Kini aku pun mulai pahami
Kala semua menuntut emosi
Para kesatria berotot besi
Hanya bahasa bedil nyaring berbunyi
Bahasa para kesatria yang lupa hati nurani
Oleh: Etti Budiyanti
Bumiku menangis, pilu menyayat
Mentari pun turut tergugu, enggan semburat
Argumentasi satu persatu mulai diangkat
Bernafsu, bermusuh, berseteru, berhujat
Kini aku pun mulai pahami
Kala semua menuntut emosi
Para kesatria berotot besi
Hanya bahasa bedil nyaring berbunyi
Bahasa para kesatria yang lupa hati nurani
Wahai kau kesatria budiman
Tuhanku, Tuhanmu telah berfirman
Sungguh lenyapnya dunia ini
Lebih ringan di sisi Allah
Daripada terbunuhnya seorang muslim
Lupakah kau akan hal itu?
Wahai kau yang bergelar kesatria
Tunaikan tugasmu yang penuh mulia
Sayangi kami yang takut hancurnya dunia
Biar kami nikmati hidup di bumi khatulistiwa
Dengan semerbak harum nirwana
Bagaikan harumnya darah-darah syuhada
Saat kami berkalang tanah atau hanya berbentuk bangkai
Tiada daya di hadapan Ilahi
Hanya doa yang kami nanti
Dari generasi pejuang sejati
Demi kemakmuran negeri ini
Allahummaj'al hadzal balada aminaa
Ya Tuhanku, jadikanlah negeriku negeri yang aman