”Kemenangan Ramadan meraih derajat takwa. Semoga hal ini bisa kita raih bersama. Dengan meninggalkan sistem kufur dan beralih kepada sistem yang datangnya dari Allah Swt. semata.”
Oleh. Dewi Kusuma
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Umat)
NarasiPost.Com-Ramadan telah berlalu, hari raya Idulfitri pun telah terlewati. Kini telah memasuki bulan Syawal di mana khusus di bulan ini ada momen penting untuk menjalankan ibadah puasa Syawal selama enam hari.
“Barang siapa yang berpuasa Ramadan, kemudian ia ikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, ia akan mendapat pahala seperti setahun penuh”. (HR. Muslim)
Kadang tanpa disadari puasa Syawal ini terlewati. Banyaknya aneka makanan Idulfitri menggoda hati untuk melakukan puasa Syawal ini entar dan nanti. Padahal, begitu luar biasanya amal ibadah di bulan Syawal. Betapa Allah Swt. sangat mencintai umat-Nya. Diberikan berbagai limpahan pahala.
Allah telah memberikan keistimewaan untuk umatnya Rasulullah saw. Diberikan keluasan hingga nafas di tenggorokan. Tidak seperti umat-umat terdahulu jika ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka Allah akan langsung mengazabnya.
Sedangkan untuk umatnya Nabi Muhammad saw. diberikan penangguhan. Diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Dijadikan umat yang terakhir, sehingga selayaknya mampu untuk menelaah kisah-kisah umat terdahulu. Lebih intens untuk bisa tadarusan dan mengetahui makna yang ada dalam Al-Qur’an. Sehingga, mampu berpikir jernih untuk mempersiapkan kehidupan pascakehidupan dunia.
Di bulan Ramadan, Allah jadikan sebagai bulan yang penuh ampunan. Dilipatgandakan amal ibadah secara menyeluruh. Bahkan, Allah melipatgandakan pahala hingga seribu bulan.
Ramadan usai, Idulfitri pun menjelang. Saat yang ditunggu untuk meraih kemenangan. Layakkah disebut sebagai pemenang setelah sebulan penuh berpuasa Ramadan?
Duhai hati… cukupkan diri dengan tipu daya dunia. Cermati setiap keadaan, jadikan semua menjadi pelajaran. Menapaki kehidupan dengan keistikamahan. Jauhkan jiwa dari gemerlapnya dunia.
Jika tak cermat dalam memilah dan memilih tentu akan terseret dengan keserakahan dunia. Terkadang banyaknya harta, tingginya kedudukan (jabatan), serta memiliki keluarga yang terpandang membuat diri silau dan lupa diri. Semua itu hanyalah titipan Ilahi. Kapan pun Allah bisa mengambilnya secara paksa.
Hal ini sering melalaikan, seolah semua adalah hasil jerih payahnya. Padahal itu adalah anugerah Allah, rezeki yang Allah titipkan pada umat-Nya. Tanpa pilih-pilih Allah memberikan rezeki, kebahagiaan dan kesenangan dunia kepada siapa pun yang Dia kehendaki.
Untuk itu semua mesti berserah diri kepada Allah, karena hidup ini hanya untuk beribadah kepada-Nya. Setelah semua menjadi fitri, saat yang tepat untuk lebih taat kepada syariat. Tunduk dan taat hanya kepada aturan Allah semata.
Ramadan usai
Idulfitri terlewati
Sucikan hati
Dengan keikhlasan sejati
Raih ketakwaan dengan penuh keyakinan. Jadikan Islam sebagai cara pandang kehidupan. Al-Qur’an sebagai sandaran dalam berbuat dan bertingkah laku.
Kita inginkan hal yang sama, untuk meraih cinta dan rida Allah. Derajat takwa itu yang diimpikan setiap insan. Setelah puasa Ramadan sebulan penuh terselesaikan. Selayaknya hati pun menjadi suci, tunduk terhadap seluruh aturan Allah. Meski godaan datang menghantam tak perlu untuk diikuti. Tunaikan kewajiban terhadap sesama dan tak perlu menunggu balasan darinya. Cukuplah Allah Swt. yang akan memberikan imbalan pahala.
Fitrinya hati, sucikan jiwa, raih kemenangan dengan ketakwaan. Meneruskan kehidupan selanjutnya sesuai Al-Qur’an. Meski godaan pun pasti datang. Namun semua harus dijalani dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan memohon kekuatan dari-Nya.
Memang tidak ada manusia yang sempurna. Semua pasti pernah berbuat dosa. Mencukupkan diri dan bertekad untuk tidak terbawa nafsu, baik nafsu amarah maupun diperbudak nafsu dunia.
Allah akan menguji hamba-Nya, agar terseleksi yang sesuai syariat-Nya. Bersabarlah ketika ujian itu datang. Tetaplah sertakan Allah dalam setiap perbuatan.
Selesainya merayakan hari raya Idulfitri tentu hal ini mampu membawa perubahan. Berubah dengan menambah ketaatan. Berubah dengan menambah keistikamahan. Meninggalkan semua perlakuan buruk serta menggantinya dengan perlakuan terpuji.
Sebagian bahasa ulama mengatakan “Laysa al-‘id li man tha’atuhu tazid.” (Hari raya bukanlah untuk orang yang mengenakan semua serba baru, namun sejatinya untuk orang-orang yang ketaatannya bertambah).
Kemenangan Ramadan meraih derajat takwa. Semoga hal ini bisa kita raih bersama. Dengan meninggalkan sistem kufur dan beralih kepada sistem yang datangnya dari Allah Swt. semata.
Taat dan takwa mesti tertancap di dada. Mencukupkan diri dari segala perbuatan maksiat, memulai kehidupan baru dengan taat syariat. Meski tak mudah dan tak mulus semua mesti dilakukan dengan penuh ikhlas, sabar, dan pasrah. Allah hanya meminta untuk berusaha bukan meminta hasilnya. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Allah Swt. berfirman:
“Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah itu pasti lebih baik, jika mereka tahu.” (TQS: Al-Baqarah: 103).
Manusia tempatnya salah, namun bukan mesti terjerumus dalam kesalahan. Menjadikan sebuah kesalahan menjadi pelajaran dan cemeti untuk berubah. Tentu berubah pada ketaatan bukan berubah menambah kesalahan.
Setiap langkah, kita sertakan Allah. Dialah yang akan memberikan kemudahan, memberikan kekuatan dan limpahan rahmat-Nya. Berjuang dengan taubatan nashuha, hingga akhir hidup diberikan husnul khatimah.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]
MasyaAllah Tulisan yang sangat bermanfaat dan begitu indah, next Tulisannya yang tetap terus memberikan motivasi tersendiri.