuran modal investasi para kapitalis dan berimbas kepada berhentinya roda perekonomian negara.
Kapitalisme Biang Kerok Kemiskinan
Sekularisme sangat kental mewarnai ekonomi kapitalisme. Memisahkan aturan agama dari kehidupan, menghalalkan riba dan perjudian berpadu menjadi satu demi menjalankan roda ekonomi. Materi menjadi tujuan hidup, dan aturan agama tercampakkan demi menghamba pada kekayaan. Tak heran, jika bank yang kental dengan riba, diusung sebagai pendongrak ekonomi dan mengedepankan sektor nonriil.
Sangatlah tidak sehat apabila sistem ekonomi masih mengandalkan kapitalisme. Karena pada faktanya, sistem ini telah berhasil mengempaskan kemakmuran rakyat ke dalam jurang terdalam, serta melangitkan kekayaan segelintir pengusaha. Sistem ini juga telah berhasil membentangkan jarak antara si kaya dan si miskin, serta membuat perputaran kekayaan hanya untuk orang kaya saja (para kapitalis).
Ekonomi Sehat dengan Islam
Islam bukan hanya sekadar agama yang mengatur manusia dengan Pencipta. Tetapi juga mengandung aturan syariat kehidupan yang wajib ditaati manusia demi kemuliaan dan kesejahteraan hidupnya di dunia dan akhirat. Dari aspek ekonomi, pengaturan Islam senantiasa akan diberikan hanya untuk kesejahteraan rakyat. Karena, kesejahteraan dalam Islam diukur berdasarkan terpenuhinya kebutuhan setiap individu masyarakat.
Maka dari itu, demi mewujudkannya, sistem ekonomi Islam membagi kekayaan dalam bentuk tiga kepemilikan, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan negara, dan kepemilikan umum. Pada kepemilikan umum, sumber daya alam baik gas, minyak bumi, tembaga, emas, perak, termasuk semua yang berada dalam perut bumi dan dapat menghasilkan energi, pun kekayaan air adalah milik rakyat. Negara hanya boleh mengelolanya untuk kebutuhan dan kesejahteraan rakyat. Negara juga tidak boleh memindahtangankan kepada swasta, individu, apalagi diserahkan kepada pihak asing.
Islam pun tetap membolehkan masyarakatnya menabung, yaitu menyimpan uang untuk keperluan tertentu. Seperti pendidikan, kesehatan, mengumpulkan modal usaha, dan lain sebagainya. Tetapi bukan dalam bentuk penyimpanan dalam lembaga perbankan sebagaimana ciri khas dalam sistem ekonomi kapitalisme.
Dalam Islam, konsep tabarru' (tolong-menolong dengan harta tanpa kompensasi) seperti wajibnya zakat, perintah berinfak dan bersedekah, hibah, hadiah, wakaf, 'ariah (pinjaman barang) atau bentuk lain seperti qardh (utang-piutang), dan hawalah (pengalihan beban utang dari pengutang kepada pihak lain yang menanggung), akan mengukuhkan ikatan silaturahmi antara yang kaya dan miskin. Sehingga kesenjangan ekonomi yang kerap terjadi di masyarakat kapitalis tidak akan terjadi dalam masyarakat Islam.
Cara Islam Mendongkrak Ekonomi
Sistem ekonomi kapitalisme yang penuh spekulasi dan riba, sangat bertentangan dengan Islam. Bisnis sektor nonriil yang menjadikan uang sebagai komoditas industri, memberikan keuntungan berupa riba adalah haram dalam pandangan Islam. Allah Swt. berfirman, "Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". (TQS. Al-Baqarah: 275)
Oleh sebab itu, Islam akan menjauhkan bank yang kaya akan sejuta praktik riba dari sistem ekonominya. Rasulullah saw. bersabda, “Jika zina dan riba telah tersebar luas di suatu kampung, maka sungguh mereka telah menghalalkan atas diri mereka sendiri azab Allah". (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani)
Maka tidaklah heran, apabila banyak masyarakat kapitalisme sulit lepas dari garis kemiskinan. Karena praktik riba yang sangat jelas diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Islam juga tidak memandang uang sebagai barang dagangan (komoditas), melainkan sebagai alat pembayaran saja. Islam pun sangat menentang transaksi semu (sektor nonriil) seperti yang terjadi di pasar uang atau pasar modal saat ini.
Karena dalam sektor nonriil, selain kental dengan ribanya, banyak sekali terjadi akad-akad batil yang diharamkan. Obligasi, permainan pasar saham, pemindahtanganan kertas berharga, hingga sarana penipuan dan manipulasi yang boleh dan dilakukan dalam sistem ekonomi kapitalisme, sehingga akan sangat merugikan masyarakat.
Oleh karenanya, Islam memberikan solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar bermanfaat secara luas bagi masyarakat. Yaitu dengan pelarangan riba dan menumbuhkan sektor riil. Riba sama sekali harus dijauhkan dari ekonomi, demi mengendalikan inflasi. Sehingga daya beli masyarakat terjaga dan kestabilan ekonomi terwujud.
Islam menyuruh masyarakat untuk membelanjakan hartanya pada sektor riil. Bisa dengan membuka usaha atau melakukan syirkah (akad kerja sama) dengan pihak lain. Islam pun melarang agar harta tidak beredar pada kalangan konglomerat saja. Allah Swt. berfirman, "… agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu." (TQS. Al-Hasyr: 7)
Islam juga akan mengarahkan modal pada usaha produktif melalui kerja sama ekonomi dan bisnis, sehingga tercipta keselarasan antara sektor riil dan finansial untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan berkesinambungan. Kestabilan ekonomi akan membawa pengaruh besar pada taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Sistem kapitalisme pun dengan berbagai macam cara mengemas lembaga perbankan agar tetap menarik perhatian umat Islam. Bank syariah salah satunya. Semua aktivitas perbankan dicocok-cocokkan dengan Islam, akad transaksi dilabeli nama Islam. Agar umat muslim teperdaya dengan sistem riba dan akadnya yang batil. Kapitalis tentu saja akan tetap mendapat surplus dan perbankan syariah bagaimanapun akan tetap seirama dengan kapitalisme.
Untuk itu, sudah saatnya umat Islam bangkit. Kekuatan ekonomi kapitalis tak bertenaga tanpa dukungan masyarakat. Kesejahteraan rakyat dan stabilnya ekonomi negara, hanya akan dapat dicapai dengan mengembalikan sistem Islam secara kaffah ke tengah-tengah masyarakat.
Allahu a'lam bish shawab.[]
Selama negara bahkan dunia masih menerapkan sistem kufur, maka bank dan riba tidak akan bisa musnah. Padahal jelas sekali, riba ada sumber malapetaka..
Hanya sistem Islam yang akan memberi rasa aman dan mengelola harta umat dengan sangat baik