Jangan Begitu, Karena Kamu

"Genta tertegun. Lelaki itu melirik kalung salib yang kini menunjukkan eksistensinya lalu memperhatikan sosok Gea yang berkerudung. "Tuhan kita yang berbeda. gumamnya kemudian"

Oleh. Hafida N.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-13 Mei, seminggu sebelum kejadian …
Pukul 20.30, Resto Chain Food

"Terima kasih untuk kalian yang telah bekerja dengan giat. Untuk perayaan ulang tahun Resto Chain yang juga perayaan ulang tahun saya, saya akan memberikan kenaikan gaji sebanyak 30%. Dan mulai besok akan ada perpanjangan kontrak selama 5 tahun ke depan."

Ucapan pria berumur 36 tahun itu disambut pekikan girang para karyawannya. "Kenaikan gaji dan perpanjangan kontrak akan bertambah persentase dan waktunya jika kalian memenuhi persyaratan yang telah saya buat dan saya kirimkan secara pribadi ke nomor WhatsApp kalian masing-masing."

Semua karyawan segera menyalakan ponsel, membuka notif pesan dari bos mereka. Lima detik kemudian mereka terperangah, tak menyangka dengan syarat yang dibuat oleh si bos.

Si bos menyeringai, menikmati raut pucat para karyawannya. "Baik, kalian boleh pulang sekarang. Hati-hati di jalan" katanya, lalu melangkah santai menuju ruangannya.

"Bos gila" umpat seorang barista. Namanya Gea, mahasiswi semester 3. Dirinya baru bekerja di Resto Chain selama 4 bulan. "Kak, apa setiap kenaikan gaji kalian harus melakukan ini?" tanya Gea kepada para seniornya.

"Mau gimana lagi? Udah tuntutan hidup, Ge" jawab karyawan paling senior, seorang koki berusia 30 tahun.

Perempuan di sampingnya, seorang kasir mengangguk, "Toh itu buat perpanjang masa kerja kita dan cuma liburan bareng bos kok."

Gea menggeleng tak percaya. Semurah itukah harga diri seorang gadis di abad ke-21 ini? "Apa karena itu saat aku ngelamar buat kerja di sini, ada S&K pelamar kerja harus masih lajang?" tanya Gea yang diangguki oleh semua karyawan.

Terus gue harus gimana? Batin Gea ketakutan. Walau dirinya pacaran dan otaknya juga tak sepolos anak kecil, Gea selalu menjunjung tinggi pemahaman bahwa mahkota seorang gadis tak boleh dirusak kecuali setelah terikat di tali yang sah.

"Gue mau ke ruangan bos dulu." Pamit Jola, seorang resepsionis. Gea memandang kepergian temannya itu nanar. Dirinya ingin mencegah, namun tak punya daya. Apalagi saat mendengar ucapan karyawan lain soal Jola.

"Jangan heran Ge, dia emang yang paling deket sama si bos" kata karyawan perempuan yang paling senior.

"Dengan muka cantik terus tubuh mendukung gitu, gak heranlah si bos juga kepincut. Bahkan seminggu sebelum lo kerja di sini ya Ge, si bos kasih kejutan ulang tahun ke Jola. Hadiahnya cincin berlian plus liburan ke Bali selama 5 hari" cerita karyawan kedua, seorang dishwasher.

Gea membulatkan mata. Cincin berlian? Liburan ke Bali? Udah sejauh apa mereka? Batinnya sambil bergidik ngeri.

Karyawan di sampingnya mendengus, "Otak gue langsung gak bisa pikir positif waktu si bos sama Jola cuma liburan berdua. Bayangin mereka ngapain aja selama 5 hari di sana berhasil bikin gue muak."

Gea terdiam, mengabaikan kedua karyawan yang kini saling gibah. "Aku pamit dulu Kak. Baru ingat ada tugas kuliah," katanya, sembari memakai jaket pink -nya.

"Oke! Hati-hati Ge!"

"Sampai jumpa besok!"

Udara di sekitar Gea terasa lega setelah dirinya keluar dari resto. Demi apa pun, dia gelisah. Membayangkan nasibnya akan seperti Jola, karyawan termuda kedua setelah dirinya.

Di antara hiruk-pikuk kota di malam hari, Gea melaju dengan motornya. Dirinya berusaha fokus mengendarai. Kejadian di resto barusan, berhasil membuat pikirannya kacau.


Jln. Perumahan No. 13, Rumah No. 491
Pukul 21.05, di tanggal yang sama.

"Foya-foya terus! Kamu kira uangnya ngalir kaya air sungai?"

"Loh? Aku cuma main. Itu juga karena bosen di rumah."

"Main katamu? Pikirin cicilan rumah, motor, belum lagi bayar air sama listrik."

"Tau ah! Males aku sama kamu!"

Baru saja Gea menginjakkan kakinya di halaman rumah, suara pertengkaran menyambut kepulangannya. "Yaelah, ribut lagi," dengusnya sebal. Terlalu terbiasa membuat Gea menganggap pertengkaran kedua orang tuanya adalah hal yang wajar.

"Assalamualaikum,"

"Gea, jual motor kamu!"

Hei, apa-apaan? Belum juga salamnya dibalas, sang ayah sudah mengucap kalimat yang membuatnya geram. "Apa maksud Ayah?"

"Jual motor kamu. Gaji Ayah dipotong 30%, kita belum bayar listrik, air, belum kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi," jawab ayah.

"Kenapa bukan motor ibu aja yang dikembaliin?" tanya Gea tak habis pikir. "Motor aku buat kuliah, Yah. Gak mungkin aku bolak-balik pakai bus" kata gadis itu.

Ibu yang mendengar bahwa dirinya dibawa-bawa, mendengus kesal. Berjalan ke arah putri bungsunya. "Ya mending motor kamulah! Motor Ibu buat belanja ke pasar."

Gea menggeleng, "Pasar 'kan dekat, Bu. Aku bisa anter-jemput Ibu ke pasar setiap gak ada kelas pagi."

Ibu mengangkat bahu, "Enggak bisa gitu dong. Ibu juga pengin main sama temen Ibu. Bosen di rumah terus. Kalau gak ada motor, masa iya Ibu kemana-mana naik bus atau ojek?"

"Udah-udah, pokoknya salah satu motor punya kalian harus ada yang dijual!" Putus ayah lalu masuk ke dalam kamar. Meninggalkan istrinya yang menatap anaknya tajam.

"Gea ke kamar dulu" pamit Gea, berjalan cepat ke kamarnya. Gadis itu mengacuhkan seruan ibu yang memanggil namanya. "Maaf, Bu, kali ini Gea mau jadi egois" bisiknya dibalik pintu kamar yang tertutup.


Di tanggal yang sama
Pukul 23.05, di sebuah kamar minimalis

Pak Bos:
Gimana? Kamu mau naik gaji seperti yang lain tidak?

Gea menatap nanar pesan itu. Kepalanya terasa pening. Kesal dan lelah bercampur. Banyak kejadian menyebalkan yang terjadi beruntun pada hari ini. Mulai dari harga buku-buku kuliah yang naik, kebutuhan rumah yang harus dibayar, dan juga syarat gila dari si bos.

Gea:
Kak, gimana kabarnya di sana? Keponakan aku sehat? Maaf, Kakak ada rezeki lebih? Kalo iya, tolong bantu Ayah sama Ibu. Aku gak tau harus minta tolong ke siapa lagi.

Pesan bulan lalu itu tak ada tanda-tanda dibaca apalagi dibalas. Gea tahu bahwa kakak perempuannya telah berkeluarga dan tentunya memiliki kebutuhan yang memakan biaya. Tetapi pada siapa Gea dapat meminta tolong selain pada kakaknya?

"Masa iya gue minta sama bos?" gumamnya, dengan dahi mengernyit. "Boleh gak ya kalau cuma tidur biasa?"

Gea:
Pak, cuma tidur 'kan? Gak ngapa-ngapain?

Jantung Gea berdebar kencang, gugup menunggu jawaban si bos.

Pak bos:
Hm. Kamu tertarik?

Gea:
Iya Pak. Tapi janji dulu jangan ngapa-ngapain ya.

Pak bos:
Besok ke ruangan saya. Kita bahas lebih dalam.

"Aduh, Gea ogeb!" Dahinya menjadi sasaran kekesalan. Gea menyesal telah menerima tawaran si bos. Apalagi saat notif pesan terbaru terpampang jelas di layar ponselnya.

Pak bos:
Kamu sudah setuju, kesepakatan tidak boleh dibatalkan atau kamu akan terima akibatnya.

"Motor kamu jadi dijual kan?"

Tiba-tiba di ambang pintu, sosok ibunya sedang bersedekap dada. Gea mengalihkan atensi, menggeleng tegas. "Enggak, Bu. Tapi aku jamin kita gak akan kekurangan uang selama beberapa waktu."

Tanpa bertanya lebih jauh, ibu mengangguk puas. "Bagus. Jadi motor ibu gak akan dijual."

Gea menatap nanar kepergian ibunya. Look! Bahkan sang ibu tak bertanya dari mana asal uang yang dirinya dapatkan. "Ibu, kalau Ibu tau aku ngorbanin sesuatu demi ekonomi yang lebih baik, apa Ibu bakal kecewa?"


21 Mei, seminggu setelah kejadian
Pukul 10.21, di sebuah Restoran Korea

"Huek …"

"Gea, kamu gak apa-apa?"

Dari luar pintu toilet, seseorang bertanya dengan nada cemas. Gea yang di dalam sibuk memuntahkan isi perutnya. Setelah yakin semuanya telah keluar, dia membersihkan mulut dan mencuci wajah. Gea menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah pucat dengan mata memerah tertera jelas di sana.

Kaki lemahnya Gea paksakan untuk melangkah. Alhasil, sesampainya keluar dari area toilet, tubuhnya meluruh. Hampir menghantam lantai andai saja tak ada yang sigap menahan tubuhnya.

"Kamu sakit?"

"Genta" panggil Gea dengan suara parau. Dirinya menjauh, merangkai jarak.

Seseorang yang tadi bertanya mengernyit, tak mengerti mengapa Gea menolak pshyical touch -nya.

"Ayo putus" kata Gea.

"Hah?"

"Ayo putus" kata Gea sekali lagi. Gadis itu berusaha berdiri dengan kaki gemetar.

Lelaki di hadapan Gea tertawa. "Kamu bercanda?"

Gea menggeleng. "Enggak. Gue serius. Kita berbeda" ucapnya sembari menatap sesuatu yang Genta sembunyikan di balik kaos putih yang lelaki itu kenakan.

"Terima kasih dan maaf untuk semuanya" pamitnya lalu pergi menjauh.

Genta tertegun. Lelaki itu melirik kalung salib yang kini menunjukkan eksistensinya lalu memperhatikan sosok Gea yang berkerudung. "Tuhan kita yang berbeda. gumamnya kemudian.


Gea yang telah keluar dari restoran mendudukkan dirinya di taman yang letaknya di samping restoran. Rasanya pundaknya terasa lega. Selama ini Gea merasa geraknya terbatas. Mungkin karena terikat tali bernama 'pacaran'? Entahlah.

"Kamu Gea alumni SMP 3 'kan?"

Di saat Gea sibuk berjibaku dengan pikiran yang kacau, ada seseorang yang menyapanya dengan ramah. Dirinya mendongak dan bertemu tatap dengan netra cokelat terang milik seseorang. "Damaira?" panggilnya sedikit ragu.

Seseorang dengan gamis abu-abu dan kerudung pasmina yang menutup dada itu mengacungkan ibu jari, "Tepat! 100 buat kamu" ujarnya dengan raut ceria. "Kamu sibuk, ya, Ge?"

Gea menggeleng. Mengusap wajahnya yang basah. "Kenapa? Kamu mau traktir aku karena ini pertama kali kita ketemu setelah bertahun-tahun?" tanyanya bercanda. Anggukan Damai membuat Gea tertawa, "Aku bercanda lo, Ai."

Damai menggeleng, "Enggak. Aku serius. Ayo makan, aku lapar habis mikir."

Keduanya berjalan beriringan menuju kedai seblak yang tak jauh dari taman. Itu rekomendasi Damai yang suka pedas, Gea yang pemakan segalanya pun setuju-setuju saja.

"Kamu kerja atau kuliah di mana Ai?" tanya Gea sembari menunggu pesanan.

"Aku kuliah di UT sambil jadi guru privat Bahasa Jepang." jawab Damai. "Kamu kuliah juga?"

Gea mengangguk, "Di US tapi sambil kerja di Restoran Chain Food, kamu tau 'kan?"

Damai ber-oh ria. "Yang selalu ramai itu? Yang cat restonya warna biru pastel?" tanyanya yang dibalas anggukan.

Percakapan mereka terhenti saat pesanan tiba. Keduanya fokus menikmati seblak. "Em, Damai kamu masih ikut kajian?" tanya Gea setelah seblaknya ludes. Dirinya menatap serius Damai yang sedang meminum es teh pesanannya.

"Kamu tertarik ikut?" tanya Damai dengan nada semangat. Gea bergeming membuat temannya itu tersenyum maklum. "Aku gak akan maksa kamu buat ikut kok."

Gea dapat menangkap nada tulus di kalimat Damai. "Aku mau tanya boleh?" tanya Gea setelah menimbang-nimbang. "Apa tanggapan kamu tentang cewek yang udah gak segel?" pertanyaan itu meluncur sedetik setelah Damai mengangguk.

"Kalau itu sama pasangan halalnya, itu gak perlu ditanyain. Tapi kalau sama 'people stranger' Damai mengutip dua kata terakhir, "Antara miris, iba, sama sedih. Harga diri cewek sekarang itu murah." jawab Damai sendu.

"Misalnya, yang lagi viral, tuh. Staycation sama bos. Alasannya karena ekonomi. Kalau pihak si bos bisa ngasih S&K yang berkualitas serta si karyawan memiliki akal serta iman yang tinggi, aku yakin staycation gak akan dijadikan budaya. Gak akan dijadikan tolok ukur kenaikan pangkat, kenaikan gaji, dan sebagainya."

"Apa ada dalilnya kalau staycation itu gak boleh?" tanya Gea.

Damai mengangguk, "Tentu ada. Dalam ranah pergaulan Islam, ada larangan untuk berdua-duaan dengan yang bukan mahram." Gadis itu menampilkan layar ponselnya, menunjukkan sebuah hadis kepada Gea.

"Jangan sekali-kali seorang laki-laki menyendiri (khalwat) dengan perempuan kecuali ada mahramnya. Dan janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya." (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, Thabrani, Baihaqi, dan lainnya)

"Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita, melainkan yang ketiga dari mereka adalah setan." (HR. At-Tirmidzi)

"Staycation itu termasuk zina. Hukuman bagi pelaku zina yang belum menikah itu dicambuk 100 kali serta diasingkan selama 1 tahun. Kalau buat yang sudah nikah, hukumannya dirajam. Dikubur sampai sebatas leher, dilempari batu sampai meninggal dan ditonton sama masyarakat. Ngeri 'kan?"

Gea mengangguk menyetujui, "Ngeri banget. Kalau hukuman ini dijalankan, kasus zina akan berkurang atau bahkan menghilang ya."

Damai menjentikkan jarinya, "Yup. Sayang banget gak ada negara yang punya kewajiban menjalankan hukuman-hukuman ini."

Gea meremas tangannya yang bertaut. Hatinya berontak ingin memberitahukan Damai sesuatu. "Aku hampir aja udah gak segel Ai,"

Damai loading sejenak, setelah sadar dia segera menenangkan Gea.

"Siapa yang lakuin, Ge?" tanya Damai dengan suara serak. Entah mengapa tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.

"Apa itu Genta?" Setahu Damai, kekasih Gea sedari SMP kelas 3 bernama Genta. Damai merupakan teman sekelas Gea yang menjadi saksi betapa bucinnya mereka berdua.

"Aku tadi baru aja putus sama dia." kata Gea disela tangisnya. "Bos aku yang hampir lakuin," jujur Gea. Tangisnya yang mereda kembali pecah. Seminggu lalu, saat si bos akan melakukan hal terlarang itu, Gea berhasil melarikan diri. Gea tak peduli akibat yang ditimbulkan karena dia kabur. Gea takut. Sungguh takut.

Damai hanya bisa menepuk-nepuk bahu temannya itu sampai tenang. "Astagfirullah …"

"Aku harus gimana, Ge? Aku hampir terjerumus, hiks–pasti Allah marah banget sama aku."

"Tobat nasuha. Sungguh-sungguh bertobat." kata Damai lembut. "Masalah dosa dan pahala, itu urusan Allah. Terpenting, jika kamu udah sadar dan menyesalinya, jangan coba-coba kembali ke dunia gelap itu lagi. Jangan begitu, karena kamu berharga. Dalam Islam, perempuan dijunjung tinggi kemuliaannya."

Gea mengusap pipinya, menatap Damai. "Aku mau keluar dari Resto Chain. Tetapi gimana? Aku gak punya pekerjaan nanti."

"Kamu jago Bahasa Jerman 'kan?" tanya Damai memastikan. Gea hanya mengangguk. "Tempat yang cariin aku kerja jadi guru privat buka lowongan ngajar bahasa itu. Syaratnya harus rajin, pengertian, sama punya sertifikat yang menunjang bahwa kemampuan Bahasa Jerman kamu bagus. Insyaallah nanti aku bantu kamu buat daftar di sana. Kalau kamu lulus dan dapet predikat A atau A+, kamu bisa langsung ngajar dan terima gaji di awal dan lebih banyak." ucap Damai dengan senyum menenangkan.

"Kenapa kamu baik banget, Ai?" tanya Gea.

"Karena kita teman. Kita saudara. Kita sahabat. Kita keluarga. Kepedulian, itu salah satu rasa yang selalu ditumbuhkan di kajian" jawab Damai jujur.

Gea menghela napas, "Aku mau coba ikut kajian. Tolong bimbing aku ke depannya."

Keputusannya sudah bulat, bahkan dirinya segera menghubungi pihak Resto Chain Food, meminta surat pengunduran diri dengan alasan ingin fokus kuliah dan ujian semakin dekat. Beruntung, pihak resto segera memenuhi permintaan Gea walau di awal ada pertanyaan, apa karena diajak staycation dirinya mengundurkan diri?

"Kita sama-sama belajar. Aku akan buat kamu terpesona dan makin cinta dengan Islam keseluruhan, Islam kaffah" kata Damai mengakhiri kisah ini.

Gea, yang hampir membuat kesalahan, hampir terpeleset ke jurang kegelapan dan dilema, telah memutuskan untuk berubah. Menutup kisah lamanya yang kelam nan muram karena terhanyut arus kebebasan. Membuka kisah baru yang Insyaallah berwarna nan ceria karena Islamlah segala permasalahan akan tuntas terselesaikan.

Lalu, bagaimana dengan kamu? Akankah mengikuti jejak Gea?

Selesai! []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Hafida N. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Standar Kecantikan
Next
Kriteria Pemimpin Menurut Islam vs Mantan Koruptor
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

sebagai wanita harus benar-benar menjaga dirinya sehingga tak terjerumus pada kepahitan dunia akhirat...

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram