"Walhasil, krisis di rumah sakit Afganistan tidak lepas dari salah pilih sistem oleh rezim Taliban. Seharusnya, mereka memilih menerapkan syariat Islam kaffah, bukan justru menerapkan sistem yang lain. "
Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kondisi rumah sakit di Afganistan sungguh mengenaskan. Begitu banyak anak yang sakit, tetapi tidak ada satu pun ventilator di rumah sakit yang berfungsi. Akhirnya, para ibu harus memegang tabung oksigen di dekat hidung bayi mereka karena tidak ada masker oksigen untuk anak kecil.
Sungguh miris, telah terjadi krisis kesehatan di Afganistan. Setiap hari ada sekitar 167 anak meninggal di Afganistan akibat penyakit yang sebenarnya dapat dicegah atau disembuhkan, asalkan tersedia obatnya. Sayangnya, tidak ada obat-obatan. Akibatnya, banyak nyawa bayi dan anak-anak yang seharusnya bisa diselamatkan, menjadi tidak tertolong.
Di bangsal anak di rumah sakit terbesar di Provinsi Ghor, Afganistan, kamar-kamar penuh dengan anak-anak yang sakit. Satu tempat tidur terpaksa digunakan oleh dua anak atau lebih. Banyak yang sakit pneumonia, tetapi tidak ada obat yang tersedia. Ada begitu banyak pasien, tetapi hanya ada dua perawat untuk 60 anak.
Sementara itu, di ruangan lain, puluhan bayi mengalami kondisi yang serius. Tubuh mungil nan ringkih mereka harus melawan penyakit tanpa bantuan medis yang memadai. Kondisi rumah sakit Ghor sungguh mengenaskan, padahal posisinya adalah rumah sakit provinsi dengan perlengkapan terbaik. Artinya, kondisi rumah sakit lain disinyalir lebih buruk lagi.
Kita tentu tidak merasakan apa yang orang-orang Afganistan ini rasakan. Namun, sebagai saudara sesama muslim, kita wajib turut berempati terhadap kesulitan hidup mereka. Kita tidak boleh cuek terhadap penderitaan mereka.
Jika kita telisik secara mendalam, krisis di rumah sakit Afganistan merupakan imbas naiknya pemerintahan Taliban pada Agustus 2021 yang tidak diakui dunia internasional. Akibat tidak adanya pengakuan internasional, bantuan dari seluruh penjuru dunia tidak bisa masuk ke Afganistan. Sedangkan ekonomi Afganistan sendiri morat-marit.
Sejak transisi pemerintahan, rumah sakit dan klinik di seluruh penjuru Afganistan kolaps. Mereka tidak punya dana untuk operasional rumah sakit. Mereka kekurangan obat, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan. Kondisi ekonomi rakyat juga memburuk. Mereka hanya bisa makan roti kering sekadar untuk menyambung hidup. Demi mengobati anaknya di rumah sakit, mereka mengumpulkan sedikit uang yang mereka punya untuk biaya perjalanan ke rumah sakit. Namun, ternyata rumah sakit yang dituju kekurangan obat-obatan sehingga banyak anak yang dibawa pulang lagi karena tidak ada obatnya. (bbc.com, 5-5-2023)
Akibat Ulah Negara Besar
Kondisi Afganistan yang dulu tidaklah miris seperti sekarang. Namun, sejak pendudukan oleh negara besar, yaitu Amerika Serikat selama 20 tahun terakhir, kondisi Afganistan benar-benar hancur.
Amerika dan NATO memang telah menarik pasukannya dari Afganistan pada 2021. Mereka pulang ke negaranya dengan kekalahan, lalu dilanjutkan dengan naiknya Taliban. Sayangnya, meski menyebut negaranya sebagai Emirat Islam, syariat Islam tidak diterapkan secara kaffah di Afganistan. Taliban bahkan masih menerapkan sistem republik demokrasi dalam pengaturan negara. Akibatnya adalah kerusakan demi kerusakan. Kesejahteraan tidak kunjung terwujud.
Sementara itu, dunia internasional tidak mengakui pemerintahan Taliban sehingga bantuan pangan dan obat-obatan tidak diberikan. Walhasil, krisis di rumah sakit Afganistan tidak lepas dari salah pilih sistem oleh rezim Taliban. Seharusnya, mereka memilih menerapkan syariat Islam kaffah, bukan justru menerapkan sistem yang lain.
Solusi Sistem Khilafah Islamiah
Krisis kesehatan sebagaimana yang terjadi di Afganistan tidak akan terjadi dalam Khilafah. Di dalam Islam, kesehatan merupakan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan keamanan. Dengan demikian, negara Khilafah wajib menyediakannya secara gratis bagi seluruh rakyat.
Sabda Rasulullah saw.,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barang siapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR Ibnu Majah)
Khilafah akan bertanggung jawab menyediakan berbagai sarana kesehatan secara lengkap, meliputi rumah sakit, fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan klinik dokter, apotek, pabrik obat, juga tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat. Khilafah akan membiayai sektor kesehatan dari pengelolaan kekayaan umum berupa tambang, hasil hutan, laut, dll.. Khilafah juga mengalokasikan dana fai (ganimah) dan kharaj untuk sektor kesehatan.
Tidak ada perbedaan kelas dalam rumah sakit Khilafah. Semua kamar memenuhi standar, demikian pula dengan layanan kamar seperti makanan, baju ganti, obat, dll.. Tentu saja semuanya gratis.
Bahkan semua tindakan perawatan yang butuh biaya besar, seperti operasi, juga disediakan oleh Khilafah secara gratis. Layanan ini berlaku untuk semua warga negara.
Biasanya, orang merasakan makanan rumah sakit tidak enak sehingga terpaksa memakannya. Namun, tidak demikian dengan rumah sakit dalam Khilafah.
Ada sebuah kisah yang menggambarkan turis asing yang pura-pura sakit agar bisa masuk rumah sakit dan mendapatkan layanannya yang sangat memuaskan. Turis itu sangat menyukai makanan yang disuguhkan di rumah sakit hingga dia pura-pura masih sakit agar bisa menikmati makanan lezat. Inilah realitas layanan kesehatan dalam khilafah. Adakah yang menolaknya?
Wallahu a'lam bish shawwab. []
suka nyesek bin sedih kalau denger anak kecil nangis kesakitan..