”Harga tiket yang begitu fantastis bukanlah penghalang untuk memenuhi standar kebahagiaan mereka. Berbagai upaya pasti akan dilakukannya demi mendapatkan tiket tersebut, walaupun dari segi ekonomi mereka sebenarnya tidak mampu.”
Oleh. Nur Hajrah MS
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Dakwah Nisa Morowali)
NarasiPost.Com-Coldplay adalah salah satu band musik rock asal Inggris yang berdiri pada 1997 hingga saat ini. Band yang beranggotakan lima orang ini, merupakan grup band musik rock yang begitu terkenal hingga mancanegara dan terbilang paling sukses di dunia. Benar saja, untuk di negaranya sendiri, Coldplay memiliki banyak fans atau pendengar, yaitu mencapai 1.528.735 pendengar per bulan. Lalu ada Mexico sebanyak 1.446.999 pendengar dan Sao Paulo 1.412.006 pendengar. Sementara itu untuk di wilayah Asia, Indonesia merupakan negara pendengar Coldplay terbanyak, yaitu mencapai 1.040.763 pendengar per bulan. (cnnindonesia.com, 9/5/2023)
Selain itu Coldplay adalah grup band yang sangat peduli dengan lingkungan, bahkan dalam mengadakan konser pun sebisa mungkin mereka akan mengadakan konser yang ramah lingkungan. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa Coldplay banyak memiliki penggemar di seluruh mancanegara. Tidak ketinggalan dengan penggemarnya yang ada di Indonesia. Walaupun para fans -nya pernah merasa kecewa karena Coldplay menolak untuk mengadakan konser di Indonesia, dengan alasan Indonesia gagal menjaga lingkungannya. Tetapi hal itu tidak menumpas rasa kagum di hati penggemar Coldplay di Indonesia.
Saat ini khalayak publik kembali dihebohkan oleh grup band ini. Dikabarkan Coldplay akan menggelar konser di Indonesia dalam rangka Music of the Spheres World Tour, yang akan diadakan pada 15 November 2023. Tidak tanggung-tanggung, harga tiketnya pun dibanderol dengan nilai yang fantastis, yaitu mulai dari harga Rp800 ribu hingga Rp11 juta. Pemerintah pun ikut antusias akan konser Coldplay ini, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, meyakini dengan diadakannya konser Coldplay di Indonesia, akan membantu meningkatkan perekonomian Indonesia di sektor pariwisata. Baik itu peningkatan jumlah wisatawan domestik maupun asing serta akan membawa keuntungan bagi pelaku event dan pelaku ekonomi kreatif. (kontan.co.id, 10 Mei 2023)
Lantas, apakah hanya sebatas itu dampak yang akan diberikan? Bagaimana dampaknya bagi perekonomian Indonesia? Apakah akan menguntungkan masyarakat, khususnya bagi pelaku UMKM? Atau mungkin hanya menguntungkan pihak tertentu? Bagi pelaku penyelenggara misalnya?
Dilansir dari m.kumparan.com, menurut Ekonom INDEF, Eko Listiyanto, konser musik internasional akan memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia. Namun nilainya masih terlalu kecil dibandingkan dengan sektor perdagangan, industri, dan pertanian. Selain itu beliau juga mengatakan, sektor UMKM pun harus merasakan efek diadakannya konser musik internasional ini. Jangan hanya pihak-pihak tertentu yang diuntungkan. (13/5/2023)
Tolak Konser Coldplay?
Konser Coldplay di Indonesia pada November yang akan datang, tentu saja menjadi kabar bahagia bagi penggemarnya. Namun, ada pula masyarakat yang menolak Coldplay mengadakan konser di Indonesia, PA 212 salah satunya. Mengapa demikian?
Menurut Wasekjen PA 212, Novel Bamukmin, alasan mereka menolak diadakannya konser tersebut, karena Coldplay merupakan grup musik band yang begitu mendukung komunitas L987 dan penganut paham ateisme. Sehingga, sebagai negara dengan jumlah penduduk penganut agama Islam terbanyak di dunia, tentu sudah tahu bagaimana hukumnya terkait L987 ini. Sehingga, jika konser ini tetap diadakan maka sama halnya ikut mengampanyekan komunitas mereka. Di mana hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan Pancasila. Untuk itulah PA 212 sangat berharap kepada pemerintah agar sejalan dengan pemikiran mereka dan menolak Coldplay mengadakan konser di Indonesia. Namun, jika harapan mereka tak diindahkan maka PA 212 tidak segan-segan akan melakukan demo besar-besaran, mengepung bandara Soekarno-Hatta, serta memblokir lokasi konser, yaitu Gelora Bung Karno (GBK). (bbc.com, 16/5/2023)
Gaya Hidup Hedonisme
Beginilah penampakan jika suatu negara telah terkontaminasi paham sekuler-liberal. Nilai-nilai agama tak lagi diindahkan, bila perlu tidak diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, semakin banyak masyarakat yang ingin hidup dalam kebebasan. Tidak ingin diatur kehidupannya, serta bersifat individualis yang hanya mementingkan diri sendiri. Sesuatu yang diharamkan oleh agama pun dianggap halal untuk dilakukan, apalagi jika itu memberikan manfaat yang besar, dalam hal ini materi atau keuntungan.
Diberitakan, dalam waktu sehari saja tiket konser Coldplay telah habis terjual, bahkan untuk harga tiket Rp11 juta habis terjual dalam waktu enam menit. Dari hal ini semakin tampak bahwa, banyak masyarakat saat ini bergaya hidup hedonisme. Di mana kesenangan hidup serta kenikmatan materi, menjadi standar kebahagiaan atau kepuasan mereka. Harga tiket yang begitu fantastis bukanlah penghalang untuk memenuhi standar kebahagiaan mereka. Berbagai upaya pasti akan dilakukannya demi mendapatkan tiket tersebut, walaupun dari segi ekonomi mereka sebenarnya tidak mampu. Bahkan, diberitakan banyak penggemar Coldplay nekat mengambil pinjaman online demi mendapatkan tiket konser tersebut. Ya, pada dasarnya alasan mereka begitu antusias terhadap konser ini hanya sebatas senang-senang saja. Mereka tidak peduli akan hukum ber- ikhtilat atau bercampur baur, tidak berpikir panjang bahwa tindak kejahatan bisa terjadi kapan saja, apalagi di tempat umum yang banyak orang.
Siapa yang Diuntungkan?
Namun perlu diketahui, budaya bersenang-senang seperti ini justru negaralah yang menyetujui dan memfasilitasinya. Katanya ini akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan membantu para UMKM. Namun, siapa sebenarnya lebih diuntungkan dari kegiatan ini? Merujuk pada konser Blackpink yang dilaksanakan pada Maret 2023, dapat dilihat pihak yang lebih diuntungkan adalah pihak penyelenggara, bank sebagai tempat pembayaran tiket, jasa transportasi, hotel, platform pinjaman online dan lain-lain. Sedangkan untuk sektor UMKM hanya mendapatkan serbuk-serbuknya saja, itu pun beberapa dari mereka harus keliling menawarkan jualan mereka.
Sedangkan untuk masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah tentu tidak akan mendapatkan apa-apa. Mereka hanya bisa terdiam dan bergumam, jangankan untuk beli tiket konser, biaya untuk makan sehari-hari saja belum tentu mereka mampu untuk membelinya. Lantas, di mana rasa empati penguasa negeri ini dan pihak penyelenggara konser tersebut? Di saat mereka mampu memfasilitasi kesenangan masyarakat hedonisme, apakah mereka mampu menciptakan kesenangan bagi warga miskin? Apakah mereka peduli terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah saat ini? Atau setidaknya mengenyangkan perut-perut yang sedang kelaparan, apakah mereka mampu? Sepertinya itu adalah hal yang mustahil untuk mereka kerjakan. Karena ketika suatu negara yang telah condong pada paham kapitalisme tujuan utama mereka hanyalah keuntungan materi. Jadi, ketika sesuatu yang tidak memberikan manfaat, mereka tidak mau peduli akan hal itu.
Menjadi Khairu Ummah
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia tentulah sudah tahu bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik, firman Allah Swt. yang artinya, "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."
(TQS. Ali 'Imran 3:110)
Untuk itulah sebagai umat pilihan yang terbaik, tidak akan pernah merasa terbebani menjalankan perintah Allah Swt. Semua perintah dan larangan-Nya dikerjakan dengan tulus ikhlas demi mendapatkan rida Allah. Islam sebagai agama yang sempurna lagi paripurna begitu teratur mengatur kehidupan manusia termasuk dalam urusan membelanjakan harta. Umat Islam dilarang bersenang-senang di saat masih ada orang di sekitarnya yang kelaparan atau hidup dalam kemiskinan. Umat Islam diperintahkan untuk membelanjakan harta yang dimiliki sebaik mungkin, agar mendapatkan tiket menuju surga-Nya Allah. Karena mendapatkan rida dan surga Allah adalah standar kebahagiaan umat Islam.
Selain itu, suatu negara yang menjunjung tinggi akidah Islam, yaitu Khilafah, tentu tidak akan melakukan konser-konser musik seperti di era saat ini, atau kegiatan-kegiatan lainnya yang mengandung aktivitas haram di dalamnya. Apalagi sampai mengajarkan masyarakatnya bergaya hidup hedonisme dan tidak memiliki rasa empati serta bersifat individualis. Khilafah akan selalu berupaya agar semua masyarakatnya bisa merasakan kenikmatan yang sama dengan adil tanpa ada yang dibeda-bedakan. Jangankan kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder dan tersier pun akan diberikan Khilafah baik secara gratis maupun murah dan akan diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Sebagai warga Daulah Khilafah pun tidak mau hidup bergaya hedonisme walaupun ia mampu melakukannya. Tetapi sebagai hamba yang bertakwa tentu ia lebih mementingkan rida Allah dibandingkan kesenangan dunia.
Wallahu a'lam bish-shawab.[]