Ramadan Setiap Hari

"Derajat inilah yang seharusnya menjadi tujuan setiap mukmin ketika menjalankan kewajiban puasa Ramadan. Derajat takwa ini bukan hanya diraih saat bulan Ramadan saja, akan tetapi hasil dari puasa yang kita kerjakan secara ikhlas di bulan Ramadan, semestinya melahirkan pribadi yang semakin bertakwa pasca Ramadan."

Oleh. Ummu Ainyssa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Umi…Alhamdulillah ya puasa sudah mau selesai dan sebentar lagi kita akan merayakan lebaran," kata putraku yang saat ini duduk di kelas 1 SD.

"Iya Mas, sedih ya bentar lagi bulan Ramadan akan meninggalkan kita," jawabku menimpali.

"Lho kok sedih sih mi, Mas malah senang karena sebentar lagi kita akan merayakan hari raya dan tidak puasa lagi." Tambahnya seakan meyakinkanku.

"Bulan Ramadan 'kan bulan yang penuh kebaikan, Mas, pahala pun dilipatgandakan, dan setan juga pada diikat, kalau Ramadan selesai berarti 'kan setan dilepas lagi dan bakal mengganggu kita lagi," jelasku singkat.

Begitulah kiranya yang dirasakan oleh hampir semua anak seusianya. Ada kebahagiaan tersendiri saat Ramadan hendak usai. Lain halnya bagi kita yang sudah balig dan berakal, terkhusus bagi muslim yang beriman. Memang sudah selayaknya bagi setiap mukmin untuk menyambut hari raya dengan gembira, namun di balik rasa gembira itu tentu ada rasa sedih yang mendera. Sebab bulan Ramadan yang mulia, penuh dengan ampunan dan rahmat, kesempatan terbaik bagi setiap mukmin untuk berlomba-lomba meraih pahala akan segera berlalu. Tamu agung yang selama sebulan datang dengan semua kebaikan akan segera pulang.

Bagi muslim yang beriman, berbagai keutamaan dan kemuliaan yang ada di bulan Ramadan telah memberikan motivasi besar untuk meraih derajat tertinggi yaitu menjadi orang yang bertakwa. Selama sebulan penuh, kaum muslim mampu menundukkan hawa nafsunya. Di bulan ini pulalah kaum muslim terlatih dalam ketundukan dan ketaatannya kepada perintah dan larangan Allah Swt., termasuk meninggalkan aktivitas yang sejatinya dihalalkan di bulan-bulan lain, seperti makan dan minum. Maka, jika meninggalkan sesuatu yang halal saja bisa, apalagi meninggalkan perbuatan yang jelas haram.

Semua larangan itu bisa dengan ringan kita tinggalkan, sebab dorongan ketaatan yang begitu kuat dalam diri kita. Maka, sudah seharusnya tingkat keimanan ini senantiasa harus kita jaga, bukan hanya di bulan Ramadan saja, tetapi juga di bulan lainnya. Bahkan kita jadikan setiap hari sebagai bulan Ramadan. Teringat apa yang dituturkan oleh Imam Al-Ghazali, tatkala menjelaskan perumpamaan kehidupan,

"Jalani hidupmu seperti seolah-olah setiap harinya adalah Ramadan, maka akhirat akan menjadi hari rayamu."

Bahkan di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, beliau menjelaskan bahwa orang yang berpuasa terbagi dalam tiga tingkatan, yakni shaum al-'umum, shaum al-khushush, dan shaum khushush al-khushush.

Shaum al-'umum adalah puasa tingkatan pertama yang merupakan pelatihan dasar. Puasa yang hanya sekadar tidak makan, minum, dan meninggalkan semua hal yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Di tahapan ini manusia masih sangat rentan dengan pembatalan nilai-nilainya, karena masih terbukanya pintu kerusakan pahala puasa dengan keburukan anggota badan dan akal pikirannya. Ibarat orang yang berpuasa tetapi masih sering berkata bohong, gibah, mencaci, iri hati, dendam, dan lain-lain.

Sementara Rasulullah saw. pernah menyampaikan bahwa siapa saja yang berpuasa tapi tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan jahil, maka Allah tidak peduli dengan puasanya. Demikian seperti diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah.

Imam An-Nasai dan Ibnu Majah dalam sunannya, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلَّا السَّهَرُ

“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja. Berapa banyak orang yang bangun malam, tidak mendapat pahala kecuali hanya bangun malamnya saja.”

Selanjutnya shaum al-khushush. Imam Al-Ghazali menyebut tingkatan ini sebagai puasanya orang saleh yang sudah sampai derajat istimewa. Di tingkatan ini puasa tidak lagi hanya mengendalikan perut, melainkan juga mengendalikan dan mengontrol perilaku badan maupun panca indranya. Matanya sudah dikendalikan dari melihat tontonan yang sia-sia apalagi haram. Lisannya dikendalikan dari mengatakan ucapan yang sia-sia, seperti memfitnah, mengumpat, berdusta, dan lain-lain. Telinganya dipelihara dari mendengarkan perkataan yang sia-sia. Begitu pun seluruh anggota badannya dikendalikan dari tindakan dan perbuatan yang sia-sia.

Adapun shaum khushush al-khushush adalah tingkatan yang tertinggi yaitu puasanya orang-orang yang paling istimewa. Mereka berpuasa bukan sekadar menahan syahwat perut dan farji, menahan dan mengendalikan seluruh anggota badan dan panca indra dari segala perbuatan sia-sia, tapi juga mengendalikan dan mengarahkan segenap perasaan dan pikirannya untuk senantiasa selalu fokus pada ketaatan kepada Allah Swt. semata. Hasil dari puasanya adalah terlihat nyata adanya perubahan dalam hidupnya untuk selalu terikat dengan ketaatan terhadap perintah dan larangan-Nya.

Puasa pada derajat ini adalah puasa yang paripurna, puasa yang 100 persen, di mana mulai dari perut dan semua anggota badan, panca indra sampai kepada pikiran dan perasaan ikut berpuasa. Dikendalikan, dikontrol, dan difokuskan hanya kepada satu objek, yaitu kepada rida Allah Swt..

Derajat inilah yang seharusnya menjadi tujuan setiap mukmin ketika menjalankan kewajiban puasa Ramadan. Derajat takwa ini bukan hanya diraih saat bulan Ramadan saja, akan tetapi hasil dari puasa yang kita kerjakan secara ikhlas di bulan Ramadan, semestinya melahirkan pribadi yang semakin bertakwa pasca Ramadan.

Bukankah Rasulullah saw. pernah menyampaikan bahwa barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan berharap pahala, niscaya diampuni untuknya dosa-dosa yang telah lalu. Maka, sungguh sangat disayangkan jika di bulan Ramadan Allah telah mengampuni dosa-dosa kita, namun selepas Ramadan kita kembali menjadi pendosa.

Lantas bagaimana agar kita bisa menjadikan setiap hari bagaikan Ramadan? Hal ini tentu butuh perjuangan dari diri kita sendiri. Ringannya kita menahan hawa nafsu di bulan Ramadan adalah karena tingkatan keimanan kita yang tinggi, sehingga kita meyakini 100 persen bahwa perintah berpuasa adalah sesuatu yang wajib hukumnya dan tidak bisa ditawar lagi. Maka, ini jugalah yang seharusnya kita yakini dalam perintah Allah yang lainnya. Dan di sini dibutuhkan sikap mujahadah yaitu bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah. Yakin bahwa semua perintah dan larangan Allah adalah benar, tidak ada sedikit pun keraguan di dalamnya.

Selanjutnya, yang tidak kalah penting untuk kita tanamkan dalam diri kita adalah sikap muraqabah atau merasa selalu diawasi oleh Allah Swt.. Orang yang merasa dirinya selalu diawasi oleh Allah tentu akan merasa takut saat hendak melakukan perbuatan maksiat. Jika masuk ke sebuah gedung yang terpasang kamera pengawas CCTV saja kita merasa malu untuk berbuat yang aneh-aneh, apalagi jika yakin Allah-lah yang langsung mengawasi aktivitas kita. Keyakinan inilah yang akan selalu memotivasi kita untuk selalu terikat dengan syariatnya Allah. Di mana Allah Swt. memerintahkan setiap muslim agar dalam setiap aktivitasnya senantiasa terikat dengan hukum syariat.

Setelah perjuangan yang besar dalam diri kita, maka sangat perlu juga bantuan dari orang-orang di sekitar kita. Yakni perlunya kita untuk selalu berkumpul dengan orang-orang saleh. Sebab keberadaan orang saleh ibarat magnet kebaikan bagi kita. Tatkala kita hampir tergelincir dalam kemaksiatan, maka akan ada orang saleh di samping kita yang akan selalu mengingatkan dan saling memberikan nasihat.

Mengingat tidak mudahnya meraih derajat ketakwaan, maka perlu kita hadirkan dalam diri kita akan kewajiban untuk terus mencari ilmu. Semakin kita mencari ilmu, kita akan merasa betapa banyak kekurangan dalam diri kita. Dosa-dosa kita akan semakin terlihat. Bukankah kita selalu berdoa ingin dikumpulkan dalam golongan orang yang bertakwa? Sementara orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang paham dan tahu ilmu tentang apa yang hendak diperbuat, sebab amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu bisa tertolak.

Selanjutnya, yang terpenting juga adalah terus berdoa agar Allah selalu memberikan keistikamahan dalam setiap ibadah kita. Doa merupakan ibadah yang mulia. Allah Swt. sangat menyukai hamba-Nya yang berdoa, sebab dengan berdoa, artinya memperlihatkan sikap berserah diri kita serta mengakui betapa lemahnya diri kita sehingga kita membutuhkan Allah.

Allah Swt. berfirman dalam surah Ghafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina."

Itulah sebabnya Rasulullah saw. pernah mengajarkan umatnya untuk memperbanyak doa agar Allah Swt. selalu berikan keistikamahan serta mengokohkan hati kita terhadap agama dan atas ketaatan kepada-Nya.

Dengan semua ini, tentu harapan kita adalah semoga kita bisa menjalani setiap aktivitas dengan ringan sesuai dengan syariat yang Allah turunkan. Tiada lagi tujuan hidup kita melainkan kita hanya mengharap rida Allah semata. Sehingga setiap hari yang kita jalani bagaikan suasana di bulan Ramadan dan berhari raya di surga-Nya kelak. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Ummu ainyssa Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menangkis Kanker Kulit dengan Sunscreen
Next
Mudik Asyik, Penuh Berkah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram