Menjadikan Keluarga Ahlul Qur'an

”Ahlul qur'an adalah mereka yang turut serta menjadikan hukum Al-Qur'an berada di atas semua hukum yang ada.”

Oleh. Firda Umayah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setiap orang tua, pasti memiliki harapan besar kepada semua anaknya. Berharap anaknya menjadi anak yang saleh, cerdas, penghafal Al-Qur'an, menjadi orang yang sukses, dan lain-lain, termasuk menjadi ahlul qur'an.

Menjadi ahlul qur'an merupakan keinginan mulia di hadapan Allah Swt. Terdapat ayat Al-Qur'an dan hadis Rasul saw. yang menjelaskan kriteria orang yang mendapatkan predikat ahlul qur'an. Lantas, apa saja kriteria ahlul qur'an itu? Bagaimana cara membentuk keluarga yang ahlul qur'an?

Makna Ahlul Qur'an

Kata ahlul qur'an berasal dari bahasa Arab. Kata ahlul qur'an merujuk kepada hadis Rasulullah saw. berikut.

Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

"Sesungguhnya bagi Allah ada keluarga dari kalangan manusia. Lalu Sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah saw.?’ Rasul saw. menjawab, ‘Ahlul qur'an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang spesial-Nya." (HR. Ahmad dan Hakim).

Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa Allah memiliki keluarga atau "ahlullah" yaitu ahlul qur'an. Ahlul qur'an sendiri diberikan isim dhamir jamak yaitu hum atau mereka, yang memiliki makna lebih dari satu orang. Tak hanya itu, isim dhamir itu merujuk kepada isim makrifat (kata benda khusus) yang diberikan kepada orang-orang tertentu yakni keluarga Allah yang spesial.

Dalam hadis di atas, besarnya predikat ahlul qur'an sebagai keluarga Allah, lantas menyisihkan pertanyaan, bagaimanakah karakteristik ahlul qur'an itu?

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

"Sebaik-baik dari kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).

Dari hadis tersebut tampak jelas bahwa predikat sebaik-baik manusia (muslim) adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. Kata mempelajari Al-Qur'an, tidak hanya bermakna belajar membaca Al-Qur'an dengan benar. Tetapi juga belajar menghafal, mengamalkan dan menaati isi Al-Qur'an. Begitu juga dengan makna mengajarkan Al-Qur'an. Ini bukan sekadar mengajarkan cara membaca Al-Qur'an yang benar. Tetapi juga mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Qur'an.

Oleh karena itu, predikat ahlul qur'an adalah mereka yang berinteraksi dengan Al-Qur'an. Mulai dari membacanya, menghafalnya, mengajarkannya dan mengamalkannya. Termasuk dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai "hujah" dan petunjuk hidup atau Al-Huda. Allah Swt. berfirman,

الۤمّۤ ۚ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

"Alif lam mim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah : 1-2).

Menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, sama dengan menjadikannya sebagai rujukan hidup dalam sehari-hari. Sehingga, harus ada upaya untuk menerapkan isi Al-Qur'an yaitu syariat Islam di dalam kehidupan. Ahlul qur'an adalah mereka yang turut serta menjadikan hukum Al-Qur'an berada di atas semua hukum yang ada.

Menjadikan Keluarga sebagai Ahlul Qur'an

Menjadi keluarga ahlul qur'an, harus dimulai dari kedua orang tua yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Yaitu berasal dari orang tua yang senantiasa belajar dan mengajarkan isi Al-Qur'an yang mereka pahami.

Mendidik anak menjadi ahlul qur'an merupakan proses panjang dan bertahap. Orang tua harus sabar membimbing anak dan turut serta berusaha menjadikan dirinya menjadi ahlul qur'an pula. Sebab, apa yang dilakukan orang tua akan lebih mudah ditiru oleh anak. Pola pikir dan sikap anak juga dipengaruhi oleh pola pikir dan sikap orang tuanya. Untuk mendidik anak menjadi ahlul qur'an, berikut ini hal yang harus orang tua perhatikan.

Pertama, orang tua harus mengenalkan Al-Qur'an kepada anak sejak dini. Dimulai dari membacakan Al-Qur'an sejak dalam kandungan, senantiasa memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an di dalam rumah, mengenalkan mushaf Al-Qur'an, dll.

Kedua, orang tua harus mengajarkan adab kepada anak sesuai dengan isi Al-Qur'an di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti adab untuk berbuat baik kepada orang tua, adab ketika melakukan aktivitas harian (makan, tidur, berbicara, dll.) serta adab ketika berinteraksi dengan orang lain (bertamu, berteman, bertetangga, dll.).

Ketiga, orang tua harus mengajarkan cara membaca Al-Qur'an yang benar untuk anak. Membaca dengan tartil dan memahami isi Al-Qur'an sesuai dengan tahapan usia anak. Termasuk menghadirkan kisah-kisah yang ada di dalam Al-Qur'an.

Keempat, orang tua harus mengajarkan syariat Islam yang bisa diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari. Syariat yang mencakup urusan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Misalnya, dalam perkara akidah, anak diajak untuk mengesakan Allah semata. Dalam perkara ibadah, anak diajarkan dan diminta untuk melaksanakan salat, puasa, dll. Dalam perkara akhlak, anak diminta untuk berlaku jujur, tanggung jawab, dapat dipercaya, dll. Dalam perkara muamalah, anak diminta untuk ta'awun (tolong menolong) dalam kebaikan, peduli, dll.

Kelima, anak harus dipahamkan dan diajarkan untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Tidak melakukan aktivitas sebelum mengetahui hukumnya. Senantiasa membela dan menjaga kehormatan Al-Qur'an dari orang-orang yang melecehkan bentuk fisik mushaf Al-Qur'an ataupun isi dan makna Al-Qur'an.

Keenam, anak dan seluruh anggota keluarga harus diajak untuk mendakwahkan isi Al-Qur'an. Yaitu dengan cara menjadi pengemban dakwah Islam yang benar dan bergabung dengan jemaah dakwah sesuai metode dakwah Rasulullah saw.

Penutup

Itulah keenam hal yang bisa dilakukan untuk membentuk keluarga menjadi ahlul qur'an. Pembentukan ini, akan lebih mudah dilakukan ketika syariat Islam telah diterapkan dalam kehidupan secara keseluruhan. Yaitu dengan adanya institusi negara penerap Islam. Karena, bagaimana pun juga, kondisi masyarakat dan penerapan hukum dari suatu negara turut memengaruhi karakteristik suatu keluarga. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Firda Umayah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com Salah satu Penulis Inti NarasiPost.Com. Seorang pembelajar sejati sehingga menghasilkan banyak naskah-naskahnya dari berbagai rubrik yang disediakan oleh NarasiPost.Com
Previous
Ramadan ala Kupu-Kupu
Next
Dakwah Literasi bersama NarasiPost.Com
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram