"Remaja kita juga berhak, lo, atas surga yang disediakan oleh Allah. Maka menjadi alasan yang kuat bagi penulis untuk membimbing mereka melalui tulisan-tulisan ideologis yang memberikan pencerahan untuk remaja."
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Enggak PD sebenarnya waktu diminta kesediaan untuk sharing ilmu dengan teman-teman. Siapalah saya, hehe. Saya juga masih harus banyak belajar, belajar, dan belajar. Bismillah, ilmu yang sedikit ini semoga bisa menjadi manfaat untuk semua. Saya coba untuk sharing tentang strong why menulis bergenre teenager
Kalau teman-teman mengikuti berita di media atau mungkin melihat secara langsung, berita-berita tentang kenalakan remaja banyak banget, ya? Mulai dari tingkah absurd yang bikin kita geleng-geleng kepala sampai bikin kita mengelus dada. Di kota saya, tawuran pelajar sudah jadi santapan media setiap hari. Bahkan saya pernah terjebak di arena tawuran yang terjadi pagi hari di bulan Ramadan. Ngeri-ngeri sedap enggak sih?
Ada apa sih dengan remaja kita? Padahal dari sisi usia, banyak lo yang sudah balig. Mereka sudah paham baik buruk belum sih? Nah, kondisi inilah yang menjadi alasan saya untuk menulis genre remaja. Adik-adik ini adalah bagian dari umat yang berhak untuk disentuh dakwah. Mereka juga korban dari buruknya sistem kapitalisme yang semakin kuat mencengkeram kehidupan. Bisa jadi di antara remaja kita ada yang sama sekali buta dengan ajaran Islam, atau malah enggak peduli.
Lebih parah lagi remaja kita sudah menganggap agama itu enggak penting. Enggak punya agama juga santai aja. Sedih 'kan? Belum lagi kalau mereka berasal dari keluarga yang juga tidak terlalu peduli dengan urusan agama. Tambahlah jauh kehidupan mereka dari kebaikan.
Ide-ide kufur telah sukses merancuni pemuda Islam sehingga mereka lebih suka mager, leyeh-leyeh, lebih suka main game online dibandingkan baca Al-Qur'an. Banyak, lo, anak SMA yang masih baca iqra. Bahkan salat pun ditinggalkan. Duuh. Ngenes!
Kalau kita membaca sirah Rasul, dakwah Nabi saw. meliputi semua genre usia, tapi yang paling banyak menyambut dakwah beliau adalah para pemuda. Bahkan kegemilangan Islam tercetak melalui tangan-tangan para pemuda muslim. Maka, enggak mustahil kalau kondisi ini akan terjadi lagi kelak. Bukankah Allah sudah menjanjikan melalui bisyarah Nabi-Nya bahwa umat Islam akan kembali memimpin dunia?
Neh, tugas para penulis ideologislah untuk menyampaikan kebenaran ini, bahwa kehidupan yang dijalankan remaja saat ini buruk akibat diterapkannya sistem yang buruk. Kemudian mengungkapkan bahwa solusi satu-satunya untuk keluar dari keburukan tersebut adalah dengan diterapkannya syariat Islam secara kaffah dan itu sudah pernah terjadi. Meminjam istilah Mbak Cory dalam buku beliau, kita harus digging up the truth
Yup! Gali kebenaran Islam yang telah lama terkubur.
Remaja kita juga berhak, lo, atas surga yang disediakan oleh Allah. Maka menjadi alasan yang kuat bagi penulis untuk membimbing mereka melalui tulisan-tulisan ideologis yang memberikan pencerahan untuk remaja.
Banyak kok tema yang bisa diangkat untuk jadi tulisan teenager Tinggal kita kemas saja dengan bahasa ala remaja supaya pas dengan kehidupan remaja yang fresh, simple, easy going dan enggak mau ribet.
Kira-kira tema apa sih yang bisa kita tulis?
- Persoalan yang melingkupi remaja (tawuran, kekerasan, freesex, challenge nirfaedah, mental health dll.)
- Peristiwa politik dalam negeri atau luar negeri. Biar remaja kita melek politik juga. Mungkin berat buat mereka, tetapi enggak apa-apa. Remaja kita harus dipaksa berpikir kritis dan peduli dengan sekitarnya. Terutama saudara-saudara muslim lainnya.
- Motivasi. Ini juga penting lo. Remaja 'kan gampang galau. Nah, saatnya untuk di-charge semangatnya biar menyala lagi. Insyaallah teman-teman yang biasa menulis motivasi, bisa dong, ya. Biar remaja kita bangun.
Nah, gimana? Masih galau menulis genre teenager?
Bismillah. Niatkan apa yang kita lakukan semata-mata karena Allah dan untuk meraih rida-Nya. Banyak berlatih and don't forget banyak berdoa supaya tulisan kita enggak hanya sekadar bisa tayang, tapi juga memberikan manfaat. Mungkin awalnya sulit, tapi Insyaallah bisa kok.
Sekian dulu ya dari saya, semoga bisa diambil manfaatnya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan. Kuy, lah sahabat Konapost, kita sama-sama fastabiqul khairat. Karena surga bukan hanya milik orang tua, tapi buat remaja juga, lo!
Tanya Jawab
1. Hesty Andyra
Berapa persen bahasa gaul yg diizinkan dalam naskah teenager?
Jawaban:
Afwan, terus terang saya tidak terlalu paham dengan jumlah pastinya ya. Hanya yang saya tau, sekalipun menggunakan bahasa gaul tetap harus sesuai dengan aturan KBBI. Tapi untuk kata sapaan seperti Guys, Sob, Bro, Bestie, Buddy masih diizinkan. Misal: kalau anak remaja ngobrol mereka pakai kata "biarin aja". Nah kalau di tulisan gak boleh begitu, tapi "biarkan saja"
2. Rini dy
Bagaimana caranya merangkai bahasa gaul remaja dalam tulisan kita tapi tidak menyalahi EYD?
Jawaban:
Jujur saya masih sambil belajar. Kadang-kadang masih dapat surat cinta juga dari tim redaksi untuk diperbaiki. Kalau cara saya, ketika menulis suka dibaca lagi sambil bersuara. Sudah bergaya remaja belum ya? Apa masih kaku? Kalau belum pas saya ubah lagi. Tapi tetap kaidah EYD dan PUEBI gak boleh lupa.
3. R. Raraswati
Bagi emak-emak yang sudah baya, agak sulit menulis yang pas dengan karakter remaja. Bagaimana kita memilih kata-kata yang bisa membuat remaja tertarik membaca tulisan kita?
Jawaban:
Cara memilih kata-kata yang pas untuk tulisan kita, baca buletin remaja. Pelajari gaya bahasanya. Kalau saya suka tanya ke adik-adik tim remaja, yang sekarang sedang tren di kalian bahasa yang bagaimana. Atau saya tanya keponakan yang anak SMA. Dari sana kita bisa pelajari terus tuangkan dalam tulisan. Bisa, ya, Guys, ya.
4. Dewi Pancawati
- Kriteria agar tulisan tersebut masuk genre teenager itu apa sajakah?
- Apa yang memacu Dinda Irma untuk terus menulis gaya remaja ini?
Jawaban:
- Tulisan teenager beda dengan opini yang bergaya serius dan "kaku". Misal kita mau menulis jalan rusak yang lagi viral itu. Tulisan remaja bisa diawali dengan:
"Guys, kamu pernah enggak pergi ke Lampung? Eh, katanya jalan di sana rusak parah, lo! Kondisi jalan yang rusak itu diviralkan oleh seorang netizen yang gemes banget karena itu enggak kunjung diperbaiki. Nah, ini tulisan teenager. Meski tetap informasi media harus dicantumkan supaya valid. Intinya, bahasanya yang membedakan tulisan opini dan teenager - Sesuai tema sharing kita malam ini. Surga juga buat remaja. Mereka berhak masuk surga. Mereka berhak untuk menjadi pemuda Islam sekaliber sahabat. Di tangan mereka masa depan Islam dan umat Islam. Kan tenaganya masih pada kuat ya. Kalau model mak jelita seperti saya sudah susah diajak sprint
5. Yana Sofia
Walau sering menulis opini rasa remaja, saya sering terjebak di beberapa topik opini yang sulit sebenarnya untuk diajak santai mengeksekusinya. Kalau Mbak, gimana cara menyiasatinya?
Jawaban:
Sama kok mbak. Saya pun pernah mengalami itu. Kalau saya mencoba memosisikan diri sebagai subyek, artinya saya sebagai si remaja itu sendiri. Bagaimana sudut pandang remaja ketika memahami suatu peristiwa. Ketika sudah dapat, posisikan lagi kita teh mau mengajak teman sebaya untuk memahami apa yang kita pahami. Biasanya nanti akan mengalir tuh bentuk tulisannya. Tapi kalau ujung-ujungnya mentok, lebih baik ganti topik lain daripada maksain tetapi gak dapet feel -nya.
6. Neni Nulaelasari
Misal terbiasa nulis opini, mencoba ingin menulis bertema remaja, padahal kita tau kenakalan remaja, pernah mencoba menulis bertema remaja, namun ujungnya tetap sulit mengungkapkan bahasanya. Kayak enggak bisa keluar dari gaya bahasa opini. Adakah tipnya?
Jawaban:
Tipnya perbanyak baca tulisan-tulisan bertema remaja. Coba tulis beberapa paragraf. Kalau mentok, berhenti dulu. Nanti coba lagi. Berapa lama bisa menguasai menulis teenager pastinya beda-beda tiap orang. Bismillah saja. Belajar, sabar, belajar lagi
7. Atien
- Pernahkah Mbak Irma bosan dalam menulis teenager?
- Bagaimana supaya remaja sekarang tertarik untuk menulis opini versi Teeneger. Walaupun saya juga belum jago menulis rubrik tersebut. Karena saya punya anak remaja sukanya nulis cerpen. Itu pun cerpen bucin.
Jawaban:
- Jawabannya pun simpel. Enggak.
- Menulis teenager itu bikin happy Mbak. Fresh terus. Saat menulis, saya berlaku sebagai ibu dan pemuda itu sendiri. Sebagai ibu, ada rasa perih, nelangsa, sedih kalau pas nulis tentang kerusakan remaja. Saya 'kan punya anak, saya gak mau nanti anak-anak saya mengalaminya juga.
Sebagai pemuda itu sendiri, biar pas bahasa yang akan dipakai. Karena tulisan teenager lebih ke persuasif, mengajak, mengingatkan. Jadi gak ada rasa bosan insyaaallah.[]
Photo : Koleksi pribadi