"Saya sangat berterima kasih kepada NarasiPost.Com, khususnya kepada pemimpin redaksinya, Mom Andrea yang telah berinisiatif membukukan tulisan-tulisan Konapost dalam bentuk antologi. Semoga segala jerih payah Mom Andrea beserta seluruh Tim NarasiPost.Com akan dicatat oleh Allah Swt. sebagai amal baik yang akan menambah berat timbangan amal mereka."
Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Menerbitkan buku merupakan cita-cita setiap penulis. Sebab, melalui buku itulah, karya mereka akan tetap abadi, meskipun mereka telah tiada. Melalui buku itulah jejak literasi mereka akan tetap ada dan memberi manfaat kepada manusia.
Cara Menerbitkan Buku
Menerbitkan buku dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui penerbit mayor. Caranya dengan mengajukan draf buku ke penerbit mayor. Dalam draf tersebut, sudah terdapat isi lengkap buku, mulai dari kata pengantar, daftar isi, isi buku, hingga profil penulis.
Namun, hal ini tidak mudah dan membutuhkan waktu lama. Sebab, penerbit mayor biasanya juga memiliki kriteria tertentu, baik isi maupun kualitas tulisan. Di samping itu, banyak penulis yang mengajukan draf buku ke penerbit mayor. Karena itu, pihak penerbit membutuhkan waktu untuk meneliti setiap naskah yang masuk.
Memang, jika diterbitkan oleh penerbit mayor, penulis tidak perlu pusing dengan berbagai urusan persiapan penerbitan. Mulai dari pengeditan, tata letak, pembuatan desain sampul, hingga ISBN. Demikian pula dengan masalah promosi, distribusi, dan pemasaran. Semua akan ditanggung oleh penerbit.
Hanya saja, keuntungan yang diperoleh penulis ditentukan oleh pihak penerbit. Biasanya berupa royalti dari penjualan buku. Jumlah royalti ditentukan sesuai kesepakatan. Biasanya sekitar 10 persen dari harga buku.
Kedua, melalui penerbit indi atau penerbit mandiri. Nah, jika melalui penerbit indi, penulis memang dapat menyerahkan urusan pengeditan, pengaturan tata letak, pembuatan desain sampul, dan pembuatan ISBN kepada penerbit. Namun, penulis harus mengeluarkan biaya, di samping biaya cetak buku, tentunya. Untuk pembuatan ISBN, penulis tidak perlu mengeluarkan biaya karena sejak tahun 2011, pembuatannya tidak dipungut biaya.
Penulis yang menerbitkan buku melalui penerbit indi dapat menentukan jumlah buku yang hendak dicetak. Bahkan, satu buku pun tidak masalah. Namun, biasanya semakin banyak yang dicetak, potongan harga yang diberikan oleh penerbit juga semakin besar.
Jika menerbitkan buku melalui penerbit indi, penulis juga harus melakukan promosi dan pemasaran sendiri. Ia dapat menentukan sendiri keuntungan yang diinginkannya. Biasanya keuntungan yang diambil sekitar 50 persen dari harga buku.
Saya sendiri, pernah menerbitkan buku solo di penerbit indi sebanyak dua kali. Buku yang pertama berisi kumpulan tulisan opini. Sedangkan buku yang kedua, berisi tulisan story. Untuk itu, saya harus mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Di samping itu, harus mengorbankan waktu serta tenaga untuk melakukan pengeditan dan sebagainya. Karena itulah, hingga kini, saya belum pernah menerbitkan buku solo lagi.
Antologi NarasiPost.Com
Untuk menyiasati biaya cetak yang mahal dapat dilakukan dengan menerbitkan antologi. Yaitu, buku yang berisi kumpulan tulisan dari beberapa penulis. Antologi pertama yang saya miliki, saya tulis bersama kakak perempuan saya. Antologi itu sekaligus menjadi buku pertama saya. Setelah itu, saya ikut dalam beberapa antologi bersama beberapa teman di komunitas menulis yang saya ikuti.
Antologi saya pun bertambah karena ternyata NarasiPost.Com membukukan tulisan-tulisan yang telah dipublikasikan di media ini. Antologi yang diterbitkan oleh NarasiPost Media Publisher ini ada yang disusun berdasarkan rubrik yang sama. Misalnya, rubrik opini, motivasi, story, atau yang lainnya.
Ada pula yang disusun dari naskah-naskah challenge yang memenuhi kriteria. Misalnya, antologi yang berjudul Jejak Penakluk Aksara Mengguncang Nusantara. Antologi ini merupakan kumpulan naskah beberapa challenge yang diadakan oleh NarasiPost.Com antara tahun 2020-2021. Yaitu, Challenge Ke-1 sampai Challenge Ke-4 NarasiPost.Com, Challenge Kaleidoskop 2021, serta naskah terbaik tiap bulan.
Antologi-antologi itu dibuat sebagai bentuk penghargaan NarasiPost.Com terhadap karya para kontributor NarasiPost.Com. Pemimpin Redaksi NarasiPost.Com yang memiliki pengalaman sebagai seorang penulis, memahami proses yang tidak mudah yang dilalui oleh para penulis saat menghasilkan sebuah karya.
Tentu, saya merasa bersyukur karenanya. Bersyukur karena beberapa tulisan saya berada dalam satu buku dengan para penulis hebat. Satu kesempatan yang tidak akan saya peroleh jika saya menerbitkan buku sendiri.
Buku-buku itu memang bukan buku yang laris bak kacang rebus seperti karya para penulis terkenal. Buku-buku itu juga tidak mendatangkan kekayaan bagi penulisnya. Apalagi, bagi NarasiPost Media Publisher. Bahkan, bisa jadi, media ini harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
Namun, upaya NarasiPost.Com dalam menerbitkan antologi-antologi ini sejalan dengan hadis Rasulullah saw. yang berbunyi,
وإن العلماء ورثة الأنبياء
"dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi." (HR. Abu Dardak)
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dardak ini, Rasulullah saw. menyatakan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi mewariskan ilmu, bukan harta.
Ilmu itu akan abadi jika dituliskan. Tulisan itu akan semakin banyak dibaca, jika disebarkan. Mengumpulkannya dan menerbitkannya dalam sebuah buku, akan membuatnya semakin mudah dibaca dan disebarkan. Maka, upaya NarasiPost.Com untuk menerbitkan antologi-antologi ini secara tidak langsung telah membantu pewarisan ilmu.
Karena itu, saya sangat berterima kasih kepada NarasiPost.Com, khususnya kepada pemimpin redaksinya, Mom Andrea yang telah berinisiatif membukukan tulisan-tulisan Konapost dalam bentuk antologi. Semoga segala jerih payah Mom Andrea beserta seluruh Tim NarasiPost.Com akan dicatat oleh Allah Swt. sebagai amal baik yang akan menambah berat timbangan amal mereka. Semoga, antologi-antologi itu akan menjadi jejak literasi saya, saat saya tak mampu lagi menggerakkan pena. Sebagaimana ungkapan sebagian ulama, bahwa para ulama telah pergi, yang tinggal hanyalah buku-buku mereka.
Wallaahu a'lam bishawab.[]