Sekolah Lebih Pagi, Akankah Jadi Solusi?

"Sistem kapitalisme yang diterapkan nyatanya tidak mampu sepenuhnya mendukung dunia pendidikan. Fasilitas sekolah gratis yang digaungkan, faktanya masih jauh dari kata layak. Baik dari segi sarana maupun kurikulum yang diterapkan."

Oleh. Neni Nurlaelasari
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pendidikan merupakan hal penting dalam mencetak generasi penerus bangsa. Banyak upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas peserta didik. Salah satunya, kegiatan yang sedang viral di Nusa Tenggara Timur (NTT), mewajibkan peserta didik khusus kelas XII masuk jam 5.00 WITA. Kebijakan yang ditetapkan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia di NTT (CNNindonesia.com, 03/03/2023).

Program yang diusulkan tersebut mendapat penolakan dari berbagai pihak, termasuk DPRD NTT. Menurut Ketua Komisi V DPRD NTT, Yunus Takandewa, tidak ada korelasi antara masuk sekolah jam 5.00 WITA dengan peningkatan mutu dan kualitas bagi pendidikan (CNNIndonesia.com, 04/03/2023). Lalu seberapa efektifkah aturan tersebut untuk memperbaiki kualitas siswa?

Penyebab Kualitas Pendidikan Buruk

Tidak dimungkiri, kondisi kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dalam taraf mengkhawatirkan. Usaha mengubah jam awal sekolah diharapkan dapat memperbaikinya. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah solusi tepat untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Karena tidak memberikan pengaruh signifikan dalam hal kedispilinan dan etos belajar.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kualitas rendahnya pendidikan, di antaranya :

1. Lemahnya motivasi belajar dalam diri siswa.

Minimnya semangat belajar dan menjadikan sekolah hanya sebagai rutinitas untuk mendapatkan ijazah, akan berpengaruh pada kualitas siswa dalam kegiatan belajar.

2. Sarana pendidikan yang tidak memadai.

Gedung sekolah yang mengalami kerusakan, tidak tersedianya perpustakaan, serta sarana teknologi yang belum terpenuhi menjadikan proses belajar terganggu. Hal ini banyak terjadi di sekolah-sekolah negeri, baik di perkotaan maupun di wilayah pelosok.

3. Kurikulum yang berubah-ubah.

Perubahan kurikulum yang sering dilakukan, terkadang membuat para siswa kesulitan beradaptasi. Bahkan para guru pun tak sedikit yang mengalami kendala dalam menerapkan metode pembelajaran.

4. Infrastruktur yang tidak memadai.

Di beberapa wilayah pelosok, tak sedikit jalan menuju sekolah yang mengalami kerusakan serta sulitnya transportasi. Hal ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi para siswa. Sehingga waktu dan tenaga siswa terkuras dengan waktu tempuh menuju sekolah.

Kebijakan yang diambil dengan mewajibkan para siswa masuk lebih pagi, bisa menimbulkan dampak negatif bagi siswa, guru, termasuk pihak orang tua. Dari sisi siswa, berangkat lebih pagi bisa memangkas waktu persiapan ke sekolah. Mulai dari sarapan yang terburu-buru, hingga tak sempat sarapan karena lamanya perjalanan yang ditempuh. Hal ini bisa berpengaruh pada konsentrasi siswa dalam belajar.

Sementara itu, bagi pihak guru yang sudah berkeluarga, waktu untuk mengerjakan perannya di rumah menjadi makin sempit. Karena harus lebih pagi untuk berangkat mengajar.  Sedangkan bagi orang tua, hal ini bisa memicu kekhawatiran soal keamanan anaknya. Seperti rawan begal dan terjadinya pelecehan bagi siswi, mengingat kondisi berangkat sekolah yang masih sepi dari aktivitas warga.

Sementara itu, memperbaiki rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dengan perubahan jam masuk tidak akan mampu memberikan solusi. Banyak sekali sebab musabab yang saling keterkaitan akibat sistem yang saat ini mengatur negara.

Sistem kapitalisme yang diterapkan nyatanya tidak mampu sepenuhnya mendukung dunia pendidikan. Fasilitas sekolah gratis yang digaungkan, faktanya masih jauh dari kata layak. Baik dari segi sarana maupun kurikulum yang diterapkan.

Kesejahteraan guru dalam sistem kapitalisme pun sangat memprihatinkan. Tak sedikit para guru bekerja sampingan atau berniaga, demi mendapatkan pendapatan tambahan. Karena apa yang mereka dapat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Terpecahnya fokus kerja guru sebagai pendidik, dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan hidupnya, menjadikan posisi guru tidak mampu memberikan pengabdiannya secara maksimal kepada pendidikan.

Sementara itu, banyak para orang tua yang meragukan kualitas sekolah negeri akibat ketidakpercayaannya terhadap kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Akhirnya, lebih baik memilih sekolah swasta yang tentunya tidaklah murah.

Selain itu, sistem sekularisme turut berperan memberikan pengaruh buruk pada kurikulum dan kualitas pendidikan. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini membuat kurikulum terus-menerus berubah demi menjauhkan agama dari sekolah. Pendidikan tidak lagi berfokus pada pendidikan karakter dan moral. Tetapi lebih kepada orientasi materi demi mendapatkan pekerjaan layak yang ditanamkan sejak dini. Jadi sekolah bukanlah sarana untuk menghasilkan manusia cerdas dan berkarakter, tetapi demi bersaing mendapat pekerjaan.

Di sisi lain, motivasi belajar para siswa menjadi rendah karena sekolah ditujukan agar mendapatkan ijazah untuk melamar pekerjaan. Sehingga budaya menyontek dan malas membaca menjadi wabah yang sangat cepat menyebar di kalangan siswa.

Terbayangkan bagaimana jadinya generasi penerus bangsa yang dihasilkan dari sistem pendidikan kapitalisme? Pendidikan hanya fokus pada pengembangan kecerdasan, memisahkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Sehingga dihasilkan manusia-manusia cerdas yang kosong akan nilai spiritual. Keberhasilan pendidikan manusia pun di ukur hanya dengan pencapaian angka dalam bentuk nilai-nilai ujian.

Dan tidak dapat dimungkiri, bisa jadi bangsa mampu meraih kemajuan dalam ilmu pengetahuan, tetapi akhlak manusianya menjadi tidak beradab. Sungguh kemajuan hal ini tidak akan dapat bertahan lama. Karena moral-moral generasi yang rusak adalah pintu kehancuran bangsa.

Islam Mendukung Kualitas Pendidikan

Lain halnya dengan Islam. Sistem yang memuliakan manusia, akan mengatur manusia menjadi makhluk mulia dengan akalnya. Kemuliaan manusia tentulah dibentuk dengan pendidikan. Sistem Islam yang lengkap dengan aturan syariatnya, akan terus mendorong untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang maksimal. Di antaranya:

  1. Penanaman akidah dalam pendidikan usia dini. Akidah yang tertanam dalam diri seseorang akan berpadu dengan kecerdasan intelektual dan emosionalnya. Sehingga dihasilkan generasi cerdas yang berakhlakul karimah.
  2. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah wajib. Sehingga menjadi motivasi seseorang untuk terus belajar demi meraih pahala. Rasulullah saw. bersabda:

"Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk masuk surga." (HR. Muslim)

  1. Kurikulum dalam sistem Islam akan dibuat dengan tujuan untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa menuju kemajuan peradaban yang gemilang. Sehingga ia mampu menaklukan dunia dengan ketaatan kepada Tuhannya. Bukan untuk kerja demi meraih hidup kaya. Sehingga agama akan senantiasa mewarnai dunia pendidikan dan mampu menghasilkan manusia yang berkepribadian Islam.

Rasulullah saw. bersabda:

"Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barang siapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina." (HR. Ahmad)

  1. Sarana dan prasarana pendidikan pun tak luput dari perhatian negara. Sarana dan prasarana yang lengkap dan berkualitas, serta penyediaan infrastruktur yang memadai oleh negara, akan mendukung kemudahan proses belajar dan mengajar bagi semua yang terkait dalam pendidikan.

Selain itu, sistem Islam pun menjamin kesejahteraan bagi para guru. Dengan memberikan upah yang tinggi serta berbagai tunjangan lainnya, diharapkan para guru fokus dalam mengajar para siswanya. Seperti pada masa Khalifah Umar bin Khattab, gaji guru sebanyak 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas) atau sekitar 60 jutaan saat ini, yang semuanya ditanggung oleh negara.

Tentu saja hal ini sangat memudahkan para orang tua dan tak akan terbebani dengan biaya pendidikan yang mahal seperti sekarang. Siapa yang tidak akan tertarik? Biaya pendidikan gratis ditambah jaminan kualitas pendidikan terbaik.

Hanya sistem Islam yang mampu mewujudkannya. Namun, sempurnanya sistem Islam belum bisa diterapkan jika kita masih bertumpu pada sistem kapitalisme saat ini. Maka sudah selayaknya kita mencampakkan sistem kapitalisme dan menerapkan Islam secara menyeluruh (kaffah). Agar kualitas siswa menjadi baik, tanpa harus masuk lebih pagi.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Neni Nurlaelasari Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Beropini dengan Ciri Khas Sendiri, Why Not?
Next
Jangan Biarkan Turis Asing Lakukan Pelanggaran!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram