”Tak mudah bagimu mengerti dunia ini. Begitu pula tak mudah bagi dunia menerima dan memperlakukanmu dengan tepat.”
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Mataku mengembun. Di tengah keramaian ini, aku mengingatmu. Bagaimana keadaanmu di sana? Apakah kau baik-baik saja? Pertanyaan yang jawabannya hampir pasti kutahu.
Perasaan bersalah karena telah meninggalkanmu. Meskipun hanya sebentar, tetapi waktu terasa begitu lama. Gundah kerap kali menghampiri. Tetap saja mengkhawatirkan dirimu meskipun aku tahu ada yang menjagamu saat aku tak ada di sisimu. Bagaimana lagi, Nak, aku adalah ibumu?!
Saat semua orang bersuka ria dalam hangatnya kebersamaan, setitik kelabu menggelayut di hatiku. Tak kulihat sosokmu di mataku. Perlahan sendu mengetuk kalbu. Tanpamu, aku seakan tak utuh. Bagaimana lagi, Nak, aku adalah ibumu?!
Tak ada dirimu di dekatku, membuat hati sering tak tenang. Bagaimana jika kau membutuhkan sesuatu dan tak ada yang paham maumu? Bagaimana jika kau berbuat sesuatu dan ada yang terganggu? Bagaimana jika kau gelisah dan tak ada yang bisa menenangkanmu? Tak mampu bersabar atas 'ulahmu'?
Maafkan ibu, Anakku! Ibu hanya pergi sebentar. Ibu pergi demi memenuhi sebuah kewajiban dari-Nya. Ibu pergi untuk mencari ilmu sebagai bekal mengemban amanah mulia. Bukan karena ibu ingin dianggap hebat atau semacamnya, tetapi untuk merintis hidup dan masa depan yang lebih baik dalam naungan-Nya. Ibu telah berazam untuk menjadi bagian dari mereka yang menempuh jalan perjuangan-Nya. Berjuang bersama supaya kita semua bisa tetap bersandar pada akidah yang hakiki. Meskipun ibu hanya punya sedikit untuk diberikan, tetapi ibu ingin mempersembahkannya untuk jalan mulia ini. Walaupun ibu bagai butiran debu, tetapi ibu berharap itu menjadi hujah di hadapan-Nya kelak.
Beberapa keadaan yang mungkin masih sulit bagimu untuk beradaptasi. Itu sebabnya kenapa aku harus meninggalkanmu sementara waktu. Mungkin aku salah. Mungkin aku yang terlalu over protected. Mungkin saja kau sebenarnya bisa, tetapi aku yang terlalu takut dunia akan menyakitimu. Ibu hanya berusaha melindungimu. Bagaimana lagi, Nak, aku adalah ibumu?!
Saat orang lain lupa denganmu, tak sedetik pun aku begitu. Saat orang lain larut dalam bahagia, aku mencarimu. Mungkin aku terlalu mencintaimu sehingga seakan hanya kau dalam duniaku. Bagaimana lagi, Nak, aku adalah ibumu?!
Anakku sayang, engkau adalah yang terutama bagiku. Kau selalu ada di hatiku. Terkadang, aku merasa telah mengabaikan orang lain demi kebahagiaanmu. Aku meminta maaf pada mereka. Aku pun menerima jika mereka menganggapku terlalu fokus denganmu. Aku minta maaf jika sikapku itu menyakiti hati. Aku minta maaf atas ketidakmampuan meletakkan cinta dengan semestinya. Aku tak berharap mereka bisa memahami seutuhnya rasa cinta dan kasihku padamu. Mungkin di pandangan mereka, aku berlebihan. Namun, inilah caraku menyayangimu.
Menjagamu bukan lagi tugasku. Namun, sudah menjadi kebutuhanku. Aku takut lalai dalam melindungimu. Aku takut penyesalan akan memburuku karena aku tak bisa menjalankan amanah ini. Meskipun aku sadar jika upayaku masihlah amat jauh dari sempurna.
Apalagi dengan kondisimu yang berbeda dari anak lainnya. Sebuah keadaan yang menuntut perlakuan khusus. Segala dinamika emosi yang kadang sulit dimengerti. Semua polah yang sering kali menguji kesabaran diri. Tak mudah bagimu mengerti dunia ini. Begitu pula tak mudah bagi dunia menerima dan memperlakukanmu dengan tepat. Banyak yang mencoba memahami. Namun, banyak juga yang menganggap anak sepertimu adalah aneh. Bahkan, ada yang melihatmu dan teman-teman istimewamu seperti manusia tak waras.
Itu sama sekali tak mengubah perasaan ibu, Nak! Tak ada yang menghalangi cinta ibu padamu. You’re always be in my heart. No matter what happen, you’ll be my priority. Aku berlindung kepada-Nya supaya perasaan ini tak disusupi oleh setan yang suka menjerumuskan. Sekuat tenaga kusandarkan cintaku padamu hanya pada-Nya. Menjaga agar cinta ibu tak melebihi cinta pada Sang Maha Kuasa. Kupinta agar setiap detikku bersamamu selalu mendapat perlindungan dan rida-Nya. Sebab, memang hanya Dialah pemilik segala rasa dan asa yang kita punya.
Aku sadar bahwa kau sama sekali bukan milikku. Kita tak bisa selamanya bersama. Kau dan aku akan berpisah bila saatnya tiba. Aku mencintaimu karena itu dirimu. Aku mencintaimu dengan apa adanya dirimu dan diriku.
Anakku sayang, buah hatiku yang istimewa. Jantungku satu-satunya. Dirimu yang Allah hadirkan melengkapi hidupku. Dengan keunikanmu, Dia berikan aku kesempatan menyelami dunia yang baru dan sangat berbeda. Mempelajari banyak hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Aku sangat bersyukur pada-Nya. Di saat yang sama, aku juga memohon kekuatan pada-Nya agar kaki ini tetap tegak dan lurus menemanimu hingga di ujung waktu.
Cinta ibu akan mengikutimu ke mana pun kau pergi, Nak. Begitu pula dengan doa yang ibu panjatkan. Ibu bukanlah yang terbaik. Namun, ibu akan mengusahakan yang sebaik mungkin untukmu hingga napas terakhir. Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]