Ramadan: Tegakkan Dakwah dan Jihad

” Ramadan justru dijadikan momentum bulan membangun kekuatan, perlawanan, perjuangan, dan meraih kemenangan. Bila kita mau bercermin ke masa lalu, bagaimana dahulu penaklukan demi penaklukan telah dilakukan Rasulullah saw. dan para sahabat melawan musuh.”

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tiada yang patut disyukuri, manakala masih diberi kesempatan menikmati menunaikan saum di bulan Ramadan 1444 H. Tanpa terasa Ramadan kini telah memasuki pertengahan menuju akhir bulan. Sebagai orang yang beriman, kita tentu harus terus memupuk semangat menjalaninya hingga tuntas sebulan, jika tak ada uzur.

Seperti diketahui, Ramadan adalah bulan suci umat Islam. Umat pun berlomba-lomba melaksanakan berbagai amalan ibadah di dalamnya. Siang hari mereka berpuasa, malam hari melaksanakan tarawih. Bagi orang yang mengerjakannya, bisa mengantarkannya meraih derajat takwa. Bahkan ada satu malam yang begitu istimewa yang selalu dinantikan yaitu malam Lailatulqadar atau dikenal dengan malam seribu bulan.

Ramadan bulan ibadah bertabur pahala yang dilipatgandakan. Bulan ketika Allah Swt. membukakan pintu pengampunan sebesar-besarnya kepada hambanya yang bertobat, meskipun dosanya sebesar gunung Uhud. Bulan yang juga di dalamnya dibukakan pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. Dalam kesempatan ini, alangkah baiknya setiap muslim berupaya meningkatkan amalan-amalan saleh lainnya seperti salat tarawih, witir, tahajud, tadarus Al-Qur'an, memperbanyak sedekah, dan lain-lain.

Ramadan juga dikenal sebagai bulan menebarkan dakwah dan jihad. Menjadikannya sebagai bulan perjuangan untuk menegakkan keadilan serta menumbangkan kezaliman. Oleh karenanya, salah besar jika ada yang menafsirkan bahwa bulan saum umat tidak boleh marah atas kezaliman yang terjadi, pasrah dengan keadaan yang ada, diam ketika dianiaya, dihina, bahkan diperlakukan tidak manusiawi tanpa perlawanan. Bukan sabar namanya, tetapi sebuah keteledoran dan kelemahan yang harus disingkirkan.

Ramadan justru dijadikan momentum bulan membangun kekuatan, perlawanan, perjuangan, dan meraih kemenangan. Bila kita mau bercermin ke masa lalu, bagaimana dahulu penaklukan demi penaklukan telah dilakukan Rasulullah saw. dan para sahabat melawan musuh. Sungguh semangatnya bagai bara api yang terus membara, siap membumihanguskan setiap musuhnya. Selalu siap siaga berlaga di medan tempur tanpa gentar sedikit pun. Serta kilauan kilat pedang yang siap menyambar kepongahan sang musuh durjana.

Sejarah telah mencatat beberapa peristiwa penting saat Ramadan, sedikit di antaranya:

Pertama, setelah tujuh belas bulan Rasulullah saw. hijrah. Beliau mengirim pasukan Hamzah yang dikenal dengan "Singa Allah" untuk membawa bendera pertama. Di mana bendera tersebut diserahkan langsung oleh Rasul sendiri kepada Hamzah. Pasukan Hamzah sengaja dikirim untuk mengadang kaum kafir Quraisy yang datang dari Syam menuju Makkah kala itu.

Kedua, peristiwa perang Badar Al-Kubra yang kemudian diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai Yaum Al-Furqan atau Hari Pembeda, peperangan ini bergejolak pada hari Jumat, 17 Ramadan 2 Hijriah. Ketika itu, pasukan kaum muslimin hanya berjumlah 313 orang, khusus 1 orang yang menunggang kuda, selebihnya pasukan hanya berjalan kaki. Dan terekam jejak 14 orang telah menjadi syuhada. Sementara, pasukan kafir Quraisy berjumlah 1000 orang kala itu, sedangkan pasukan berkuda sejumlah delapan puluh orang dan sisanya berjalan kaki. Personel pasukan yang gugur sekitar tujuh puluh orang, sementara tujuh puluh orang lainnya menjadi tawanan.

Masyaallah tabarakallah. Jika dilihat dari segi jumlah pasukan kaum muslimin dengan pasukan kafir Quraisy sangat tidak sebanding dan tidak mungkin menang. Tetapi, Allah Swt. memberikan pertolongan kepada hamba yang dikehendakinya. Dengan mendatangkan 5000 malaikat memberikan pertolongan kepada pasukan kaum muslimin, tentara musuh pun tak mampu berkutik. Sungguh benar firman Allah yang terangkai dalam surah Ali-Imran ayat 30, "Ya (cukup) jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.”

Ketiga, peristiwa penaklukan Makkah yang terjadi pada 10 Ramadan 8 H. Rasulullah saw. dan para sahabat bersama 10.000 pasukan kaum muslimin berangkat dari Madinah dalam keadaan berpuasa, lalu singgah sebentar untuk sekadar berbuka di suatu tempat yang bernama Mukadid. Kemudian melanjutkan perjalanan, hingga akhirnya berhasil menaklukkan tanpa adanya pertempuran di Kota Makkah yang terkenal dengan Al-Fath Al-A'dham (Fathu Makkah).

Pada akhirnya kaum kafir Quraisy beramai-ramai memeluk agama Islam, termasuk sepupu Rasulullah, Abu Sufyan bin Harits dan para tokoh-tokoh kafir Quraisy pada masa itu. Berhala-berhala yang ada sekitar Ka'bah lalu dihancurkan. Dan terbebaslah mereka dari kesyirikan menyembah selain Allah.

Keempat, perang Qadisiyah merupakan invasi untuk mengalahkan Persia yang dilakukan oleh khulafaurasyidin dimulai sejak kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq hingga terus berlanjut kepemimpinan berikutnya. Berbagai pertempuran mengiringi perjalanannya hingga menang meluluhlantakkan pasukan Romawi di Tabuk, penaklukan Sirakusa, Manzikert, dan penaklukkan Andalusia oleh Tariq bin Ziyad (91 H). Kekalahan tentara Mongol akibat perlawanan Sultan Saifuddin Quthuz atau dikenal dengan Perang Ain Jalut yang terjadi pada 25 Ramadan 658.

Pada masa Kekhilafahan Utsmaniyyah, ada peristiwa heroik yang sangat terkenal, yaitu Sultan Muhammad Al-Fatih dengan gagah berani bersama pasukan terbaiknya menaklukkan Kota Konstantinopel serta wilayah lainnya. Peristiwa kemenangan pasukan Salahudin Al-Ayyubi atas perang Salib di Jerusalem. Hingga Mesir dan Suriah melawan gempuran tentara Israel di Semenanjung Sinai yang terjadi pada 10 Ramadan (1393)

Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa penting yang terjadi selama bulan Ramadan. Tiadalah Allah Swt. mengingkari apa-apa yang telah menjadi janji-Nya, serta memuji mereka yang berjihad fi sabilillah, seperti dalam surah At-Taubah ayat 111, “Sungguh Allah telah membeli dari kaum mukmin, baik diri maupun harta mereka, dengan bayaran surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah hingga mereka membunuh atau terbunuh."

Maka marilah kita jadikan Ramadan ini sarana menggencarkan dakwah, membangkitkan pemikiran umat dengan Islam kaffah. Demi mencapai persatuan dan kesatuan serta meningkatkan semangat mengembalikan junnah kaum muslimin di tengah umat yang telah hilang. Sebab kemenangan hakiki hanya akan dicapai bila menerapkan kembali hukum syariat-Nya secara kaffah dalam bingkai Khilafah Rasyidah, dengan satu instruksi di bawah kepemimpinan seorang imam atau khalifah.

Sebab merupakan kewajiban dari Sang Pemilik alam semesta, Allah Swt. Sebagaimana hadis riwayat Muslim Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh imam (khalifah)adalah perisai/pelindung, orang-orang berperang di belakang dirinya dan menjadikan dia sebagai pelindung."

Oleh karenanya, merupakan perkara wajib yang tidak ada tawar-menawar di dalamnya, saat ini kaum muslimin sangat membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar bertakwa, jujur, adil, amanah, pemimpin yang tidak pernah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Dan kriteria pemimpin tersebut hanya terdapat dalam Islam saja. Maka sudah selazimnya umat mewujudkannya.

Hendaklah firman berikut menjadi renungan bagi kita bersama, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang fasik." (TQS: An-Nur: 55)

Pada akhirnya, sebagai hamba yang beriman dan meyakini hari pembalasan, jika Ramadan saat ini masih ada saudara seiman kita yang kehidupannya tertindas, terpuruk, diperangi serta mengalami siksaan fisik maupun psikis, sehingga untuk berpuasa pun tak leluasa, sementara kita abai dan cuek akan nasib mereka, maka ada baiknya evaluasi kembali iman kita.

Wallahu a'lam bishawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Hadiah Spesial dari NP
Next
Paradoks Kebebasan Berpendapat dalam Demokrasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram