”Pola makan tidak sehat sangat berkaitan erat dengan penyakit diabetes melitus. Minimnya pemahaman masyarakat tentang gizi dan nutrisi, dan juga faktor kemiskinan menjadi salah satu penyebab utamanya.”
Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis)
NarasiPost.Com-Diabetes adalah salah satu penyakit tidak menular yang mematikan. Diabetes juga disebut ”silent killer” karena jika gejalanya terabaikan akan menimbulkan penyakit komplikasi kronis. Kecenderungan penyakit ini semakin hari semakin mengalami peningkatan. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, apalagi penyakit diabetes sekarang tidak melihat usia, dari anak-anak hingga lansia, semua punya potensi untuk mengalaminya.
Diabetes melitus, yang umum disebut penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi. Diabetes ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang disertai dengan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein akibat insufisiensi fungsi insulin. (Kementerian Kesehatan RI)
Pada awalnya penderita penyakit ini tidak merasakan gejala yang signifikan. Namun, berjalannya waktu penyakit ini akan menggerogoti tubuh penderita yang bisa berakibat fatal.
Sehingga, perlu adanya deteksi dini terhadap penyakit diabetes ini yakni dengan cara: mengetahui gejala utama dan gejala tambahan, mengetahui tentang faktor risiko penyakit diabetes, dan pemeriksaan kadar glukosa darah dalam tubuh secara berkala.
Beberapa indikasi pengidap penyakit diabetes beragam, di antaranya:
Pertama, sering buang air kecil dan rasa haus yang berlebihan. Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, maka ginjal mencoba mengeluarkan banyak glukosa dan berusaha menyingkirkan glukosa ekstra dalam darah melalui air kencing. Karena seringnya buang air kecil maka akan menimbulkan rasa haus yang berlebih.
Kedua, penurunan berat badan berlebih. Hal ini dikarenakan hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel, yang berfungsi sebagai energi. Sehingga, tubuh memecah protein dari otot untuk sumber alternatif bahan bakar (energi). Hal ini juga bisa menimbulkan rasa lapar yang berlebih kepada penderita diabetes.
Ketiga, kesehatan kulit bermasalah. Misalnya kulit sering gatal, kulit menjadi lebih gelap di area anggota tubuh tertentu. Adanya infeksi jamur dan iritasi lainnya.
Keempat, terjadinya infeksi atau luka yang tidak segera sembuh. Hal ini terjadi akibat pembuluh darah mengalami kerusakan akibat glukosa berlebih yang mengelilingi pembuluh darah dan arteri.
Kelima, turunnya fungsi penglihatan yaitu penglihatan kabur.
Sebenarnya masih ada beberapa gejala umum penyakit diabetes lainnya, yaitu sering merasa mati rasa atau kesemutan di tangan dan di kaki yang merupakan tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh penyakit ini.
Penyebab Penyakit Diabetes
Selain adanya faktor genetik (keturunan), diabetes bisa disebabkan karena beberapa faktor. Faktor terbesar pada masyarakat saat ini adalah karena pola makan. Pola makan tidak sehat sangat berkaitan erat dengan penyakit diabetes melitus. Minimnya pemahaman masyarakat tentang gizi dan nutrisi, dan juga faktor kemiskinan menjadi salah satu penyebab utamanya.
Sebagai contoh, banyak para ibu memilih memberikan krim kental manis dari pada susu formula, protein hewani, dan sayuran kepada anak-anaknya. Alasan pertama, ibunya tidak paham soal gizi dan kedua, ibunya tidak punya uang untuk membelikan makanan sehat.
Masifnya industri gula dan makanan manis yang tidak terkontrol. Produksi besar-besaran makanan yang banyak mengandung gula menjadi salah satu penyumbang naiknya angka penderita penyakit diabetes di dunia.
Perlu Peran Negara
Ketika angka penyakit diabetes meningkat tajam, terutama jika anak-anak juga terjangkiti, sebagaimana yang terjadi saat ini, maka ini bukan hanya persoalan individu. Namun, persoalan sistemis. Sehingga negara seharusnya bertanggung jawab mengedukasi pola hidup sehat kepada rakyat.
Negara harus berperan sebagai penanggung jawab untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dan kemaslahatan rakyatnya. Termasuk dalam menjamin kesehatannya.
Negara wajib menyediakan sistem informasi yang memadai tentang makanan sehat dan gizi seimbang bagi masyarakat. Negara bisa mendayagunakan aparatur negara untuk memberikan pengetahuan yang cukup kepada rakyatnya. Memasukkan pengetahuan pola hidup sehat dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.
Namun, tidak cukup hanya edukasi, negara juga harus bertanggung jawab memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat mengonsumsi makanan bergizi. Karena faktor kemiskinan pula yang menjadi penyebab masyarakat tidak bisa mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Kapitalisme Penyumbang Terbesar Penyakit Diabetes
Latar belakang sistem kapitalisme yang orientasinya hanya pada materi, telah menimbulkan banyak masalah pada kehidupan umat manusia termasuk kesehatan.
Keserakahan kapitalisme mengakibatkan industri makanan dalam skala sedang dan besar abai terhadap syarat kesehatan demi mendapatkan keuntungan besar. Paradigma kapitalis yang berprinsip mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya, mengabaikan pertimbangan halal, haram, tayib atau tidak. Targetnya adalah permintaan pasar. Jika banyak yang menginginkan akan diproduksi besar-besaran. Setelah itu jika ada yang sakit mereka tidak menjamin untuk mendapatkan akses kesehatan, akibat sistem kesehatan yang dijadikan ajang bisnis. Kapitalisasi layanan kesehatan, yakni sehat sesuai dengan isi kantongnya.
Selain itu kapitalisme telah mengaruskan gaya hidup tidak sehat secara masif lewat iklan dan media. Makanan minuman yang dianggap instagramable, kegiatan review kuliner, yang membuat air liur menetes. Meskipun makanan tersebut banyak mengandung gula dan minim nutrisi, tetap menjadi konten yang pasti lewat di sosial media.
Belum lagi soal makanan dan minuman junk food hingga ultraprocessed food yang sehari-hari mudah didapatkan bertengger di etalase toko dan supermarket. Minuman manis tinggi gula diproduksi dan diiklankan dengan sangat masif, sehingga sangat memanjakan lidah, yang akhirnya tanpa disadari masyarakat mengonsumsi gula melebihi batas harian yang dianjurkan.
Meskipun di Indonesia sudah pernah membahas mengenai cukai pada minuman berpemanis sebagai upaya untuk pengendalian penyakit diabetes, dan menambah pemasukan negara, tetapi hingga kini juga belum terealisasi. Semuanya seperti lingkaran setan yang saling berkaitan. Buah simalakama penerapan sistem kapitalisme dalam kehidupan.
Sistem Islam Mewujudkan Masyarakat Sehat
Untuk menangani masalah diabetes yang sudah menggejala dan menjadi endemi, dibutuhkan revolusi tata aturan untuk keluar dari cengkeraman kapitalisme. Sistem kapitalisme telah gagal mewujudkan masyarakat sehat. Sebaliknya sistem Islam adalah sistem paripurna yang mampu mewujudkan masyarakat sehat bervisi akhirat.
Kebijakan kesehatan dalam sistem Islam sebagai salah satu subsistem, yang memiliki asas yang luar biasa. Bahkan Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Al-Bukhari yang artinya: ”Siapa saja di antara kalian yang berada di pagi hari sehat badannya; aman jiwa, jalan dan rumahnya; dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan ia telah diberi dunia seisinya.”
Dalam hadis ini, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keamanan adalah kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Islam mewajibkan bahwa negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Karena sejatinya berdasarkan hadis Rasulullah dalam riwayat Bukhari disebutkan, Imam (Khalifah) laksana penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.
Kebijakan kesehatan dalam sistem Islam akan memperhatikan terealisasinya beberapa prinsip di antaranya:
Pertama, pola baku sikap dan perilaku sehat.
Kedua, Lingkungan sehat dan kondusif.
Ketiga, pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau.
Keempat, kontrol efektif terhadap penyakit sosial.
Pembinaan pola sikap dan perilaku sehat baik secara fisik, mental maupun sosial, pada dasarnya merupakan bagian dari pembinaan kepribadian Islam itu sendiri. Keimanan yang kuat dan ketakwaan menjadi keniscayaan. Syariat sangat memperhatikan pola makan sehat dan berimbang. Perintah syariat untuk memakan makanan halal dan tayib (bergizi). Melarang makanan berbahaya, perintah tidak berlebihan dalam makan, mengisi perut dengan 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara, termasuk kaitannya dengan syariat puasa baik wajib maupun sunah. Syariat juga menganjurkan olah raga dan sikap hidup aktif.
Menumbuhkan pola sikap dan perilaku sehat ini dilakukan dengan membina kepribadian Islam dan ketakwaan masyarakat. Ini akan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat umumnya.
Kebijakan kesehatan sistem Islam adalah mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat dan kondusif. Dalam kaitannya dengan penanganan diabetes, negara wajib memastikan terpenuhinya kebutuhan gizi, dan membentuk pola makan sehat. Negara bertanggung jawab memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat mengonsumsi makanan bergizi. Harus ada kebijakan pangan yang berpihak pada pemenuhan gizi bagi seluruh anak khususnya, dan warga negara secara keseluruhan. Jaminan gizi generasi tidak menjadi sebuah pilihan yang diserahkan kepada masing-masing keluarga. Namun, negara yang akan memastikannya.
Kontrol terhadap peredaran makanan dan minuman yang halal dan tayib menjadi tugas negara. Negara juga harus memberikan pendidikan kesehatan bagi warga negaranya.
Intervensi negara mutlak diperlukan untuk mengontrol peredaran makanan dan minuman yang membahayakan masyarakat. Jika ada makanannya yang membahayakan kesehatan, negara wajib mencabut izin edarnya dan memberikan sanksi tegas bagi produsen dan pihak distributor. Sehingga tidak akan sampai ke tangan konsumen.
Pelayanan kesehatan berkualitas akan bisa direalisasikan jika didukung dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Serta ketersediaan sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Negara Islam wajib menjamin hal ini.
Pada penyakit diabetes yang penyebabnya faktor autoimun, negara wajib menyediakan layanan gratis berkualitas untuk deteksi dini. Negara akan memberikan treatment dan pengobatan bagi penderita sepanjang dibutuhkan. Bahkan apabila harus berobat seumur hidup, semuanya gratis. Layanan cek gula darah rutin disediakan negara secara gratis dengan akses yang mudah. Penyuluhan terhadap orang tua bagi penderita diabetes anak juga menjadi tanggung jawab negara. Untuk penyakit diabetes karena faktor genetis dan gaya hidup, pelayanan kesehatan juga diberikan secara gratis. Pelayanan Islam kepada rakyatnya tidak memandang status sosial, orang kaya, miskin dan dari mana berasal, semua mendapat pelayanan yang sama. Pembiayaan ini bisa diambil dari baitulmal, baik dari pos harta milik negara ataupun harta milik umum.
Dalam kontrol sosial, akan dibangun suasana saling menjaga antaranggota masyarakat, dengan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Seperti dalam kisah Umar bin Khattab yang pernah bertemu seseorang di jalan, dan bertanya kepadanya, “Kenapa perutmu besar seperti ini (buncit)?“, tanya Umar bin Khattab. 'Ini karunia dari Allah,’ jawab orang tersebut. ‘Ini bukan berkah, tapi azab dari Allah!’ seru Umar. Umar pun melanjutkan: “Hai sekalian manusia, hai sekalian manusia, hindari perut yang besar. Karena membuat kalian malas menunaikan salat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan salat, terhindar dari sifat boros, dan lebih giat beribadah kepada Allah.”.
Demikianlah, generasi Islam di masa lampau adalah generasi yang kuat fisik dan pikirannya. Generasi yang selalu siap berjihad dan membuat musuh gentar. Generasi yang tidak malas-malasan dan mengidap banyak penyakit. Tidak memperturutkan hawa nafsu saat makan. Makan secukupnya, diolah dengan benar, dipastikan halal dan membawa kebaikan bagi tubuh. Sering berpuasa seperti rasulnya.
Nikmat sehat adalah salah satu perkara yang akan ditanya oleh Allah di akhirat nanti. Dan Islam memiliki karakter ideal masyarakat yang bisa membentuk masyarakat sehat. Di mana dalam kehidupan masyarakat Islam ini kita beraktivitas dengan aturan Allah dalam memenuhi kebutuhan fisik dan naluri, dan disandarkan pada ketakwaan kepada Allah. Dengan penerapan Islam secara kaffah, akan mengeliminasi faktor-faktor munculnya berbagai macam penyakit.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]