Antara Junta Militer Myanmar dan Militer Muslim

”Angkatan bersenjata, sejatinya dibentuk untuk menjaga kedaulatan negara. Karena itu, institusi ini akan melindungi negara beserta seluruh rakyat dari segala gangguan keamanan. Baik gangguan itu berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.”

Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebanyak 19 warga sipil dibakar oleh junta militer Myanmar di kota Htantabin. Hal itu terjadi setelah serangan ranjau yang dilakukan oleh para pemberontak dari etnis Karen dan Pasukan Pertahanan Rakyat. Pasukan junta kemudian menangkap warga sipil berusia antara lima hingga 70 tahun di desa Nyaung Pin Thar. (Liputan6.com, 13/5/2023)

Konflik di Myanmar disebut sebagai perang saudara paling lama di dunia. Konflik ini telah berlangsung selama tujuh dekade, sejak negara ini mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1948. Hingga kini, konflik antara etnis-etnis di Myanmar melawan angkatan bersenjata negara itu masih terus berlangsung.

Mengapa konflik ini terjadi? Apa fungsi sebenarnya dari angkatan bersenjata sebuah negara? Bagaimana pula konsep angkatan bersenjata dalam Islam?

Konflik yang Tak Pernah Usai

Republik Persatuan Myanmar merupakan sebuah negara di wilayah Asia Tenggara. Negara ini berbatasan dengan beberapa negara. Yaitu, Bangladesh dan India di bagian barat. Di bagian timur berbatasan dengan Thailand dan Laos. Sedangkan di bagian utara dan timur laut berbatasan dengan Tiongkok.

Negara yang bergabung dengan ASEAN sejak tahun 1997 memiliki banyak etnis. Etnis terbesar adalah Bamar atau Burma yang mencapai dua pertiga dari penduduk Myanmar. Disusul etnis Shan, Karen, Rakhine, Tionghoa, India, Mon, dan etnis lainnya.

Sebelum merdeka, Myanmar dijajah oleh Inggris. Awalnya, Myanmar dikontrol sebagai provinsi India. Namun, sejak tahun 1937, Inggris mengontrol Myanmar sebagai koloni yang terpisah dari India.

Ketika menjajah Myanmar, Inggris menerapkan sistem pemerintahan berdasarkan wilayah dataran tinggi dan rendah. Wilayah dataran tinggi, administrasinya di bawah pemerintahan setempat melalui perjanjian. Sedangkan administrasi di wilayah dataran rendah, dikontrol langsung oleh Inggris. Maka, wilayah dataran tinggi relatif mempunyai otonomi dibandingkan wilayah dataran rendah. Akibatnya, tidak terbentuk satu identitas tunggal pada penduduk Myanmar. Hal itu membuat mereka tidak siap bersatu dalam sebuah negara.

Meskipun mereka bersatu saat melawan pendudukan Jepang, tetapi hal itu tidak mengubah keadaan. Mereka tetap tidak dapat bersatu. Karena itu, saat mendapatkan kemerdekaan penuh, Jenderal Aung San berusaha untuk merangkul etnis lain melalui Perjanjian Panglong. Wakil perdana menteri sekaligus menteri pertahanan itu sepakat akan memberikan otonomi penuh kepada wilayah ketiga etnis tersebut sebagai bagian dari Negara Federal Burma.

Namun, kesepakatan itu tak pernah direalisasikan. Sebab, Jenderal Aung San dibunuh sebelum memenuhi janjinya. Pemerintahan yang berbentuk parlementer ini dikuasai oleh etnis Burma yang memonopoli sumber daya alam dan ekonomi.

Hal itulah yang menjadi bibit terjadinya perang saudara. Terlebih, setelah junta militer berkuasa melalui kudeta yang dilakukan oleh Jenderal Ne Win pada tahun 1962. Sejak itu, hak-hak 135 etnis minoritas dirampas.

Sebagai reaksi atas kekerasan yang mereka alami, etnis-etnis minoritas ini kemudian melakukan perlawanan. Salah satunya adalah etnis Karen yang menguasai wilayah yang disebut sebagai segitiga emas. Segitiga emas merupakan sebutan untuk wilayah di bagian utara Asia Tenggara yang kekayaannya berasal dari emas hitam alias opium. Wilayah ini berada di tiga negara, yaitu Thailand, Laos, dan Myanmar.

Pada tahun 1988, muncullah Aung San Suu Kyi yang memperjuangkan demokrasi melalui partainya, NLD (National League for Democracy). Partainya berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1990. Namun, kemenangan itu dibatalkan oleh junta militer.

NLD kembali memenangkan pemilu pada tahun 2015. Kali ini, Suu Kyi berhasil menduduki jabatannya selama lima tahun. Partainya kembali menang dalam pemilu tahun 2020. Sayangnya, junta militer pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing menuduh NLD berlaku curang. Ia pun mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada Februari 2021. (Wikipedia.org)

Angkatan Bersenjata sebagai Pelindung Rakyat dan Negara

Angkatan bersenjata, sejatinya dibentuk untuk menjaga kedaulatan negara. Karena itu, institusi ini akan melindungi negara beserta seluruh rakyat dari segala gangguan keamanan. Baik gangguan itu berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Namun, kasus yang terjadi di Myanmar justru sebaliknya. Militer di negeri 1000 Pagoda itu justru memunculkan ketakutan dan menghilangkan rasa aman. Mereka melakukan pembunuhan terhadap warga sipil dengan cara yang keji. Mereka juga tidak memberikan kesempatan kepada komponen masyarakat lainnya untuk mendapatkan pendidikan maupun pekerjaan.

Hal ini sangat berbeda dengan militer dalam sistem Islam. Sebab, Islam sangat memuliakan manusia. Tak peduli apakah dia muslim atau kafir. Akhlak yang baik terhadap mereka akan senantiasa dijaga. Jangankan terhadap warga sipil, terhadap tentara musuh saja, mereka juga akan berlaku baik.

Rasulullah saw. sangat menekankan hal ini. Karena itu, Beliau saw. senantiasa menyampaikan pesan kepada para tentara muslim yang hendak berangkat ke medan perang untuk menjaga akhlak mereka.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, At-Tirmizi, dan Al-Baihaqi disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

_اغزوا ولا تغلوا ولا تغدروا ولا تمثلوا ولا تقتلوا وليدا أو امرأة ولا كبيرا فانيا ولا منعزلا بصومعة

"…. Berperanglah kalian! Janganlah kalian berlebihan (dalam membunuh), janganlah lari dari medan perang, janganlah memutilasi, janganlah membunuh anak-anak, perempuan, orang yang sudah lanjut usia, dan rahib yang berada di tempat ibadahnya."

Kekuatan Militer Negeri-Negeri Islam

Dalam Islam, angkatan bersenjata merupakan komponen yang sangat penting bagi negara. Sebab, Islam mewajibkan negara untuk mengemban dakwah ke seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Karena itu, Rasulullah saw. berusaha untuk menyebarkan cahaya Islam ke berbagai wilayah di luar Madinah. Ketika Rasulullah saw. menyebarkan Islam, Beliau menawarkan tiga pilihan. Pertama, memeluk Islam dan bernaung di bawah kekuasaannya. Pilihan ini akan memberikan hak dan kewajiban mereka seperti hak dan kewajiban kaum muslimin lainnya.

Kedua, tetap memeluk agama mereka dan bergabung dengan pemerintahan Islam. Mereka akan diperlakukan sama seperti warga negara lainnya. Namun, mereka harus membayar jizyah. Ketiga, diperangi jika menolak pilihan pertama dan kedua. Di opsi inilah dibutuhkan militer yang kuat.

Karena itu, sejak Rasulullah saw. menerapkan sistem Islam di Madinah, Beliau pun membangun kekuatan militer serta melengkapinya dengan persenjataan yang paling canggih di zaman itu. Beliau memerintahkan kepada para sahabat untuk mempelajari cara membuat manjanik dan dababah (semacam tank).

Hal itu pun dilakukan oleh para khalifah pengganti Beliau saw. Mereka membangun angkatan bersenjata yang kuat, hingga membuat dunia merasa segan. Seperti yang dilakukan oleh Khalifah Muhammad Al-Fatih. Pada masanya, telah dibuat meriam terbesar di dunia.

Jika saat ini kaum muslimin mau bersatu, tentu akan terwujud kekuatan yang luar biasa, mengingat besarnya kekuatan militer negeri-negeri Islam. Banyak negara berpenduduk mayoritas muslim yang memiliki kekuatan militer yang besar baik jumlah personelnya maupun persenjataannya. Misalnya Indonesia (976.750 personel), Pakistan (654 ribu personel), Iran (925 ribu personel), Bangladesh (165 ribu personel), Turki (355.800 personel), dan Arab Saudi (231 ribu personel).

Menurut Firepower, Iran memiliki lebih dari 4 ribu unit tank dan seribu unit artileri roket. Di samping itu, negara para mullah ini mempunyai pesawat tempur sebanyak 541 unit dan 100 unit helikopter. Sedangkan jumlah personelnya mencapai 925.000 yang terdiri dari 575.000 personel aktif dan 350.000 personel cadangan. Laman US News bahkan menyebut kekuatan militer Iran berada di urutan keenam di dunia. (Sindonews.com, 31/1/2023)

Gabungan dari beberapa negara ini saja, akan menghasilkan kekuatan yang dahsyat. Ditambah dengan keyakinan terhadap pertolongan Allah Swt., pasukan ini dapat membantu kaum muslimin maupun umat lain yang tertindas. Misalnya, membebaskan muslim Rohingya dari cengkeraman junta militer Myanmar yang memiliki 406 ribu personel pasukan. Jauh di bawah kekuatan gabungan angkatan bersenjata negeri-negeri Islam.

Namun, besarnya potensi kekuatan umat Islam saat ini belum dapat dimanfaatkan dengan optimal. Bahkan, tidak jarang mereka saling menyerang. Sekat-sekat nasionalisme telah menjadi penyebabnya. Semestinya para pemimpin di negeri-negeri Islam mengingat sabda Rasulullah saw. yang menyatakan bahwa muslim itu ibarat satu tubuh. Jika ada anggota tubuh yang sakit, yang lain ikut merasakannya. Maka, sudah semestinya jika para pemimpin di negeri-negeri Islam itu membuang sekat-sekat tersebut untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Habis Viral Terbitlah Perbaikan Jalan
Next
Nasib Perokok Pasif
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram